Debaran Tiga Puluh Sembilan: Wait

90.2K 3.7K 188
                                    

Kalian masih hidup?
Baiklah, bagus.
Sekarang mari kita lanjutkan bisinis yang tertunda. Selamat bersenang-senang dengan TFBND Debaran 39. Pst. Masih dalam tahap penulisan.

Jangan lupa Vote dan Komennya. Love you *nulis sambil dengar Daily-dailynya ZE:A
Salam,

Penulis.

=================================

Debaran Tiga Puluh Sembilan

Wait


25 Desember, Paris

"Merry Christmas! Wake up, Sleepy Boy! It's Christmas! Christmas! Time to take your gift!"

Nero menggerung, mencoba menutup kepalanya dengan selimut saat Matt membuka gorden dan membuka jendela lebar-lebar. Udara dingin di luar masuk ke dalam kamarnya. Matt merinding sejenak dan menutup kembali jendelanya, melirik Nero yang masih saja tidur.

Matt segera melompat ke samping Nero, menggelitik Nero.

"Good morning!"

"Ow ow ow. Hahahaha! No! Stop! I'm sleepy!" Nero menggeliat sebal di bawah selimut. "No! Get away! Shoo!"

"Shoo!" Matt meniru, melempar selimut Nero ke lantai. Nero menggerung lagi, memberikan punggungnya pada Matt saat dia mengambil bantal terdekat untuk dipeluk. "Come on, Son. It's Christmas!"

"Christmas my ass," gumam Nero dalam tidurnya.

"It's Christmas! Look! Snow! And, oh, Christmas's song! We wish you Merry Christmas We wish you Merry Christmas We wish you Merrry Christmas and Happy New Year!" Matt bernyanyi di samping Nero.

"New Year's still six days more," gumam Nero, menutup telinganya dengan bantal.

Matt memutar bola matanya. "Come on, Sherlock. How could you think in your sleep?"

"Cause I'm genius," gumam Nero lagi di bawah bantal.

"Jingle bells jingle bells jingle all the way!" Matt bernyanyi lagi, mengguncang-guncangkan bahu Nero dengan tak sabar. "Oh what fun—"

"It's not fun!" Nero melempar bantal dengan jengkel, mendelik marah pada Matt. Matt nyengir lebar, merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Nero memutar bola mata dan memeluk Matt, nyaris saja tertidur kembali saat bilang, "Merry Christmas."

"Come on, wake up, Boy," kata Matt.

"Still early," gumam Nero.

"That's the point. We could take a walk and chatting. I'll do whatever you want me to."

Nero langsung membuka lebar matanya, duduk tegak. "Promise?"

"Promise." Matt mengangguk pasti.

"Anything? Everything?"

Matt menaikan alis. "Ok," katanya. "Anything. Everything."

"I love you," Nero mengecup pipi Matt dan melompat dari atas tempat tidur, "I'll be ready for fifteen minutes!"

Matt mengerjap. "Wow. That's fast. Did I just dig my own hole? Anything and everything? I must be out of my mind." Matt geleng-geleng kepala. "What'd I do when he wished for Paris or Eiffel?"

Mendesah, Matt bersiul-siul keluar dari kamar Nero. Kakinya melangkah turun dari tangga, menuju ruang tengah di mana pohon Natal putih sudah berdiri di sana, berdiri tegak dengan kado-kado berwarna-warni tersusun di bagian bawahnya. Di dekat pohon natal ada perapian, tempat dimana kaos-kaos kaki tergantung di bagian atas. Perapian masih menyala dengan bara api yang berderak lembut.

The Flower Boy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang