"D-Dion?"
"Yes, my little brother, I'm here" bisiknya tepat di sebelah Ravel.
Ravel yang mendengar itupun menegang. 'Gak ini pasti cuma mimpi, gak mungkin si psikopat ini ada di sini kan? Bukankah dia ada di New York?' batin Ravel gelisah ketika mengingat sekilas ingatan Al yang tiba-tiba muncul tadi.
Flashback On.
"Deva!" panggil seorang anak kecil berlari menghampiri seorang anak yang sedang bermain dengan temannya.
"Didi!" sapa seorang anak berusia sekitar 4th yang di panggil Deva dengan senyuman manisnya disaat Dion kecil sudah ada dihadapannya.
Srekk.
Senyuman manis itu kini menghilang digantikan teriakan kesakitan dari bibir mungil itu. "Akhh Didi cakit" pekik Deva a.k.a Ravel kecil disaat tangannya di tarik kuat oleh Dion kecil.
"Maaf Didi gak sengaja, ayo pulang" ajaknya menarik tangan Ravel kecil pelan.
"Tapi Deva maci au ain Didi!" rengeknya.
"Gak boleh! Deva gak boleh main sama mereka"
"Tenapa? Tan meleta teman Deva tenapa Deva ndak oleh ain cama meleta Didi?" tanya Ravel kecil bingung.
"Mereka bukan teman Deva! Teman Deva itu cuma Didi! Deva gak boleh berteman sama mereka! Gak boleh!" ucapnya marah.
"Ndak au! Deva au unya teman! Didi jahat ndak olehin Deva unya teman! Deva ndak au ain agi cama Didi!" ucapnya kemudian berlari meninggalkan Dion kecil sendirian di sana.
"Gak! Deva gak boleh jauhin Didi! Kalau Deva gak mau temenan sama Didi, Deva juga gak boleh punya teman!" ucapnya egois sembari melihat kearah punggung Ravel kecil yang perlahan mulai tak terlihat.
Keesokan harinya.
"Hai Deva!" sapa Dion kecil yang melihat Ravel kecil sedang bermain robot dengan Si kembar sulung.
"Didi napain tecini?" tanya Ravel kecil.
"Deva ayo main sama Didi, tadi Daddy beliin Didi mainan baru Daddy juga beliin Deva mainan, jadi ayo main sama Didi" ajak Dion kecil senang seraya mengembangkan senyum manisnya hingga menunjukan gigi kecilnya yang rapi.
"Ndak au Didi jahat, Deva ndak au ain cama Didi!" tolak nya.
Dion kecil yang awalnya menunjukan senyuman manisnya pun dengan cepat langsung melunturkan nya ketika Ravel kecil menolaknya.
"Didi gak jahat tapi Didi sayang Deva, jadi ayo main sama Didi" ucapnya kemudian menarik tangan Ravel kecil dengan kuat.
"Ndak au! Didi ndak cayang cama Deva! Didi jahat! Didi ndak olehin Deva ain cama teman! Hiks" tolak Ravel kecil yang kemudian menangis karena merasa tangannya sakit karna di tarik begitu kuat oleh Dion kecil.
Dugh.
Akhh.
"Menjauhlah dari adik ku Dion!" bentak Daniel kecil setelah mendorong Dion kecil hingga terjatuh.
"Hiks, hiks cakit" cicit Ravel kecil memegang pergelangan tangannya ketika tarikan Dion kecil terlepas.
"Sini abang tiup ya biar sembuh" ucap Gabriel kecil mencoba menenangkan sang adik.
Dan Dion kecil yang tak terima pun langsung berdiri dan mendorong Daniel kecil hingga terjatuh sama sepertinya tadi.
"Akhh" pekik Daniel kecil ketika terjatuh hingga kepalanya membentur ujung meja yang runcing membuat darah segar mengalir dari kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙻𝚒𝚏𝚎 𝙾𝚛 𝙳𝚎𝚊𝚝𝚑
FantasyRavel Putra Adhyaksa Sepertinya ini adalah karma untuknya, karna telah mengatai novel yang dirinya baca kemarin malam. Entah bagaimana ceritanya ia bisa memasuki tubuh seorang figuran yang dirinya kasihani, yaitu Aldevaro Ravel Argantha. Putra bung...