⚠ DISCLAIMER ⚠
Cerita ini merupakan karangan fiksi yang murni berasal dari ide penulis. Nama dan karakter didalam cerita ini tidak merujuk pada seorang tokoh atau lembaga manapun. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar yang dibuat oleh ShuaV123095 tanpa bertujuan untuk menjelekkan atau menghina nama tokoh, instansi maupun tempat yang digunakan. Dilarang keras untuk melakukan plagiarisme dalam bentuk apapun. Silakan terinspirasi tapi tidak untuk mengcopy. Terimakasih.
❀❀❀
Korea, September 2003Derap langkah kaki yang terdengar begitu berat, membawa sang pemilik langkah itu menuju sebuah ruangan kecil didepannya. Ruangan yang menjadi saksi betapa kejamnya dunia pada orang-orang yang menuntut sebuah keadilan.
Bukankah keadilan adalah hak semua orang? Lantas mengapa sebagian orang justru harus mengemis terlebih dahulu untuk mendapatkan apa yang sebenarnya sudah menjadi hak-Nya?
Deruan nafas terasa berat, dengan helaan yang sama beratnya mengiringi tatapan nanar yang tertuju pada sebuah mading di depannya.
“Minki, dia tidak akan mati semudah itu” gumamnya dengan sorot mata tertuju kepada foto seorang perempuan yang tengah tersenyum manis itu.
Lantas sorot matanya dia alihkan, tertuju pada setangkai bunga mawar yang sang putri berikan untuknya. Sang putri yang memberikan filosofi bunga yang begitu menarik untuknya.
Katanya bunga adalah hal yang indah, melambangkan berbagai karakter dan rasa. Ada bunga yang indah dan cantik, tapi ada pula bunga yang terlihat menakutkan. Ada bunga yang banyak disukai karena manfaatnya, tapi ada pula bunda yang dibenci karena racun yang milikinya.
Ya, sekalipun kata ‘Bunga' selalu menggambarkan hal yang indah, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa bunga memiliki racun yang mematikan. Dan begitulah kenyataan hidup di dunia, apa yang selalu dipandang indah sejatinya memiliki racun sendiri yang tidak disadari kehadirannya.
Beberapa bunga melambangkan sebuah kesabaran, kekuatan, dan juga keberanian. Beberapa jenis bunga memiliki waktu yang lama untuk bisa mekar, menunjukkan keindahan dirinya pada dunia. Namun sayang, begitu dia mekar tak butuh waktu lama untuknya segera layu dan rapuh. Satu persatu kelopaknya terlepas dan berjatuhan, keindahan yang kemudian menjadi saksi bagaimana kaki manusia menginjak kelopak mereka yang berjatuhan.
'Aunty Minki itu seperti Bunga, dia yang dengan sabar menantikan mekarnya keadilan. Namun ketika dunia tahu kerasnya perjuangan dia, dengan cepat si pembenci membuatnya segera layu dan menghilang. Satu persatu kelopaknya berjatuhan, tak dipedulikan dan terinjak tak lagi memiliki nilai bagi dunia'
"Ayah"
Pria itu lekas meninggalkan ruang kerjanya, ketika suara melengking gadis kecilnya terdengar. Dia menghampiri dua perempuan tercintanya yang sudah menunggu di ruang tengah.
"Kita tidak mengantar Ayah ke bandara?" tanya si gadis kecil dengan rambut panjang yang dikuncir dua.
"Tidak, kita antar Ayah sampai pintu saja ya" ujar sang Ibu membuat si gadis kecil merengut sedih.
"Ayah akan segera pulang, setelah itu kita pergi ke timezone bersama, bagaimana?" sang Ayah ikut membujuk putri kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Flower | SVT
Gizem / Gerilim"Terkadang bunga tak pernah mau peduli saat hujan berkata, "Jangan menyimpan rindu dengan cara seperti itu, karena kau takkan pernah tau kapan rerintikan itu tiba-tiba berubah menjadi badai." - nom de plume ❀❀❀ Tidak ada yang tahu, jika dibalik tena...