"So?" tanya Ravel menatap Bimo yang ada di hadapannya.
Setelah jam sekolah berakhir tanpa berlama-lama ia pun langsung saja meminta Bimo yang baru saja sampai untuk menemuinya di tempat biasa ia dan Bimo bertemu.
Dan kini ia dan salah satu tangan kanan opanya itu sedang berada di salah satu apartemen yang sengaja ia beli dengan uang nya sendiri tanpa sepengetahuan yang lain.
"Seperti yang anda perintahkan, semua data diri mengenai orang-orang yang anda minta saya selidiki, semua sudah ada di dalam flashdisk ini." ucap Bimo sembari memberikan sebuah flashdisk kepada Ravel.
"Dan juga di sana terdapat beberapa data mengenai kematian mendiang nyonya Kanaya tuan muda." lanjutnya dengan hati-hati takut menyakiti hati tuan mudanya karna telah menyinggung tentang kematian sang ibu.
"Hmm, lo bisa pergi sekarang and thanks karna udah bantuin gue buat ngumpulin semua informasi ini" ucap Ravel tulus disertai dengan senyuman tipis.
'Yah~ walaupun sebenernya gue bisa ngumpulin semua informasi ini sendiri sih. but, karna gue lagi mager jadinya ya lo aja deh yang gue suruh. Dan kalau ada yang bisa disuruh, buat apa juga gue ngerepotin diri gue sendiri ya kan?' batinnya sembari menatap Bimo yang ada di hadapannya itu.
"Sama-sama tuan muda, itu sudah menjadi tugas saya untuk memenuhi semua permintaan anda" balas Bimo sopan.
"Semuanya?" tanya Ravel menatap Bimo dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Semuanya" jawab Bimo tanpa keraguan sedikitpun, tapi setelahnya ia malah sedikit ragu ketika merasakan firasat buruk di saat melihat tatapan tuan mudanya itu.
"Oke kalo gitu tembak kepala lo sekarang." ucap Ravel menatap Bimo serius.
".....Eh? M-maksud t-tuan muda?" tanya Bimo bingung, ia tak salah dengar bukan?
"Kenapa? Bukannya lo sendiri yang bilang tadi kalau lo bakalan memenuhi semua permintaan gue?" tanya Ravel santai. Sedikit menjahili Bimo tak apa bukan?
"Oh atau itu semua cuma bualan lo aja?" lanjutnya mengangkat sebelah alisnya menatap Bimo disertai dengan smirk andalannya.
"Tentu saja tidak tuan muda! Jika itu yang anda inginkan akan saya lakukan!" ucap Bimo sungguh-sungguh setelahnya ia mengambil senjata api yang di berikan Ravel kepadanya dan setelahnya ia langsung menaruhnya tepat di kepalanya bersiap untuk menarik pelatuknya.
Di sisi lain, Ravel masih tetap dalam posisinya, duduk dengan tenang memperhatikan Bimo yang akan melubangi kepalanya sendiri.
"Baiklah, dalam hitungan ke tiga." ucap Ravel mulai menghitung mundur.
"Dua."
"Satu!"
Dor.
Bruk.
•••
"Hehe Bimo Bimo dasar bodoh, bisa-bisanya dia nunjukin raut wajah konyol kayak gitu" ujar Ravel di akhiri dengan kekehan kecil ketika mengingat apa yang terjadi tadi.
Flashback On.
"Baiklah, dalam hitungan ke tiga." ucap Ravel mulai menghitung mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙻𝚒𝚏𝚎 𝙾𝚛 𝙳𝚎𝚊𝚝𝚑
Viễn tưởngRavel Putra Adhyaksa Sepertinya ini adalah karma untuknya, karna telah mengatai novel yang dirinya baca kemarin malam. Entah bagaimana ceritanya ia bisa memasuki tubuh seorang figuran yang dirinya kasihani, yaitu Aldevaro Ravel Argantha. Putra bung...