rumah

1.8K 200 3
                                    

happy reading!



sudah sekitar seminggu junghwan tak bertemu dengan jeongwoo, keduanya biasa hanya mengabari lewat pesan ataupun panggilan suara melalui ponsel. hari ini suasana rumah junghwan begitu sunyi sebab haruto dan junkyu sedang pergi ke sebuah kota selama dua hari. tentu saja, putra tunggal watanabe itu diberikan tugas untuk menjaga rumah sampai haruto dan junkyu pulang.

karena tak ada kegiatan hari ini, si manis masih bergelung dalam selimut. ia masih berada dalam mimpi dan sepertinya enggan untuk bangun. tapi nampaknya ketenangan itu tak berlangsung lama, sebab ponselnya yang tiba-tiba saja berdering sehingga membuat junghwan terusik.

junghwan berdecak malas, dengan nyawa yang belum terkumpul ia gerakkan tangannya untuk mengambil ponselnya. menerima panggilan tersebut tanpa minat.

"halo, ju. mas udah dibawah, kamu udah bangun, kan?" suara jeongwoo langsung membuat junghwan membulatkan matanya. yang benar saja, ini masih jam setengah delapan pagi dan masih terlalu pagi untuk bertamu menurutnya.

dengan cepat junghwan memutuskan panggilan itu secara sepihak, melempar ponselnya asal dan bergegas ke kamar mandi. mencuci muka dan menggosok gigi miliknya. junghwan juga tak lupa untuk bercermin, merapihkan rambutnya.

secepat kilat ia berlari menuruni tangga dan membuka pintu serta gembok pada gerbang. setelahnya ia mempersilahkan jeongwoo untuk masuk kedalam. pemuda berbahu lebar itu juga membawa sebuah tas yang junghwan yakini berisi makanan didalamnya.

ini adalah kali pertama jeongwoo masuk kedalam rumah si manis, sebelumnya ia hanya bisa menunggu di depan gerbangnya saja. "hi, sorry, ya. kamu tadi masih tidur ya, ju?" jeongwoo menatap junghwan yang kini duduk di sofa, pemuda manis itu nampaknya belum mengumpulkan semua nyawanya.

"mas bawain makanan, ju sarapan dulu. makanan dari papi, papi yang buat.." jeongwoo mengangkat tangannya untuk mengelus pelan surai junghwan. jeongwoo terkekeh gemas melihatnya.

"pusing.. aku mau tidur lagi.." tiba-tiba saja junghwan merengek, kepalanya terasa pusing akibat keterkejutannya tadi. ah, jeongwoo jadi merasa bersalah.

jeongwoo beralih untuk duduk disebelah junghwan, membawa kepala yang lebih muda untuk bersender di bahunya.

"iya, maaf. harusnya semalem kabarin kamu dulu, tapi mas lupa. ju jangan tidur lagi, nanti makanannya dingin" junghwan hanya mengangguk, sekitar lima menit lamanya, akhirnya junghwan tak merasakan pusing lagi.

ia mengambil dua piring dan juga sendok dan garpu, "tumben kesini, mas biasanya nggak pernah masuk ke dalem"

"sengaja, mas kira ada orangtua kamu, ternyata nggak ada. terus papi suruh kasih makanan ini buat kamu, katanya kangen.."

lagi-lagi junghwan mengangguk, ia membantu jeongwoo untuk membuka tempat makanan yang dibawa. junghwan juga memberikan makanan itu ke piring jeongwoo. sudah seperti pasangan saja, ya.

lalu keduanya makan dengan nikmat, tak ada suara yang dikeluarkan. mereka hanya fokus pada santapannya masing-masing. waktu terus berlalu hingga jeongwoo sudah menyelesaikan makanannya, "hampir seminggu nggak ketemu, kamu nggak kangen?"





junghwan yang sibuk mengunyah lantas mengerutkan dahinya, maksudnya, nggak salah ya jeongwoo tanya hal ini.

yang notabenenya junghwan itu adalah partner dalam hubungan pura-pura ini.

memangnya boleh saling mengutarakan rasa rindu satu sama lain? menurut junghwan ini sedikit aneh.

tapi tak ia pungkiri bahwa pertanyaan jeongwoo membuat jantungnya berdegup cepat.




rental ; woohwan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang