Suara berisik membangunkan Sakya dari tidur nyenyaknya. Sepasang kelopak yang semula terpejam kini mengerjap dan terbuka dengan sempurna. Tidur nyenyaknya terusik oleh suara dari arah luar, perlahan Sakya beranjak dari kasur. Namun, belum sampai dirinya pada pintu, pintu kamarnya sudah lebih dulu terbuka-Salsa menimbulkan kepalanya di balik pintu.
"Udah bangun?" tanya Salsa yang masuk dan menutup pintu kamar Sakya.
"Ada siapa di luar? Lavino sama Mark?" Sakya balik bertanya dengan pandangan sayu.
Salsa menggeleng pelan dengan senyum bahagia di sudut bibirnya.
"Orang tua lo!" jawab Salsa yang terdengar begitu bahagia.
Sakya tersenyum kecil, menarik tubuh Salsa hingga berada dalam dekapannya.
Satu hal yang selalu Sakya ingin dapati pertama kali di tiap ia bangun tidur adalah pelukan Salsa, karna tubuh Salsa adalah rumah ternyamannya.
"Gua bener-bener bahagia pas mereka tiba-tiba dateng dan bilang kalo kalian udah baikkan lagi!" ucap Salsa dengan heboh, balas memeluk Sakya dengan kaki yang sesekali di hentak-hentakan karna saking senangnya.
"Karna lo. Kalau bukan karna lo, gua mungkin gak akan bisa berdamai sama lukanya," balas Sakya dengan raut wajah yang kini berubah begitu bahagia.
"Makasih untuk semuanya, Sal. Makasih udah mau bertahan sampai sejauh ini, makasih udah tahan sama gua. Gua gak pernah tau gimana akhirnya kalo lo ninggalin gua, mungkin bukan kebahagiaan kaya gini yang gua dapet," tambah Sakya dengan memberikan kecupan ringan pada puncak kepala Sakya.
Sakya benar-benar mencintai Salsa. Jika mencintai Salsa bisa membuatnya sebahagia dan seberuntung ini, kenapa tidak dari dulu saja ia jatuh pada gadis yang berada dalam dekapannya ini.
Sakya benar-benar menyesal karna sempat mengabaikan Salsa dan meniadakan kehadiran gadis yang kini begitu sangat ia cintai.
"Gua 'kan udah bilang, gua gak akan ninggalin lo meski pun lo yang nyuruh. Gua cinta sama lo, dan gua bakal ngelakuin apa aja biar bahagia lo kembali," balas Salsa, mengelus punggung Sakya dengan senyum yang belum juga memudar pada sudut bibirnya.
Sakya melepaskan pelukannya, menatap lekat manik Salsa yang terlihat tulus dan penuh keseriusan.
Satu tangan Sakya terangkat, mengusap pipi Salsa dengan pelan dan lembut.
"Kali ini ... gua gak akan ragu lagi, gua bener-bener cinta sama lo. Gua sangat amat beruntung karna milikin lo di samping mau pun di hati gua!" ucap Sakya dengan penuh ketegasan dan juga penuh keseriusan.
Dengan pandangan penuh kagum pada netra Sakya yang terlihat tulus, Salsa memejamkan matanya tanpa memudarkan senyumannya. Lalu perlahan air matanya jatuh hingga membasahi kedua pipinya.
"Sal-" Sakya tekejut, satu tangannya lagi terangkat dan mengusap pelan kedua pipi Salsa yang basah.
"Kita sama-sama beruntung karna udah saling menemukan," lirih Salsa dengan pelan, membuka kembali matanya dan mengusap lembut kedua tangan Sakya yang berada di pipinya.
Hati Sakya kembali menghangat. Ia bawa kembali tubuh Salsa ke dalam dekapannya, memeluk erat seakan-akan hari esok ia tidak akan bisa memeluk tubuh gadis yang ia cintai itu, lagi.
"Terimakasih udah bertahan, terimakasih udah mau sekuat ini. Terimakasih karna gak pergi meski pun lo tau kalo mencintai gua itu gak mudah."
"Mencintai lo itu sebuah tantangan bagi gua. gua dapetin lo itu bener-bener susah, dan gua gak akan pernah ninggalin lo meski pun lepasin lo itu mudah untuk gua lakuin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐤𝐲𝐚: 𝐈'𝐦 (𝐧𝐨𝐭) 𝐨𝐤𝐚𝐲!✔
Teen Fiction❝𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐤𝐚𝐭𝐚𝐚𝐧.❝ ▪︎▪︎▪︎ Sakya hanyalah seorang anak yang dibenci oleh suatu hal yang tak seharusnya dilimpahkan kepadanya. Dibenci hanya karena ketida...