🌹'23|Sakya.

456 32 0
                                    

Sakya berjalan cepat keluar dari kelas, tidak memperdulikan teriakan wanita tua yang berstatus sebagai gurunya itu. Meneriaki dirinya hanya karna lebih dulu keluar sebelum bel pelajaran yang berbunyi itu berhenti.

Sakya sudah begitu muak untuk berada di dalam kelas, apalagi sejak pelajaran pertama dimulai, emosinya benar-benar ingin ia ledakan. Rasanya Ia ingin meberikan pukulan atau sebuah bogeman pada orang untuk dijadikan pelampiasannya.

Percakapannya dengan Taksa pagi tadi benar-benar omong kosong untuknya, ia tidak akan pernah percaya pada apa yang dikatakan oleh Taksa, sampai kapan pun ia akan benci kembarannya itu.

Mendadak langkah Sakya terhenti, ia menyentuh sudut bibirnya yang masih terasa nyeri. tersenyum sinis ketika dirinya kembali mengingat jika Taksa lah yang memberinya bogeman itu.

"Tolol emang," gumam Sakya yang kembali melanjutkan langkahnya.

Langkah Sakya memasuki area kantin yang masih tidak terlalu ramai. Sakya mengambil air mineral dingin dari dalam kulkas dan menjatuhkan bokongnya pada kursi panjang yang terletak di pojok kantin.

Sakya meneguk air yang ia ambil, menatap tajam orang-orang yang berlalu-lalang di hadapannya dengan perut yang minta di isi.

Sejak pagi ia tidak mengisi perutnya, dengan niat akan sarapan di sekolah. Namun sialnya, kembarannya itu membuatnya tidak berselerai untuk sarapan atau sekedar menganjal perutnya dengan roti.

Sakya menghela napas, kembali meneguk air mineral hingga kosong dan membuang botol kosong pada tong sampah.

Sakya berdiri, membayar aqua yang tadi ia ambil dan berlalu pergi. Ia berniat untuk membolos di jam pelajaran berikutnya hingga jam sekolah selesai, terlalu malas untuk kembali berhadapan dengan orang yang selalu membuatnya emosi.

"Mau ke mana?"

Sakya menghela napas kasar, menatap tajam pada Salsa yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapannya.

"Minggir," titah Sakya tanpa memperdulikan pertanyaan Salsa barusan.

"Gua gak akan minggir sebelum lo jawab pertanyaan gua," balas Salsa dengan wajah menantang.

Sakya mengepalkan kedua tangannya, sorot mata tajamnya semakin terlihat mengerikan dan itu sukses membuat nyali Salsa ciut.

"Gua bilang minggir Salsa!" perintah Sakya dengan suara yang ia buat meninggi.

Salsa kicep, dengan perlahan ia mengeser tubuhnya hingga membuat Sakya kembali melanjutkan langkahnya.

Dan saat Salsa tersadar, gadis itu langsung berlari menyusul Sakya, tidak memperdulikan terikan teman sebangkunya yang terus memanggil namanya.

"Sakya! Lo mau ke mana?" tanya Salsa yang terus mengejar Sakya.

"Sakya!" panggil Salsa. meski pun ia telah berlari, tetap saja langkah Sakya tidak bisa kejar.

"Sak—"

"Jangan ikutin gua!" perintah Sakya tepat setelah membalikan tubuhnya. Menghadap Salsa yang berdiri tak jauh darinya.

"Engga! Gua ikut," pinta Salsa, berlari pelan hingga berhenti di hadapan Sakya.

"Pergi atau lo gua kasarin lagi!" ancam Sakya yang terlihat tidak main-main.

Salsa meneguk ludahnya dengan susah payah, menatap Sakya dengan jantung yang masih belum berdetak normal sehabis ia berlari tadi.

"Terserah lo mau lakuin apa pun ke gua, yang penting gua ikut sama lo!"

Sakya berbalik, kembali berjalan menuju motornya tanpa mempedulikan Salsa yang kembali meneriaki namanya.

Dengan cepat Sakya memakai helm dan melajukan motornya, meninggalkan Salsa yang hanya bisa menatap kepergian Sakya dengan napas yang tidak stabil.

𝐒𝐚𝐤𝐲𝐚: 𝐈'𝐦 (𝐧𝐨𝐭) 𝐨𝐤𝐚𝐲!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang