"Raih lah apa yang menurutmu benar, tinggalkan apa yang membuatmu resah. Hidupmu adalah hak mu, setir lah dirimu sendiri."-Hasrawati
****
Zidan berhenti tepat di depan pagar rumahnya, ia merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan kalung salib, menatap lama kalung tersebut. Ia mengehela nafas berat kemudian membuang kalung itu ke dalam selokan yang ada di samping pagar rumahnya.
Ia melangkah masuk, berjalan menelusuri luasnya halaman rumahnya. Zidan terus menatap tempat yang dulunya dimana ia selalu bermain, tempat di mana ia menghabiskan waktu bersama daddy nya, tempat di mana daddy nya mengajarkan ia naik sepeda. Rasanya banyak kenangan yang akan ia tinggalkan, berat sekali untuk hal ini.
Zidan membuka pintu rumahnya, hal pertama yang menyambut kedatangannya adalah kehadiran keluarga besarnya. Banyak pasang mata yang menatap zidan, tatapan yang zidan tidak mengerti apa maksudnya.
"Selamat sore." Sapa zidan sebelum melenggang masuk ingin mengambil semua barang barangnya.
"Sudah mommy bilang kan? Kamu tidak akan mungkin berani meninggalkan rumah ini dan seluruh kenikmatan yang kamu dapat." Ucap sheren, mommy zidan. Wanita paruh baya itu berdiri, menatap punggung putranya yang hendak menaiki tangga.
Langkah zidan terhenti di penghujung tangga, rasanya ia tak ingin melawan kata kata mommy nya untuk saat ini. Zidan menoleh dan melemparkan senyum ke arah mommy dan oma, opa, tante dan om nya yang berkumpul di ruang tamu itu.
Zidan tanpa menjawab melanjutkan jalannya, hal itu tak luput dari pandangan keluarga besar dari mommy nya.
Zidan masuk ke dalam kamar, mengemas semua barangnya. Mengisi semua yang mungkin bisa ia bawa dalam satu koper besar, ia menyisakan barang yang mungkin tidak bisa ia bawa. Zidan menatap satu foto yang terpajang di nakas samping tempat tidurnya.
Ia berjalan ke arah nakas tersebut, mengambil satu bingkai foto berisikan dirinya, mommy dan daddy nya. Ia adalah anak tunggal yang amat sangat di manja dan di sayangi oleh kedua orang tuanya, namun, ia kalah akan cinta. Zidan lebih memilih mengejar cintanya, dan meninggalkan agama serta keluarganya.
Zidan tersenyum ke arah foto tersebut, mengelusnya. Ia kemudian ikut memasukkan foto tersebut ke dalam kopernya, itu akan menjadi obat rindu di kemudian hari.
Setelah membereskan semuanya, zidan keluar dari kamar membawa satu koper besar. Saat ia menuruni tangga, semua tatapan keluarnya mengarah pada zidan. Semuanya lantas berdiri menghampiri zidan yang sudah membawa koper dan siap pergi.
"Zidan!!" Seru sheren ketika melihat putranya benar benar akan meninggalkan dirinya.
"Kamu jangan bercanda. Tidak mungkin kamu bisa meninggalkan semua kemewahan yang kamu punya, fikirkan kembali tentang kamu yang mau meninggalkan tuhan mu!" Sheren mencekal lengan zidan
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET (Revisi)
Roman pour Adolescentsbagaimana pendapat kalian jika di jodohkan di usia 18 tahun dengan seseorang yang kalian tidak tahu nama, rupa dan asal usulnya? itu yang saat ini khanza rasakan. Khanza Adiba, gadis itu mau tidak mau menerima perjodohan yang langsung di minta oleh...