jujur

1.6K 181 25
                                    

happy reading!




"kasih tau ayah, ya. ayah jemput nanti, jangan pulang sendiri" hari ini adalah lusa yang junghwan nantikan untuk berkata pada jeongwoo. ia tak dijemput oleh jeongwoo melainkan diantar oleh haruto, pria kepala empat itu mengusak pelan surai junghwan sebelum sang putra keluar dari mobilnya. dan, ya, disini lah junghwan.

berdiri sebentar, menetralkan perasaannya sebelum mulai melangkah masuk kedalam cafe. sebuah tempat yang bernuansa minimalis dengan bangunan yang dominan berwarna netral itu menjadi tempat keduanya bertemu setelah selama seminggu lebih tak bertemu. netra penuh binarnya mencari dimana keberadaan jeongwoo, lalu tak lama menemukannya.

pria itu memakai sebuah baju warna hitam dengan kerah dan celana panjang berwarna cokelat, dengan langkah pelan ia menghampiri. mendaratkan bokongnya di kursi yang ada di depan jeongwoo. meja berbentuk bulat itu masih kosong, jeongwoo belum memesan apa-apa, hanya ada buku menu.

“oh, halo, ju. gimana kabarnya, tumben ngajak ketemu?” jeongwoo menyapa, junghwan jadi berdebar. rasanya, junghwan tak sanggup jika harus jujur. tatapan mata jeongwoo begitu dalam saat menatapnya.






pretty good. ya… kecuali waktu itu, maaf…”





"it's okay, ju. jadi kenapa ajak ketemu disini?"





junghwan meremat jarinya, "hey, kok diem?"



"jadi gini… perihal ‘kita’ kayaknya aku udah nggak bisa lanjutin lagi" jeongwoo terdiam. ah, dia mengerti kemana arah pembicaraan junghwan. pria itu menghela nafasnya, cepat atau lambat bukankah hubungan mereka ini akan selesai juga?



mau bagaimanapun juga, hubungan ini cuma pura-pura.




tidak ada keseriusan didalamnya.





kecuali junghwan, yang jatuh pada jeongwoo.




"aku rasa, aku pengen akhirin ini semua—" suara junghwan sedikit bergetar, "maaf, aku kayaknya nggak kuat. soal bayaran, itu udah lebih cukup…"


"ju─"




"aku cuma nunggu jawaban ‘iya’ dari mas" junghwan menatap netra kelam milik jeongwoo, "gimana sama papi? mas belum mikirin gimana bilangnya ke papi, kalian udah deket"



ah, ya. junghwan jadi teringat asahi. pria mania itu pasti akan terkejut dengan hal ini. apalagi asahi dan dirinya sudah cukup dekat, tak jarang bahwa asahi sering memberi pesan kepada junghwan, seperti menyuruhnya menjaga kesehatan karena akhir-akhir sering sekali turun hujan.

junghwan juga teringat dengan rencana yang sudah mereka buat nanti, membuat bolu cokelat kesukaan jeongwoo. keduanya masih belum bisa mewujudkan rencana itu karena beberapa hal. papi, maaf, kita nggak bisa bikin bolu cokelat.





"kenapa mendadak banget, ju?" jeongwoo kini mulai bertanya, ingin mengetahui jawaban yang sejujur-jujurnya dari pria manis dihadapannya.



"ada hal yang nggak bisa aku kasih tau, tapi yang jelas aku pengen akhirin ini" junghwan menegakkan tubuhnya, menundukkan kepalanya. jarinya bergerak untuk memberi pesan sang ayah untuk menjemputnya, tapi ternyata haruto sedari tadi tak meninggalkannya. pria jepang itu berada di sebuah minimarket sedari tadi.



"nggak bisa ditunda? mas harus kasih tau ke papi dulu"




"nggak bisa, mas. tolong, ya?"



rental ; woohwan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang