2 HARI KEMUDIAN.
APARTEMEN JENNIE.Terlihat Jennie baru saja selesai mandi. Hari ini dia pulang dari kantor lebih cepat.
Kring! Kring! Kring!
Sedang asik melakukan rutinitasnya, ponselnya yang berada di dalam tas kerjanya berbunyi. Dia segera pergi dan mengambilnya.
Jichu Calling…
"Hallo Oppa.."
"Jen, aku menemukannya."
Laporan dua kata itu hampir saja membuat jantung Jennie meledak. 5 tahun lamanya dia menanti dua kata ini dan sekarang waktunya tiba. Matanya berkaca-kaca, telapak tangannya berkeringat, tenggorokannya terasa menyakitkan karena berusaha menahan agar tangisannya tidak pecah.
"D-dia dimana Oppa?" Gagap Jennie sambil pantatnya melayang di tepi kasur.
"Dia baru saja mendarat dari Thailand. Sekarang aku sedang mengikutinya. Entah dia akan kemana tapi kau bersiaplah, tunggu aku disana. Ketika aku pastikan tujuannya, aku akan menjemputmu." Jawab Jichu.
Jennie mengangguk dengan keras meskipun Jichu tidak bisa melihatnya, "Aku akan Oppa. Terima kasih banyak."
"Baiklah. Tenangkan dirimu, oke? Aku tutup sekarang."
Jennie tidak menunggu lagi, dia segera menuju ke walk-in closetnya dan segera mengganti bajunya. Meskipun jantungnya bergetar hebat, dia terus berdandan secantik mungkin.
Dia sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Lalisa. Sudah pasti dia bahagia hanya saja ada setipis rasa takut dalam dirinya. Karena penyebab perpisahan mereka adalah dirinya sendiri. Dia sangat menyesal, jika dia bisa memutar masa, dia ingin kembali ke masa kecilnya yang indah semenjak Lalisa hadir dalam hidupnya.
Selesai dengan preparenya, Jennie pergi ke arah balkon untuk melihat matahari terbenam. Langit sore ini cukup indah.
FLASHBACK ON…
Kedua tangan mungil itu saling bertautan sambil berlari bersama. Senyum bahagia dan tawa bahagia menemani langkah mereka yang riang gembira.
"Ayoo Lili, cepat. Jika kita terlambat, langitnya akan gelap dan kita tidak bisa menyaksikan karya Tuhan yang selalu beda setiap hari." Teriak Jennie dengan tidak sabar.
"Nini, jangan buru-buru, makanan kita bisa jatuh. Ini masih jam 4 sore, kita masih punya banyak waktu untuk itu." Jawab Lisa dengan kewalahan.
Jennie selalu seperti ini jika mereka akan melihat senja di atas bukit yang Lili-nya temukan.
Mendengar perkataan Lisa, dia langsung berhenti dengan cengir bodohnya, "Hehehe, aku terlalu bersemangat Lili."
Lisa hanya mengangguk lalu mengelus rambutnya dengan lembut, "Kajja, kita jalan lagi."
Tidak berselang lama, kedua manusia itu tiba di tempat tujuan. Jennie langsung mengambil tempat paling depan di atas batu besar. Lisa hanya terkekeh melihat sahabatnya yang begitu menggemaskan.
"Ayo Lili, duduk di belakangku. Aku harus di depan karena Lili lebih tinggi dariku."
Lisa tertawa kencang karena wajah Jennie yang cemberut saat mengatakan soal tinggi badan. Lisa langsung mengambil tempat di belakang Jennie.
"Aku bersyukur jika lebih tinggi darimu Nini. Karena dengan begitu, aku bisa melindungimu dari apapun." Kata Lisa.
"Pelu aku, Lili." Pintanya yang di turuti oleh Lisa dengan segera. Mereka sudah terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPELESS & HOPE (JENLISA)
Fantasy- Tanpa-Mu, hidupku hanya cangkang yang kosong.- JENNIE.