Tigabelas

142 22 36
                                    

Yeorin

.

“Terima kasih sudah memaksaku ikut,” kata Jimin pada Seokjin. “Selain tanganku terluka dan aku jadi tahu bahwa kau mengira aku gay, aku menikmati waktu yang menyenangkan.”

Seokjin tertawa dan berbalik untuk membuka kunci apartemen kami. “Bukan seratus persen salahku kalau aku mengira kau gay. Kau tidak pernah bicara soal perempuan, dan kau menghilangkan seks dari jadwalmu selama sepuluh tahun tanpa jeda.”

Seokjin membuka pintu dan masuk, langsung berjalan ke kamarnya. Aku masih berdiri di pintu, menghadap Jimin.

Jimin menatapku lurus. Menerobos diriku.

“Sekarang sudah tercantum di agenda,” katanya sambil tersenyum.

Sekarang aku menjadi agenda. Aku tak ingin menjadi agenda. Aku ingin menjadi rencana. Menjadi peta. Aku ingin tercantum di peta masa depan Jimin.

Tetapi, itu berarti melanggar aturan nomor dua.

Jimin masuk ke apartemennya dengan langkah mundur setelah membuka pintu, lalu mengangguk ke kamar tidurnya.

“Setelah Jin hyung tidur?” bisik Jimin.

Baiklah, Jimin. Kau bisa berhenti memohon. Aku bersedia menjadi agendamu.

Aku mengangguk sebelum menutup pintu.

Aku mandi, bercukur, menyikat gigi, bernyanyi, dan merias wajah ala kadarnya supaya tidak memberi kesan aku merias wajah. Aku mengatur rambut dengan tatanan yang tidak membuatku terkesan menata rambut.

Aku mengenakan kembali pakaianku yang kemarin supaya tak kelihatan bahwa aku berganti pakaian, tapi tentu saja aku berganti bra dan celana dalam, karena yang sebelumnya tidak serasi dengan pakaian kemarin, sedangkan yang sekarang serasi. Setelah itu aku ketakutan setengah mati karena Jimin akan melihat bra dan celana dalamku malam ini.

Dan mungkin menyentuhnya.

Jika itu bagian dari agenda Jimin, kemungkinan dia juga menjadi orang yang melucutinya.

Ponselku menerima pesan. Bunyi notifikasinya membuatku terkejut, karena menerima pesan tidak tercantum di agenda pada pukul 23.00. Pesan itu dari nomor tidak dikenal.

Bunyinya hanya:

.

Jimin:
Apa dia sudah masuk kamar?

Yeorin:
Bagaimana kau bisa mendapatkan nomorku?

Jimin:
Aku mencurinya dari ponsel Seokjin hyung saat kita di mobil.

.

Di kepalaku ada suara aneh yang bernyanyi, Na-na-na-na-boo-boo. Dia mencuri nomor ponselku.

Aku sungguh kekanak-kanakan.

.

Yeorin:
Belum, masih nonton TV.

Jimin:
Bagus.
Aku ada urusan.
Aku kembali dua puluh menit lagi. Kubiarkan pintu apartemen tidak terkunci, siapa tahu dia tidur sebelum aku pulang.

.

Siapa yang masih punya urusan pukul 23.00?

.

Yeorin:
Sampai nanti.

.

Aku menatap pesan terakhirku untuk Jimin dan meringis. Pesan-ku terdengar terlalu santai. Aku ingin memberi Jimin kesan bahwa aku sering melakukan hal seperti ini. Jimin mungkin berpikir hari-hariku berjalan kira-kita seperti ini:

Bad LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang