Debaran Empat Belas: Soccer

99.2K 4K 107
                                    

Woooop Wooooop!
Selamat datang kembali! Huehehehehehe, ternyata para pembaca masih setia memantau perkembangan The Flower Boy Next Door. Kali ini ceritanya agak sedikit lebih santai dan mulai sedikit berat--dari debaran sebelumnya juga udah berat kaleeee!

Anyway, sebelum mulai membaca, Penulis mengharapkan para pembaca dipantau oleh orang tua karena--sekali lagi--Rating buat cerita ini sudah berubah menjadi [PG]. Tapi pembaca kayaknya terlalu terhipnotis selama ciuman sebelumnya! *hide, takut dilempar bata* jadi sama sekali tak berniat didampingi orang tua. Muahahahahahahahahahaha.

Kali ini penulis, akhirnya, memberikan konflik! Oh, TIDAK!
Dan, tentu saja, bodyguard Nero akhirnya muncul juga!!! Oh, babe!! Luph you full!!
Muahahahahaha. Penasaran? Penasaran?
Well, jangan lama-lama lagi, tekan Vote ===============================>
dan segera membaca. Jangan lupa komen juga ya!
*hug and kiss all of you at once*


Penulis

Gambar disebelah: Bram

===================================================






Debaran Empat Belas

Soccer

Apa yang terjadi? Nero mengerutkan dahinya, sama sekali tak bisa mengingat apa yang dia lakukan setelah datang ke tempat ini. Sambil mengerutkan dahinya, Nero melihat sekeliling, berusaha mengingat kenapa dia memilih tempat ini. Sialnya. Dia tak ingat sama sekali.

"Nero."

Nero mengadah melihat Vion mendekat. Wajah Vion sama sekali tidak menyenangkan, seperti halilintar dan tampak murka sekali.

"Kami mencarimu kemana-mana," ucapnya lagi.

"Oh. Sori," kata Nero menggaruk-garuk kepalanya. "Sepertinya aku tak ingat kenapa aku ada di sini."

"Kau tak ingat?" suara Vion naik satu oktaf. Ini pertama kalinya dia menggunakan nada itu. Nero menduga pastilah dia sudah melakukan hal yang buruk pada Vion. Tapi apa? Sialan. Inilah yang sering terjadi jika dia ditinggal sendirian. Pikiran dan tingkahnya tak pernah sejalur.

Nero tersenyum kecil. "Memangnya aku sudah melakukan apa?"

Lalu bhuuuuuuuuk. Tanpa diduga, Vion meninju Nero. Tangan Vion dengan segera menarik jas Nero, dengan ganas, memaksa Nero menghadapkan wajahnya.

Nero tidak melawan. "Vion, kenapa kau memukulku?" katanya tenang.

"Kenapa? Coba ingat lagi apa yang kau lakukan!" raung Vion, dan meninju wajah Nero lagi. "Apa kau sudah ingat sekarang?"

Nero terbatuk, darah keluar dari mulutnya. Tapi lagi-lagi, dia tak melawan dan memilih menatap Vion dengan tenang. "Aku sama sekali tak ingat. Keberatan jika kau mengatakannya hah, Vion?"

"Bagaimana mungkin kau tak ingat apa yang kau lakukan?" Vion tampak marah, pada apapun itu. Dia kembali meninju Nero.

"HENTIKAN!" seseorang berteriak dan menarik Vion menyingkir dari tubuh Nero, lalu menghempaskannya begitu saja ke sisi yang lain dengan satu tangan. "Kau tak apa-apa, Nero?"

Nero menggeleng, mencoba duduk.

"Siapa kau? Jangan ikut campur!" Vion berdiri dengan cepat dan berjalan menghadapi anak muda bertubuh tinggi tegap yang ada di depannya.

"Aku murid baru. Namaku Zoe (baca: Zo-i) Aigner. Dan aku harus ikut campur karena Nero sama sekali tidak melawanmu. Itu tak adil."

"Ini urusanku dengannya. Orang asing segera menyingkir!" Vion tampak tak sabar.

The Flower Boy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang