Sakya menjatuhkan tubuhnya pada sofa sambil meringis pelan-menahan nyeri serta tangisannya yang sedari tadi ingin meledak.
Ini menyakitkan. Hatinya kembali terasa nyeri saat Ardan tetap menganggapnya sebagai seorang pembunuh, selama ini dirinya tidak salah dan ia adalah korban.
Mengapa tuhan begitu jahat padanya? Mengapa ini begitu tidak adil untuk dirinya?
"Astaga, Sakya!"
Sakya dengan cepat mengusap wajahnya, berusaha untuk terlihat baik-baik saja di hadapan Salsa yang kini terlihat khawatir. Sakya tidak mau kembali terlihat lemah jika ia menangis di hadapan gadis itu.
"Apa yang udah terjadi sama lo? Astaga, Sakya! Wajah lo." Salsa mendadak kalang kabut saat melihat Sakya yang begitu berantakkan dengan wajah yang babak belur.
Tangannya yang bergetar terangkat, mengusap wajah Sakya yang penuh luka ddngan perlahan. Ia tidak tega melihat Sakya seperti ini, terluka dan terlihat hancur.
"Gua gapapa-shhttt." Sakya meringis saat perutnya terasa nyeri.
Salsa terkejut, dengan cepat ia mengangkat baju Sakya dan semakin dibuat terkejut saat luka memar memenuhi perut Sakya.
"Sakya ..." lirih Salsa dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dengan hati-hati ia mengusap perut Sakya yang terlihat berwarna ungu karna luka memar.
"Gua gapapa, Sal." ucap Sakya menyakini. Ia berusaha menggenggam tangan Salsa yang masih mengusap perutnya, tapi sialnya ditepis kasar oleh Salsa.
"Apa yang udah terjadi sama lo? Jujur sama gua, Sakya Ardana!" teriak Salsa dengan tegas, menatap tajam pada Sakya dengan netra yang sudah dipenuhi oleh air mata.
Sakya kembali meringis saat ia berusaha untuk menegakkan posisi duduknya.
"Sal-" Sakya menarik kedua tangan Salsa hingga gadis itu duduk pada meja di hadapannya. Kedua tangannya mengusap lembuat punggung tangan Salsa yang bergetar, Sakya tau betul jika Salsa begitu khawatir karna keadaanya yang seperti ini.
"Gua ke rumah buat nyari tau keberadaan Taksa, tapi ternyata? Selama ini Taksa kabur dari rumah dan penyebab dia kabur karna dia ribut sama Papah," jelas Sakya, menatap lekat pada Salsa yang kini tengah menegang karna terkejut.
"U-untuk apa lo ke sana? Untuk apa lo nyari Taksa?" tanya Salsa dengan suara bergetar.
Sakya tersenyum, menundukkan kepalanya dan memperhatikan kedua tangan Salsa yang ia genggam.
"Selama Taksa gak ada kabar, lo selalu khawatir. Ada rasa takut yang keliatan jelas dari sorot mata lo. Alasan gua dateng ke sana nyari Taksa itu ... karna lo, Salsa. Lo alasan gua ngelakuin itu," jelas Sakya yang kembali menatap Salsa, tersenyum kecil saat gadis di hadapannya kembali memberikan sorot mata bersalah dan menyesal.
"Sakya-"
"Ini menyakitkan, sumpah. Tapi gua gak masalah," ujar Sakya yang sama sekali tidak dimengerti oleh Salsa.
Salsa tidak tau maksud dari Sakya yang berbicara seperti itu, ia tidak tau akan tujuan ucapan Sakya itu.
"Sakya ..." Salsa menundukkan kepalanya dengan air mata yang sudah siap untuk menerobos keluar.
"Gak usah ngerasa bersalah, gua gak masalah. Lo khawatir sama Taksa? Wajar, karna dia hilang tanpa kabar. Lo takut terjadi sesuatu sama Taksa? Wajar, dia-" Sakya tak lagi melanjutkan ucapannya saat Salsa berhambur dalam pelukannya, tidak erat tetapi terasa jelas rasa bersalah dalam pelukan itu.
Selama ini Sakya tau, bahkan ia sadar. Di setiap Salsa membuatnya bahagia dan merasa semakin jatuh pada gadis itu, ia tetap melihat rasa khawatir serta takut pada sorot mata Salsa di tiap harinya-meski gadis itu bersikap biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐤𝐲𝐚: 𝐈'𝐦 (𝐧𝐨𝐭) 𝐨𝐤𝐚𝐲!✔
Ficção Adolescente❝𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐤𝐚𝐭𝐚𝐚𝐧.❝ ▪︎▪︎▪︎ Sakya hanyalah seorang anak yang dibenci oleh suatu hal yang tak seharusnya dilimpahkan kepadanya. Dibenci hanya karena ketida...