Bagian VIII [S2]

20 2 0
                                    

Gebrakan inovasi bisnis melalui aplikasi Agen Kondangan yang sempat menggemparkan jagad maya pada awal 2017, tidak terlepas dari peran pendirinya. Semua bermula dari seorang pria jomblo, menyedihkan nan kesepian yang jengah karena selalu ditanya, "kok sendirian?", "mana pasangannya?" atau "kapan nyusul?" saat menghadiri resepsi kakak sepupunya, Dahlia. 

"Supaya orang-orang seperti saya tidak canggung karena datang sendiri," begitulah jawaban Wira ketika diundang sebagai bintang tamu acara on-air dan ditanya apa gerangan motivasinya mendirikan perusahaan jasa tersebut.

Lama berlalu sejak hari itu, tapi kenangannya masih membekas dalam ingatan Wira. Pertanyaan-pertanyaan tidak mengenakkan dari om, tante, bahkan sepupu-sepupu reseknya yang datang dari daerah dan negeri jauh masih terus diterima CEO Agen Kondangan tersebut selama ia masih menyandang status jomblo.

"Ah, sial. Dari sekian banyak klien wanita yang memakai jasaku, kenapa tidak satupun yang kepincut sama bosnya, sih?!"

"Oh, please. Yang benar saja. Memangnya Mas kira ini cerita Webtoon?" celetuk Meta pada suatu hari, kala mendengar keluh kesah tak berkesudahan pria yang akrab disapa Mas Bos. 

Konsep female lead yang memacari CEO hanya bisa kau temukan di novel atau komik roman-drama-komedi. Namun, cerita ini bukan tentang Meta yang karena kepepet memaksa dirinya menjalani hubungan palsu dengan Wira hingga berujung cinta betulan. Pun layaknya serial romansa laris di luar sana yang dibuat musim keduanya-- membangun keluarga cemara bersama sang CEO.

Meta bergidik ngeri, membayangkan alur cerita Webtoon yang klise terjadi pada dirinya. Ditelpon di luar jam kerja saja sudah membuatnya sebal bukan main, apalagi diajak lembur berdua. Lalu tiba-tiba saja penulis yang iseng mencoba merombak skenario, menuntut Meta menjalin hubungan romantis dengan pria tengil yang tidak tahu cara berbusana ini? 

Hiii...! Amit-amit jabang bayi! 

Sementara itu, Wira mengernyit. Mengerucutkan bibir sambil kedua tangannya terlipat di depan dada. Dalam benaknya, membayangkan memasang banner rekrutmen dengan tulisan sebagai berikut di depan kantor dan halaman utama aplikasinya: 

Dicari staf administrasi yang seksi, pintar dandan, ramah bintang lima dan mau kencan sama CEO-nya. Yang berminat silakan kirim lamaran ke email wiraganteng1112@agenkondangan.co.id.

Kendati demikian, pria tinggi berkaos oblong yang sedang berkacak pinggang di depan meja administrasi itu lebih menyukai opsi kedua. Menyandar pada papan nama Agen Kondangan di seberang meja admin, Wira mengangkat sebelah alisnya dan menyeringai nakal.

"Met, mau tugas tambahan, nggak?" 

Pancaindra Meta menjadi dua kali lebih sensitif saat kata "tugas tambahan" disebut-sebut. Mendecak, menampakkan hanya matanya yang menyipit sangsi dari balik monitor.

"Kali ini beneran ada dana operasionalnya, 'kan, Mas? Ada bonusnya, 'kan, Mas?" 

"Iya. Serius, deh."  

Meta mendadak gusar, mengingat pengalaman mengerjakan tugas tambahan "garingan" alias tak berbayar selama ia bekerja untuk Wira. Pada momen tertentu, ia merasa dirinya adalah Diana yang sedang berhadapan dengan Bossman-- kendati Wira tidak separah karakter yang diperankan Reza Rahadian di film My Stupid Boss.

Meta tahu, tidak seharusnya ia mengabaikan insting wanitanya, tapi desakan kebutuhan bulanan membuatnya tak bisa menolak. Ditambah, ia baru saja mengalokasikan uang yang tadinya untuk membayar kos demi memenuhi gengsi di depan teman-temannya. Akibatnya, sudah tiga hari ini sang ibu kos rutin mengiriminya pesan cinta.

Dalam pergolakan batin itu, bibir Meta mengeja "oke" tanpa tahu maksud di balik tugas tambahan yang akan dibebankan pada dirinya.

.

Salah OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang