IX

2.3K 259 14
                                    

Jennie menempelkan punggung tangannya di kening Lisa saat sudah 2 jam berlalu, dan dia legah karena suhunya sudah membaik. Karena Lisa sedang tidur, Jennie berusaha untuk membuat Lisa berpindah dari atas tubuhnya yang sudah penuh dengan keringat. Setelah itu dia memakai kembali bajunya dan keluar untuk membuat sesuatu di dapur.

Setibanya Jennie di dapur, dia mencari sebuah wadah untuk memasak air panas, setelah itu dia melihat piring kotor bekas sarapan ada di atas meja, dia memutuskan untuk membereskan semuanya. 

Selesai dengan semuanya, dia berdiri di depan kompor untuk menunggu karena tidak perlu sampai mendidih. Menunggu 8 menit, akhirnya Jennie mematikan kompor dan menuangkan air panas itu ke dalam ember kecil.

Jennie kembali lagi ke kamar Lisa lalu mengambil handuk kecil di lemarinya, begitu ketemu, dia segera mengambilnya. Biasanya jika Lisa sudah membaik, Jennie akan membersihkan tubuhnya yang berkeringat dengan air hangat.

Karena handuknya sudah di penuhi oleh air hangat, Jennie menyingkapkan selimut dan dia terpana melihat perut Lisa yang seperti busung lapar. Tulang rusuknya sangat kelihatan. Dia langsung ingat dimana mereka pertama kali tinggal bersama.

FLASHBACK ON…

"Lili, lihatlah perutmu. Ya ampun, kau sangat kekurangan gizi." Seru Jennie dengan heboh karena melihat perut Lisa. Bahkan dia memainkan tulang rusuk Lisa seperti gitar.

Lisa terkekeh saja, "Nini Lihat, semua gizimu naik ke pipi.." balas Lisa sambil mencubit gemas kedua pipi Jennie.

"Aaaaa, Lili, Noo. Lihatlah tubuhku, tubuhku bergizi makanya bentuknya bagus. Tidak sepertimu Lili, kau terlihat seperti tengkorak mumi yang mondar mandir." Rengek Jennie dengan keras, dia selalu merengek jika Lisa sudah membahas pipinya.

Lisa langsung tertawa dengan keras, "Tidak Nini, pipimu yang lebih bergizi. Pipimu seperti bakpao cina." Balas Lisa dan lebih agresif mencubit pipi Jennie hingga memerah.

Mereka terus bercanda hingga terkejut karena seseorang melempar pintu mereka, setelahnya mereka saling memandang dan tertawa sambil menutup mulut. Sudah biasa bagi mereka seperti ini apalagi saat ini sudah malam. Mereka selalu berisik.

FLASHBACK OFF…

Jennie menyeka tubuh Lisa sambil terisak pelan sehingga dia tidak menyadari jika Lisa sudah membuka matanya dan melihatnya menangis.

Lisa dengan berani mengulurkan tangannya untuk menghapus airmata di pipinya yang sudah berbeda, tidak adalagi Bakpao cina.

"Aku merindukan Bakpao cina yang menempel disini." Bisik Lisa lembut.

Jennie sedikit tertegun tapi membiarkan saja dan menikmati. Seakan hati mereka selalu terhubung karena Lisa juga mengingat hal yang sama.

Jennie tidak menjawab, dia terus menyeka tubuh Lisa tapi dia berkata dengan isakan kecil, "J-jangan sakit lagi. Makanlah yang banyak Lili. Lihatlah perutmu, bahkan lebih buruk dari orang yang kekurangan gizi. Wae? Bukankah sejak dulu kau selalu berkata padaku jika yang terpenting kau bisa makan? Lalu kenapa perutmu seperti ini? Apakah selama ini hari-harimu menjadi sangat sulit? Tolong maafkan aku, sejak awal kita saling mengenal, aku selalu merepotkanmu. Bahkan aku selalu meny—"

Perkataan Jennie terhenti karena Lisa sudah membawanya ke dalam pelukan. Lisa tidak bisa menahannya, dia sangat membenci Jennie yang seperti ini. Merasakan pelukan itu, Jennie menangis sangat keras, mereka tidak menyadari jika di balik pintu ada Rose dan Jichu yang mendengar mereka dengan sedih.

"T-tolong jaga dirimu sendiri Lili. L-lakukanlah itu untuk dirimu dan bukan orang lain. Melihatmu seperti ini, aku merasa sangat berdosa karena akulah penyebabnya. T-tolong hidup dengan baik, maafkan aku yang masih menyakitimu." Tambah Jennie dengan pelukan yang semakin erat.

HOPELESS & HOPE (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang