NB: Jika baca waktu tengah malam lebih seru dan "berasa", katanya.
>.<
Di sebelah itu cocok ya jadi Nero. XD
salam, Penulis==================================
Debaran Dua Puluh Enam
Midnight Kissing
"Don't tell me you love Vion."
"I do."
Mulut Nero terbuka lebar, persis seperti gua hantu, menganga. Dengan entengnya Zoe mengaku sebagai gay, lalu mengatakan bahwa dia menyukai Vion tanpa ada adanya bantahan, bahkan tak ada embel-embel apapun seakan hal itu merupakan sesuatu yang sudah seharusnya.
Nero seakan merasakan bahwa mobilnya tiba-tiba saja kehilangan kontrol, jatuh ke jurang, menabrak pepohonan, lalu meledak begitu saja.
Benar-benar kejutan.
Nero tak bergerak selama satu menit penuh untuk mengolah informasi ini, kemudian mengirimnya ke seluruh tubuh, memberikan reaksi total yang seharsnya dia berikan saat terlihat olehnya Zoe tengah menutup mulutnya dengan tangan.
"Zoe?" kata Nero keheranan.
"I think I can't hold it anymore."
"What?"
Lalu meledaklah tawa Zoe. Nero mengerjap melihat Zoe tertunduk, memegangi perutnya, tertawa terpingkal-pingkal dengan bahu bergetar hebat dan tangan menutupi mulut. Air matanya bahkan nyaris keluar karena tertawa.
"You should've seen your face. It's friggin funny," kata Zoe dalam usahanya tertawa.
Nero mengerjap.
"How could you believe something like that, You Idiot."
Nero mengerjap, lalu menganga tak percaya. Sial. Zoe membohonginya! Berani benar dia membohongi Nero dengan sukses begitu?
"Zoe," geram Nero dan menerjang Zoe.
Mata Zoe melebar. "Oh no!"
Zoe berlari menghindar, tapi Nero menyusul dari belakang. Dia berlari sekuat tenaga seperti banteng gila dan berhasil menangkap leher Zoe, mengaitkannya dengan sempurna. Zoe, yang secara refleks diajarkan untuk menjatuhkan lawan, memasang kuda-kuda, mencari pijakan yang mantap, memegang lengan Nero, menunduk seketika, membawa tubuh Nero ke atas dan membanting Nero seketika.
"Shit!" teriak Nero, dan sebelum Zoe mencerna tindakan Nero, Nero sudah menarik dasinya, dan dengan satu tangan menjatuhkan Zoe ke tanah, membantingnya ke sisi yang satunya. Zoe jatuh berguling ke bawah bukit.
Zoe mengerjap. Nero luar biasa.
"Tickling attack!" kata Nero.
"What the—aw aw aw! Stop it!"
Nero telah berlari, naik ke punggung Zoe, mengambil kakinya, melepas sepatu beserta kaos kakinya sekalain dan menggelitik telapak kakinya.
"Shit! Nero, no tic—hmphuahahahahahaha!" Zoe terbahak-bahak.
"Apologize and surrender!" kata Nero.
"No way!" Zoe meraung dalam usahanya menarik napas.
"Aw, what a waste," gumam Nero. "Tickling!" lalu dia kembali menggelitik Zoe.
"What are you? A kid?" kata Zoe, kemudian tertawa lagi saat Nero menggelitikinya. "Stop it!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Boy Next Door
RomansaCopyright to SaiRein, 2013 Dilarang mengopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau seluruh isi dari cerita ini tanpa seizin Penulis. Jika para Pembaca menemukan hal yang sama, maka telah terjadi campur tangan pihak ketiga tanpa sepengetahuan Penulis...