28 ~

3.2K 259 4
                                    

Sementara di lain tempat, terdapat seorang pria setengah baya kini tengah duduk di salah satu sofa tunggal ruangannya dengan segelas wine di salah satu tangannya seraya membaca beberapa berkas yang ada di mejanya itu.

Dan tak berselang lama suara getaran dari arah ponselnya pun mengalihkan atensinya untuk melihat siapa yang menghubunginya saat ini. Dan di sana terpampang nama 'Kanara' dan tanpa berlama-lama ia langsung saja mengangkat panggilan telfon itu.

"Bagaimana? Semua berjalan seperti apa yang kita rencanakan bukan?" tanya pria setengah baya itu setelah ia mengangkat panggilan telfonnya.

"Sejauh ini semua berjalan seperti apa yang kita rencanakan sayang" jawab orang di sebrang sana.

"Hmm Lalu bagaimana dengan anak itu?" tanya pria itu kembali.

"Seperti biasa anak itu masih bisa kita kendalikan" jawab orang dengan nama Kanara itu santai.

"Bagus, tetap awasi dia dan jangan sampai dia lepas dari kita atau rencana yang sudah kita susun jadi berantakan!"

"Hmm kau tenang saja, aku sendiri yang akan pastikan semua berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan"

"Baiklah, lalu bagaimana dengan anak sialan itu? Apakah posisinya masih sama seperti dulu? Terbuang." tanyanya kembali.

"Ya~ seperti yang kau tau honey~ memangnya apa yang kau harapkan dari mereka yang mudah di bodohi hmm? Menganggap anak itu lagi sebagai saudara dan anaknya serta memberikannya sebuah kasih sayang kembali? Hah. Hal itu bahkan terdengar seperti sebuah bunga tidur kau tau?" balasnya kepada seorang pria setengah baya itu.

"Yah kau benar Nara. Mana mungkin mereka yang sudah di butakan oleh kebencian itu bisa menyayanginya kembali."

"Itu kau tau"

"Benar-benar anak yang tidak beruntung. Tapi Nara, anak itu tak membuat masalah lagi untukmu bukan?"

"Sejauh ini sih tidak, bahkan ia seperti acuh tak acuh sekarang. Tapi... "

"Tapi apa?" tanya pria itu penasaran.

"Tapi kurasa ada yang aneh dengannya" ucapnya ragu.

"Aneh? Aneh bagaimana maksud mu?" tanya pria itu bingung

"Ya aneh, kau tau sendiri bukan kalau anak itu sangat terobsesi dengan kasih sayang mereka? Tapi apa yang terjadi sekarang! Entah kenapa anak itu setelah keluar dari rumah sakit tiba-tiba saja bertingkah seolah-olah ia sudah tak membutuhkan mereka lagi. Bukankah ini sangat aneh?"

"Aneh bagaimana? Kurasa itu adalah hal yang wajar" balas pria itu santai.

"Wajar?"

"Ya wajar. Sekarang coba kau pikir, siapa yang akan tahan dengan orang yang tidak suka dengan keberadaan kita secara terang-terangan hmm?"

"Yah~ mungkin awalnya dia berpikir seiring berjalannya waktu dengan keberadaan dia disana pasti akan membuat mereka terbiasa dan mulai menganggapnya serta kembali menyayanginya. Tapi sayangnya ekspektasi tak sesuai realita"

"Bukannya di anggap dan disayangi seperti dulu, kini malah mereka semakin tak menganggapnya dan semakin membencinya hanya karna orang baru."

"Dan yang membuat usaha anak itu gagal adalah kita bukan?" ujar pria setengah baya itu dengan terkekeh pelan.

"Hey! Itu bukan sepenuhnya karna kita kau tau?" sahut orang  di sebrang sana dengan kesal.

"Hmm. Kau benar, itu bukan sepenuhnya salah kita"

"Tentu saja sayang~ mereka itu sangat bodoh! Hanya karna sebuah foto yang tak tau apakah itu benar atau tidak, mereka sudah langsung menyimpulkan sendiri tanpa mencari tau apa yang sebenarnya terjadi"

"Benar-benar sekumpulan orang-orang bodoh!" lanjut orang yang bernama Kanara itu dengan terkekeh pelan.

"Tapi sayang, apa kau tak curiga sedikit pun dengan anak itu yang tiba-tiba saja berubah?" tanyanya kembali.

"Tidak. Dia hanyalah seorang anak buangan dan anak yang tidak berguna, jadi buat apa kita curigai? Itu hanya akan membuang-buang waktu berharga kita saja nantinya"

"Tapi sayang~ anak itu sekarang bener-bener sangat aneh! Dia sekarang tak pernah membuat ulah dengan Lio dan juga Dia lebih tenang sekarang daripada sebelumnya. Dan yang lebih penting sekarang adalah dia tak memiliki rasa takut sedikitpun terhadap mereka bahkan Dia sudah mulai berani membantah dan membalas apa yang mereka lakukan!"

"Benar-benar seperti bukan dirinya dan terlihat seperti dua jiwa dalam satu tubuh. Bukankah ini cukup mencurigakan?"

"Ayolah Nara. Mungkin saja dia hanya ingin mencari perhatian mereka saja supaya mereka perduli lagi terhadapnya. Jadi kau tak perlu khawatir" balas pria itu santai.

"Tap–"

"Sudahlah tak usah dipikirkan. Lebih baik kau fokus saja apa yang kau kerjakan sekarang. Daripada memikirkan hal yang tidak penting seperti itu." potong pria setengah baya itu jengah.

"Yah kau benar, lebih baik aku fokus dengan tujuan kita daripada memikirkan anak itu. Dan semoga yang kau katakan itu benar, jika anak itu hanya ingin mencari perhatian mereka saja. Dan honey, kita lanjutkan pembicaraan ini lagi nanti. Sepertinya mereka sudah datang"

"Baiklah, ingat! Hati-hati dalam bertindak dan jangan gegabah. Dan satu lagi, jangan memikirkan tentang anak itu lagi dan jika ada sesuatu segera menghubungiku" setelah mengatakan itu panggilan telepon pun berakhir.

"Hah! Nara Nara, memangnya apa yang bisa dilakukan seorang bocah tak berguna sepertinya sampai-sampai kau curiga dengannya hmm?" ucapnya sembari meminum wine yang ada di tangannya.

"Aldevaro Ravel Argantha. Tidak ada yang istimewa dengannya"

"Hanya seorang bocah labil yang lemah dan mudah untuk dibodohi sama seperti mereka." lanjutnya ketika membaca berkas-berkas yang ada di mejanya.

"Wajah ini, kenapa kau bisa memiliki wajah yang persis dengannya hmm? Dari warna mata, bulu mata, hidung, bahkan bibir dan senyumnya, benar-benar seperti duplikatnya. Bahkan anak perempuannya saja tak semirip ini dengannya, kurasa jika 'dia' masih hidup 'dia' pasti akan sangat senang karna ada salah satu anaknya yang mirip dengannya." ujarnya ketika melihat sebuah foto yang ada didalam salah satu berkasnya.

"Andai saja dulu kau tak memilihnya, pasti kau akan terus bersama dengan anak-anakmu itu sampai sekarang. Terutama si bungsu, mungkin anak itu tak akan di benci oleh saudaranya yang lain jika kau masih hidup"

"Tapi sudahlah, semua sudah terjadi dan yah, kuharap kau tenang di sana. Karna sebentar lagi kau akan berkumpul lagi dengan semua anak-anakmu itu"

"Hanya tinggal menunggu waktunya saja. Setelah itu kau bisa melepas rindu dengan mereka, dan aku akan melihat orang yang kau pilih itu hancur perlahan." ucapnya di akhiri dengan terkekeh pelan.

"Hah~ aku sudah tidak sabar melihatnya menderita dan hancur sehancur hancurnya dalam genggaman ku"

"Lihat saja nanti, kau akan ku buat berlutut dan memohon kepadaku"

"Reno Argantha" ucapnya dengan kilatan dendam dan amarah yang terpancar di kedua bola matanya.

•••

Sementara di sisi lain. Di sebuah apartemen terdapat seorang pemuda yang tengah sibuk dengan komputer nya.

"Ardian Derano Argaf." ucap seorang pemuda yang sedang menatap layar komputernya yang menampilkan sebuah rekaman CCTV dengan seorang pria setengah baya yang sedang membaca suatu berkas.

"Kita liat aja nanti rencana siapa yang akan menang. Kalian atau gue" lanjutnya dengan smirk andalannya.













𖣘Tbc....

Hello guys, sorry ya gue telat up nya. Tadi tu gue lupa mo lanjutin ni cerita karna keasikan nonton😅 eh pas inget malah udah mau tengah malem, mau gk up tp kok nanggung kurang dikit lagi. Jadi ya udh deh lanjutin aja dan baru bisa up sekarang✌

Next?

 𝙻𝚒𝚏𝚎 𝙾𝚛 𝙳𝚎𝚊𝚝𝚑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang