Debaran Sembilan Belas: Karpet Tanda Tanya

104K 4.1K 72
                                    

Jangan Lupa Vote dan Comment ya!
Hug + Kiss

Gambar di sebelah: Nathan

Debaran Sembilan Belas

Karpet Tanda Tanya

Aku ketakutan melihat Nero terluka parah seperti itu. Siapa yang membuat Nero jadi seperti itu? Tiba-tiba aku mengingat surat berdarah itu. Apakah orang yang melukai Nero adalah orang yang sama yang membuat surat itu?

Pria yang bernama Felix itu segera menggendong Nero yang tak sadarkan diri di punggungnya sementar kami berlari cepat menuju jeep yang sengaja diparkir di dekat situ. Alex—ya kan?—segera membuka pintu dan masuk terlebih dahulu untuk bisa menarik tubuh Nero dari belakang.

"Angkat tangan kanannya lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi pendarahan," perintah Felix.

Alex segera melakukan hal yang disuruh Felix dan aku segera duduk mengapit Nero di sisi yang satunya. Felix naik ke atas jeepnya. "Pegangan yang kuat. Kita akan ngebut," katanya dan dia menginjak gas dengan kecepatan gila.

Lima belas menit kemudian kami sudah sampai ke sebuah rumah sakit besar. Felix dengan sigap segera turun dan menggendong Nero lagi dan berlari dengan cepat ke dalam. Aku dan Alex berlari di belakangnya.

"Ada orang sekarat!" teriak Felix dan suaranya segera menarik perhatian para suster.

Segera saja tiga orang suster datang, mendorong brankar dan Felix meletakan Nero yang tak sadarkan diri ke atasnya.

"Cepat periksa golongan darahnya dan ambil darahnya dari stok darah," kata Felix sementara dia mendorong brankar Nero memasuki ruang UGD.

"Tunggu sebentar," kataku ketakutan dan Alex menepuk bahuku.

"Jangan khawatir, Felix mahasiswa kedokteran. Dia tahu apa yang harus dia lakukan."

Maka kami pun menunggu di luar ruang UGD dengan cemas. Alex berusaha menenangkanku, tapi aku sama sekali tak bisa tenang. Kemudian, seorang dokter keluar dari dalam bersama dengan Felix.

"Dia tak apa-apa," kata Dokter itu tersenyum menenangkan. "Kau cekatan seperti biasa, Felix," tambahnya menepuk bahu Felix. "Kalian sudah bisa menghubungi keluarganya sekarang. Mungkin mereka akan cemas melihat anak mereka terkena luka sabetan seperti itu."

"Apakah lukanya parah?" tanya Alex.

"Tidak parah, tapi lebar. Ada beberapa otot yang cedera. Tapi jika istirahat yang cukup dia akan segera sembuh dan hal itu tak akan mempengaruhi tubuhnya." Dokter itu tersenyum lagi. "Baiklah. Saya permisi dulu. Jangan lupa hubungi keluarganya."

Aku lega mendengar bahwa dia baik-baik saja.

"Nero akan dipindahkan ke kamar biasa. Untuk sementara dia akan menginap dulu. Besok dia sudah boleh pulang," kata Felix, tersenyum kecil.

"Makasih ya," kataku sungguh-sungguh.

"Yah, kalau tidak karena dia, aku juga tak mungkin mau," kata Felix melirik Alex. "Tolong jangan lakukan lagi, Alex. Kenapa kau selalu menolong orang di pinggir jalan sih?"

Alex memutar bola matanya. "Pacarmu pasti akan baik-baik saja, Niken," katanya sungguh-sungguh.

Wajahku memerah. "Dia... dia bukan pacarku," gumamku.

"Bullshit," gumam Felix. Alex menyikutnya dan memelototinya. "Anyway, kami pulang dulu. Ini sudah terlalu malam. Kau tak perlu membayar biaya rumah sakit."

"Huh? Kenapa?" aku terheran.

"Ini rumah sakitku." Felix tersenyum kecil lagi dan menarik Alex untuk pergi dari tempat itu.

The Flower Boy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang