26 ~

3.6K 332 20
                                    

Selamat membaca enjoy



Bugh.

"Jaga mulut lo ya anjing!" bentak Dipa yang baru saja datang setelah melayangkan satu pukulan kepada Nathan.

Sementara Nathan yang mendapatkan pukulan pun menatap tajam Dipa. "Maksud lo apa main mukul gue hah!"

"Seharusnya gue yang nanya! Maksud lo apa ngomong kayak gitu sama Ravel hah!?"

"Kenapa!? Masalah buat lo!" balas Nathan nyolot.

"Ya jelas lah masalah! Lo pikir lo siapa ngomong kayak gitu hah!? Jangan mentang-mentang kakel lo bisa seenaknya ya sama adkel!" ujar Dipa tak terima.

"Ya terserah gue lah, dan lo gak usah ikut campur, karna ini urusan gue sama dia! Dan bukan urusan lo! " jawab Nathan sembari menunjuk Ravel yang sedang melahap nasi gorengnya yang di bawa Dipa tadi dengan tenang tanpa terganggu sedikit pun.

Plak.

"Gak usah nunjuk-nunjuk ye bangsat!" ucap Dipa setelah menepis tangan Nathan yang menunjuk Ravel. "Dan lo bilang apa tadi? Bukan urusan gue? Heh! In your dreams bastard! Karna Ravel adalah temen gue jadi secara otomatis semua urusannya itu juga urusan gue!"

"Terserah! Gue gak perduli mau lo itu temennya kek babunya kek itu bukan urusan gue! Dan lo denger baik-baik. Lo itu CUMA temennya aja, jadi gak usah sok ikut campur! Ngerti lo!?" ujar Nathan.

"Gak! Gue gak ngerti. Buat apa gue ngerti omongan lo kalo lo aja gak ngerti omongan gue! Itu sama aja kayak gue lagi ngomong sama anjing yang bisanya cuma gong gong doang!"

"Bangsat! Maksud lo apa hah! Lo ngatain gue anjing?!" geram Nathan menatap tajam Dipa.

"Oh come on men, gue rasa lo harus periksa-in deh kuping lo itu. Ohh ya, btw gue gak ada tu ngomong kalo lo itu anjing! But, kalo lo ngerasa si ya udah berarti emang sama" balas Dipa santai.

"Lo–"

"Stop it!" ucap Arthur yang sedari tadi diam mendengarkan perdebatan antara Dipa dan Nathan.

"Diam atau ku jahit mulut kalian berdua!" lanjutnya menatap tajam keduanya. "Dan kalian" tunjuk nya kepada Nathan dan Gio.

"Jangan asal ngomong kalo kalian gak tau apa yang terjadi!"

"Tapi Ar dia duluan yang mu–"

"Apa! Lo mau ngomong apa hah!" sela Dipa menatap tajam Gio.

"Denger ya anjing! Asal lo berdua tau ya, ini meja yang lagi di tempati sama temen-temen bangsat lo ini itu meja kita! Gue sama Ravel duluan yang duduk dan nempati ni meja!"

"Dan dengan gak tau malu nya lo berdua dateng-dateng langsung nuduh Ravel seolah-olah dia yang nyamperin mereka buat caper sama si kembar bangsat itu. Padahal kenyataanya yang numpang duduk disini itu adalah temen lo sendiri. Bukan Ravel! Jadi kalo lo gak tau apa-apa lebih baik lo diem aja dan tutup mulut busuk lo itu! Ngerti?!" ujar Dipa menatap mereka tajam.

"Dan Kalian" ucap Dipa menunjuk si kembar. "Udah tau temen setan lo salah malah diem aja! Bisu lo semua hah! Oh atau lo semua buta? gak bisa liat siapa yang bener siapa yang salah. Iya!? Ravel juga masih adek lo bangsat! Kenapa lo gak belain dia hah!?! tanya Dipa geram.

"Sementara dia" lanjut Dipa sembari menunjuk Lio. "Bahkan tanpa tau kejadian yang sebenarnya aja kalian pasti belain dia! Kenapa!? Dia bahkan gak punya darah yang sama dengan kalian, tapi–"

"Kalian bahkan bisa pertaruhin nyawa adik kandung kalian sendiri hanya buat orang asing yang masuk di kehidupan kalian. Why? Gue. Gue bahkan gak ngerti sama jalan pikiran kalian! Kenapa kalian begitu benci sama adik kalian sendiri?" ucap Dipa melirih di akhir pertanyaannya.

 𝙻𝚒𝚏𝚎 𝙾𝚛 𝙳𝚎𝚊𝚝𝚑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang