03. Kejelasan

1.1K 129 13
                                    

Ikatan sebuah asmara memang harus dilandasi oleh sebuah rasa percaya dan keterbukaan, haruslah pula memiliki pondasi rasa kesetiaan. Sebab, ketika pondasi itu tercipta maka sebuah ikatan akan menjadi lebih kuat sekalipun hembusan angin menerpa.

Begitulah yang pasangan Junhui dan Myungho lakukan, sepasang kekasih ini menjalin ikatan asmara mereka secara terbuka dan juga jelas. Dalam artian tidak ada hal yang mereka sembunyikan, semuanya selalu ada kejelasan.

Senyuman tersungging dibibir Junhui tatkala melihat sang kekasih berlari kecil ke arahnya. Gadis itu menghampirinya dengan senyuman yang jelas terukir, menambah kesan cantik juga debaran dalam hati Junhui melihat rupa kekasih hatinya.

Mereka menjalin kisah asmara terhitung sudah 1 tahun lebih, berawal dari sebuah kejadian lucu di rumah sakit. Mahasiswa jurusan ilmu keperawatan itu telah menarik hati dan perhatian Junhui karena sikapnya. Si gadis manis yang polos dan penurut, selain itu sikap menggemaskan yang membuat Jun seketika kesulitan untuk berpaling.

"Ayo kak" ujar sang gadis membuyarkan lamunan sang kekasih.

Junhui mengerjap, tangannya dia angkat untuk mengusap kepala sang kekasih dengan penuh kasih sayang.
"Selamat pagi sayang, seperti hari-hari sebelumnya kau sangat cantik" puji Junhui seraya mencubit kecil hidung sang gadis.

Myungho tersipu, meskipun setiap pagi Junhui selalu memujinya. Akan tetapi tetap saja, Myungho selalu tersipu dan seolah tidak terbiasa dengan pujian-pujian yang Junhui layangkan kepadanya.

"Kakak" Myungho berdesis karena tersipu.
"Setiap hari kau selalu mengatakan hal itu, tapi sialnya aku selalu saja tersipu" gumam Myungho mencebik mengundang tawa dari Junhui.

"Hei, aku hanya mengatakan yang sejujurnya" jawab Junhui.

"Want to eat something for breakfast?" tanya Junhui seraya membukakan pintu mobil untuk Myungho.

Gadis itu masuk dan duduk di samping kemudi, menunggu Junhui duduk disebelahnya sebelum dia mulai menjawab. Dengan mandiri Myungho menggunakan sabuk pengaman, lalu kembali tersenyum pada Junhui yang sudah duduk dibalik kemudi.

"Aku sudah sarapan, kakak sudah?" tanya Myungho, yang entah kenapa terdengar begitu menggemaskan ditelinga Junhui.

"Belum, tadinya aku ingin sarapan bersamamu" jawab Junhui membuat Myungho membulatkan matanya merasa bersalah.

"Sorry, I didn't know you haven't had breakfast yet" sesal Myungho mengundang tawa mengeram dari Junhui yang merasa sangat gemas terhadap sang kekasih.

"It's okay, babe. Aku bisa sarapan dikantin nanti" ujar Junhui mengusap lengan Myungho.
"Ngomong-ngomong, hari ini kau kelas sampai pukul berapa?"

Myungho tampak berpikir sejenak, mengingat kembali kegiatannya hari ini. Seharusnya Myungho hanya memiliki dua kelas materi dan satu kelas praktik, tapi biasanya akan ada dosen menyebalkan yang memindahkan kelas di hari-hari tertentu. Menambah beban mahasiswa, dan tanpa wajah berdosanya malah memakan waktu lama.

Tapi namanya Mahasiswa bisa berbuat apa? Mereka sebenarnya memiliki hak untuk menolak, toh jadwal mata kuliah sudah ditetapkan oleh pihak fakultas. Namun memang terkadang dosen lebih mementingkan proyek yang mereka terima, ketimbang kewajiban utamanya sebagai pengajar.

"Mungkin sampai pukul 3 sore" jawab Myungho dengan meragu.
"Memangnya kenapa? Kakak selesai pukul berapa?" tanya Myungho kemudian.

Junhui berhenti kala lampu lalu lintas berubah menjadi merah, dia menarik rem tangan lalu menghadap pada sang kekasih.
"Tidak, hanya saja hari ini aku tidak bisa menjemputmu" ujar Jun menarik kedua alis Myungho bertaut.

Fallin' Flower | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang