🌹'36|Sakya.

432 31 0
                                    

"Beneran gak mau maafin gua? Gua udah sujud loh ini, bahkan gua rela dibuat babak belur sama lo," ucap Mark yang kali ini benar-benar pasrah pada Sakya.

"Harus banget lo gua maafin?" Sakya balik bertanya dengan santainnya, menatap Mark dengan raut wajah menyebalkan.

"Harus! Gua gapapa mati, tapi setelah lo maafin gua," kata Mark dengan raut wajah memelas serta sorot mata yang memohon.

"Lo sadar? Tumben banget sampe ngemis-ngemis, biasanya juga ogah," sindir Sakya sambil tersenyum mengejek.

Mark menghela napas lelah, mengubah posisinya yang bersujud di hadapan Sakya menjadi duduk menyila. Pegal juga lama-lama bersujud, dua puluh menit mengemis maaf pada Sakya, tetapi sahabatnya itu tetap enggan memaafkannya.

"Gua bener-bener nyesel, Sak. Gua ngerasa bersalah," ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

Sakya terkekeh tanpa suara, benar-benar merasa terkejut dengan Mark yang tiba-tiba seperti ini. Biasanya Sahabatnya itu anti banget minta maaf padanya, bahkan selalu bersikap bodo amat setelah menghajarnya.

"Lo gak kesurupan? Gak kejedot atau—"

"MAAFIN GUA ,SAKYA! GUA UDAH DI RUQIAH SAMA LAVINO. DAN GUA BENER-BENER NGAKU SALAH."

Bugh.

Sakya melempar bantal sofa pada Mark dengan keras, menatap Mark kesal karna telinganya hampir tuli oleh teriakan Mark.

"Kenapa baru sekarang minta maafnya? Kenapa gak dari awal gua sadar?"

"Lavino ngelarang gua buat ketemu lo selama lo belum sembuh, dia nyuruh gua minta maaf ke lo setelah lo sembuh total biar lo bisa bales ngehajar gua," jelas Mark sambil memanyunkan bibirnya, menatap Sakya dengan mata memohon. Dirinya bener-benar sudah lelah mendengar ceramahan serta ocehan Lavino yang membuat kepalanya seperti mau pecah.

Sakya mendekat pada Mark dengan wajah yang ia buat sedingin mungkin—dan itu sukses membuat Mark gelagapan. Nyalinya menciut, Mark langsung memejamkan kedua matanya, menyiapkan dirinya untuk menerima rasa sakit dari pukulan Sakya yang akan mendarat pada tubuhnya.

Mark pasrah kalo Sakya menghajarnya tanpa ampun, dirinya sungguh pasrah asalkan rasa bersalahnya menghilang saat Sakya memaafkannya.

Sakya tersenyum melihat wajah Mark yang terlihat ketakutan, ia hanya mengerjai sahabatnya itu—dan ternyata Mark gampang untuk dibodohi.

Sakya berjongkok di hadapan Mark, menarik tubuh Mark untuk ia peluk, memukul keras punggung Mark dengan tawa lepas.

Mark yang terkejut hanya mengerjapkan matanya bodoh. Otaknya benar-benar berhenti bekerja, ia kira Sakya akan menghajarnya habis-habisan. Bahkan tadi ia sampai berdoa pada tuhan agar tetap diizinkan untuk hidup. Tapi, Sakya malah memeluknya dan tertawa?

"Kenapa gak hajar gua?" tanya Mark saat Sakya melepaskan pelukannya, wajahnya saat ini benar-benar terlihat bodoh.

"Lo bener mau gua buat mati?" Sakya balik bertanya, hingga langsung membuat Mark menggeleng heboh.

Sakya terkekeh, mengeplak kepala Mark dan kembali duduk pada sofa.

"Lo sahabat gua, yakali gua maatiin. Kan gak lucu," kata Sakya.

Mark mematung, wajah bodohnya semakin terlihat bodoh saat Sakya memanggilnya 'sahabat', apa ia tidak salah dengar? Setelah selama ini dirinya diperbudak oleh Sakya dan tidak dianggap sahabat—tapi sekarang?

Sakya benar-benar ingin menendang Mark saat raut wajah pemuda itu terlihat begitu bodoh.

Namun, Sakya merasa bahagia saat ini, bebannya terasa berkurang setelah mengikuti apa yang dikatakan oleh Salsa.

𝐒𝐚𝐤𝐲𝐚: 𝐈'𝐦 (𝐧𝐨𝐭) 𝐨𝐤𝐚𝐲!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang