Bagian I

174 13 30
                                    

"Agen Kondangan" merupakan bisnis kekinian yang bergerak di bidang jasa. Seperti namanya, perusahaan itu- jika boleh disebut demikian- menyewakan agen-agen profesional yang dibayar untuk menemani calon klien menghadiri resepsi pernikahan maupun acara semi-formal lainnya. Mengusung visi mulia "mencegah calon klien dari situasi canggung karena datang sendiri", para agen dilengkapi dengan fasilitas berupa kendaraan yang bisa dipilih sesuai budget.

Bisnis ini berawal dari keresahan mas bos yang jengah karena kerap ditanya, "kok sendirian?", "mana pasangannya?", "kapan nyusul?" saat menghadiri resepsi sepupunya. Kenyataan bahwa ia hanyalah satu diantara populasi jomblo di planet bumi, membuat hati kecilnya tergerak untuk mendirikan sebuah bisnis yang bertujuan membantu kaumnya.

Konyol? Ya, memang.

Bahkan pada awal peresmiannya, bisnis ini banyak menuai kritik dari berbagai pihak, pun keluarga mas bos sendiri.

Menempati salah satu ruko di Middle East Ring Road (MERR) Surabaya, usaha yang dibangun sejak tahun 2017 tersebut rupanya tak sepi peminat. Terhitung dari bisnis tersebut mulai beroperasi, mereka telah melayani lebih dari seribu klien. Lebih dari 40 surel datang per bulan atau minimal mereka mendapatkan 10 klien per minggunya.

Meta menyortir CV yang masuk ke surel perusahaan dengan jeli. Biasanya calon klien akan melampirkan kriteria agen yang diinginkan bersama dengan CV dan undangan resepsi yang dikirim sebagai bukti. Kriteria yang dimaksud bisa berupa bentuk wajah, rambut, tinggi badan, hingga dress code yang bisa disesuaikan dengan calon klien.

Dalam lounge room, telah hadir delapan pria dengan berbagai latar belakang dan pesonanya masing-masing. Mulai dari yang standar- orang menyebutnya Indonesia banget- hingga blasteran. Dari yang berpenampilan rapi hingga semi-santai. Dari yang sepucat vampir hingga eksotis. Semua lengkap, tinggal pilih.

"Ah, menyebalkan. Dia itu ngapain, sih?" gerutu salah seorang agen.

Sejurus itu, rekan-rekannya menjatuhkan lirikan pada sosok yang tengah berlenggak-lenggok di depan cermin sambil membenarkan posisi jas aprikotnya.

Namanya Hans, agen paling "laku" di kalangan klien wanita. Wajahnya kerap tampil di banyak acara dan gedung-gedung resepsi. Bagaimana tidak, ia memiliki kulit putih bersih, wajah imut, berpostur bagus dengan gaya rambut berkiblat pada Negeri Ginseng.

Para agen mendongak saat speaker yang menempel pada sudut plafon diketuk. Dari ruangan sebelah yang terpisah oleh kaca tipis, tampak seorang wanita memegang mikrofon.

"Tidak terlalu tinggi. Berkulit putih. Rambut lurus. Tidak berkumis atau bercambang," katanya, selagi mengecek koleksi agennya.

"Dia pesan tuyul, ya?" celetuk salah seorang agen, yang lantas membuat para pria di sana meledak dalam tawa.

"She wants me, baby!" seru Hans.

Nah itu dia tuyulnya datang, gumam yang lain selagi memutar bola mata jengah.

Sebelum meninggalkan ruangan, Hans menoleh. Mengedip seraya bergimik genit- membuat agen yang lain beringsut kesal. Setelah sukses memprovokasi rekan-rekannya, ia berlari kecil ke seberang ruangan dimana Meta menunggunya.

"Ini kartu namanya. Acaranya dimulai jam 7 dan dia memakai gaun hijau."

Hans mengacungkan jempol. Menjawab "oke" dengan senyum sumringah. Ini adalah klien ketiganya dalam seminggu. Sepertinya gelar agen "populer" bulan ini akan jatuh padaku lagi, begitu pikirnya.

Pintu kaca di ujung lorong terbuka saat ia hendak pergi ke ruang ganti. Seorang pria jangkung berkaos putih polos, celana jin yang sobek bagian lututnya- bukan mode, tapi sobek saat ia jatuh dikejar anjing tetangga- dan sandal selop menghampiri mereka. Sambil bersandar pada meja, pria itu melongok ke layar komputer.

Salah OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang