Duapuluhsembilan

119 17 80
                                    

Yeorin.

.

Jimin :
Kau sedang apa?

Yeorin :
Mengerjakan tugas.

Jimin :
Mau berenang tidak?

Yeorin :
??? Sekarang Februari.

Jimin :
Kolam renang di atas gedung airnya dipanaskan. Masih buka hingga sejam lagi.

.

Aku menatap lekat pesan itu, lalu cepat-cepat menaikkan tatapan pada Seokjin.

“Di atas gedung ini ada kolam renang?”

Seokjin mengangguk, tapi tidak memalingkan tatapan dari TV. “Ya.”

Aku langsung duduk tegak.

“Kau bercanda? Aku tinggal di sini selama ini, tapi kau tidak memberitahuku di atas gedung ada kolam renang yang airnya dipanaskan?”

Seokjin menghadapku dan mengedikkan bahu. “Aku tidak suka kolam renang.”

Uh. Aku ingin memukulnya.

.

Yeorin :
Oppa tidak pernah memberitahu ada kolam renang. Aku ganti pakaian dulu, setelah itu aku ke sana.

Jimin
😉

.

Aku baru sadar, aku lupa mengetuk setelah masuk apartemen Jimin. Biasanya aku mengetuk. Aku merasa caraku memberitahu di pesan bahwa aku akan datang setelah berganti pakaian terdengar cukup bagus untukku, tapi cara Jimin menatapku dari pintu kamarnya membuatku berpikir dia tidak suka aku tidak mengetuk dulu.

Aku berhenti di ruang tamu Jimin dan menatapnya, menunggu untuk mengetahui seperti apa suasana hatinya saat ini.

“Kau memakai bikini,” kata Jimin tanpa basa-basi.

Aku menurunkan tatapan ke pakaianku.

“Dan celana renang,” kataku dengan nada membela diri. lalu aku kembali menatapnya. “Memangnya apa yang seharusnya dipakai orang jika berenang bulan Februari?”

Jimin masih berdiri mematung di pintu kamar sambil mengamati pakaianku. Aku melipat handuk di dada dan perutku. Aku tiba-tiba merasa kikuk dan seperti telanjang.

Jimin menggeleng-geleng dan akhirnya mulai berjalan ke arahku.

“Aku hanya…” Dia masih mengamati bikiniku. “Aku berharap tidak ada orang lain di atas karena, jika kau memakai bikini itu, celana renang ini akan sangat memalukan.”

Jimin memandangi celana renangnya. Dan apa yang terlihat jelas di baliknya.

Aku tertawa. Jadi, sebenarnya dia suka bikiniku.

Jimin maju selangkah lagi dan menyelipkan tangan ke belakang hingga menempel di celana renangku, lalu mendorongku merapat padanya.

“Aku berubah pikiran,” kata Jimin sambil tersenyum lebar. “Aku ingin tetap di sini.”

Aku segera menggeleng.

“Aku ingin berenang,” kataku. “Silakan kalau kau tetap di sini, tapi kau akan sendirian.”

Jimin menciumku, lalu mendorongku mundur ke pintu apartemennya.

“Kalau begitu, kurasa aku juga ingin berenang,” katanya.

.
.
.

Jimin memasukkan kode sandi akses masuk ke puncak gedung, lalu membukakan pintu untukku. Aku lega melihat tidak ada seorang pun di luar sini, dan aku takjub melihat keindahan kolam renang ini.

Bad LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang