waduh, maaf upadatenya lama. Diriku sedang tidak mood menulis. -__- . Jarang sekali hal ini terjadi sebelumnya.
Anyway, ada yang bertanya siapa tokoh yang aku curi gambarnya sebagai bentuk penggambaran para pemain di sini. Tapi maaf, Dear, sama seperti kalian, diriku juga tak tahu.
*bow
anyway, jangan lupa klik Vote dan Comment yaSalam
Penulis
============================
Debaran Tiga Puluh Empat
Barbeque
"Why me?" Nero menaikan alis, menoleh pada Daven yang duduk di sampingnya di meja makan, dan menatapnya dengan mata berbinar bahagia seolah bertemu dengan cinta pertama.
"Coz I like you," katanya santai, tersenyum menawan.
Nero yang duduk di samping Niken yang memegang lengan Nero kuat-kuat, tampak marah sekaligus juga cemburu. Zoe dan Vion menonton di ruang keluarga, bersama dengan Audrey, Franc, dan saudara perempuan Devon—si anak kedua—Gillian.
"Let me tell you this straight," Nero menghela napas. "I'm straight."
"I know. I don't mind it," kata Daven santai.
Nero mengulang lagi seolah tak mendengarkan interupsi Daven. "I'm straight. I already have a girlfriend. Let me introduce you my girlfriend." Nero merangkul bahu Niken. "This is Niken, my girlfriend. And I love her so much."
Daven melirik Niken, tersenyum kecil dan berkata, "Niken, can I borrow your boyfriend for a few days?"
Niken menggeram saat menjawab, "Over my dead body, you jackass."
Daven mengerjap. "I like her!" katanya bertepuk tangan riuh. "Dad, can I marry Nero?"
"You can't!" Devon muncul dari belakang, menimpuk kepalanya dengan koran, menggendong seorang anak perempuan berusia tujuh tahun di tangan kirinya. "How dare you propose to my male-bestfriend!"
"DAD! DEVON HIT ME!" Daven meraung, melompat dari kursi makan, menuju taman belakang tempat Arnold dan Flowna mempersiapkan barbeque kami.
"Davy, stop making that face to my face!" Devon meraung jengkel.
"It's my face. I can do whatever I want!"
"I'm gonna kill you!"
"DAD! DEVON'S GOING TO KILL ME!"
Si kecil Anya memeluk leher Devon, mencium pipinya. Tingkah polosnya berhasil menghentikan Devon yang hendak meledak.
"Baby, where's your brother?" tanya Devon lembut.
"He stucked in his room all day. Reading," jawab Franc dari ruang tengah. "I already asked him down, but it seemed he didn't hear me."
Devon memutar bola matanya. Dia meletakan Anya ke sebelah Nero. "Nero, jaga dia sebentar ya. Aku mau memanggil Sam." Begitu Nero mengangguk, Devon segera naik ke atas tangga menuju kamar si putra bungsu Sam, yang berusia empat belas tahun.
"Ada berapa banyak penghuni di rumah ini?" Zoe bertanya.
"Biasanya cuma enam," kata Franc. "Tapi sekarang jadi delapan. Aku dan Daven tinggal di New York, soalnya aku kuliah di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Boy Next Door
RomanceCopyright to SaiRein, 2013 Dilarang mengopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau seluruh isi dari cerita ini tanpa seizin Penulis. Jika para Pembaca menemukan hal yang sama, maka telah terjadi campur tangan pihak ketiga tanpa sepengetahuan Penulis...