Ch 02 - Messy

675 51 9
                                    

Hari ini Jieon memutuskan tidak masuk kuliah. Ia titip absen pada Jumin, teman se falkutas-nya. Bukan ke Sara, dikarenakan gadis itu juga merasa tidak enak badan dan tidak masuk hari ini.

"Ah, ini benar-benar buruk."

Sejak kepulangannya dari club Jieon tak henti-hentinya mengeluh karena ia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi semalam sehingga tahu-tahu paginya ia berbaring satu selimut dengan laki-laki tak dikenal tanpa busana sehelai pun.

Tidak. Ia mengingat sedikit namun hanya ketika dirinya berciuman dengan pria yang bahkan tak diketahui wajahnya karena pandangannya memburam kala itu. Sisanya, ia benar-benar lupa.

"D-dia pakai pengaman kan?" gumamnya cemas sambil mengelus perut ratanya. Jieon khawatir dirinya hamil. Ia benar-benar baru melakukannya. Dan, masa depannya masih panjang.

"Na Jieon bodoh!" Jieon meloncat ke sofa dan menelungkupkan tubuhnya lalu mengerang sambil menggigit bantal kencang-kencang.

Cukup lama dirinya seperti itu, sampai sekarang menjadi sedikit tenang.

"Itu hanya kecelakaan. Tenang, tenang. Itu hanya sebatas hubungan one night stand. Kau tidak perlu memikirkannya. Oke." ucapnya berusaha menenangkan diri sendiri.

"Baiklah, mari kita mandi sekarang." ia bangkit dengan keadaan yang benar-benar tak rapi. Rambutnya sudah tidak terbentuk. Jieon berjalan kearah kamar mandi dengan senyuman lebar dan senandung kecil dari mulutnya.

Ketika ia membuka baju bagian atasnya dan berbalik untuk menghadap cermin, saat itu juga matanya membelalak bersamaan dengan mulutnya yang menganga.

Jieon menatap pantulan dirinya di cermin tanpa berkedip sama sekali.

"Apa-apaan ini?" gumamnya dengan nada kaget.

Terlihat jelas di sekujur tubuhnya terdapat banyak sekali bekas kemerahan yang menempel disana. Mulai dari leher, bahu, dada, perut, bahkan lengannya pun tak ketinggalan. Kemudian saat ia berbalik, punggungnya pun bercorak merah-merah disana.

"Sial. Dasar orang mesum sialan." ucapnya hampir menangis. Jieon benar-benar kesal. Ia ingin marah sekali saat ini. Tetapi ia tidak tahu harus melampiaskannya kemana.

Pun ia merasa jijik pada dirinya sendiri karena memikirkan mungkin saja ia tidur dengan paman tua mesum semalam.

Belum sampai disitu, ketika ia melepas celana tidurnya, banyak juga disana merah-merah yang terpampang dengan jelas. Lagi-lagi Jieon mengumpat. Dan tak lama kemudian dirinya memutuskan untuk cepat-cepat mandi setelah hampir menangis karena kecerobohannya.

###

"Bagaimana caranya aku mencarinya ya? Dia terlihat seperti masih sekolah. Apa dia seorang mahasiswi?"

Selagi berjalan menyusuri lorong kampus sendirian dengan tas yang ia gendong sebelah, Taehyung bertanya-tanya di dalam hatinya.

Tahun ini adalah tahun ke-enam Taehyung berada di kampus, ia tengah menjalani pendidikan S2-nya.

Ia adalah mahasiswa yang populer sebab prestasinya, parasnya yang tampan, dan sikapnya yang ramah kepada semua orang. Tampaknya semua orang di kampus ini mengenalnya. Bukannya bermaksud sombong, namun itulah kenyataannya.

Selama perjalanan, Taehyung selalu memfokuskan pandangannya terhadap mahasiswi yang memiliki rambut pendek. Namun dari pertama hingga akhir ia tidak menemukan gadis itu. Ia berpikir mungkin saja dia ada disini.

Tiba-tiba saja pikiran Taehyung terarah pada kejadian kemarin malam. Itu adalah pengalaman pertama baginya. Sekalipun seumur hidup Taehyung belum pernah pergi ke tempat seperti itu, dan itu benar-benar pertama kalinya.

Malam itu ia dihasut oleh teman-teman sesad-nya untuk mencoba setidaknya satu kali seumur hidup. Dan Taehyung berpikir, mungkin tidak buruk juga. Lagipula ia belum menikah, dan usianya sudah dewasa.

Tetapi hal lain malah terjadi, yaitu ia menemukan pujaan hatinya. Saat itu pula hati Taehyung terkunci. Ia tahu gadis itu juga baru pertama kalinya.

Tidak sadar Taehyung tersenyum-senyum sendiri. Mengabaikan di sekitarnya yang mungkin tengah menatapnya aneh.

"Dasar gadis nakal. Aku pasti menemukanmu."

###

Biarpun tidak masuk kuliah, Jieon masih mempunyai tugas yang mesti di selesaikannya. Suasana di dalam ruang tamunya begitu tak terkondisi. Jihyun belum bersih-bersih dikarenakan ia sangat sibuk sejak kemarin.

Di tengah keheningan dan ketenangan, suara dering ponselnya terdengar. Mau tak mau Jieon menghentikan sejenak aktivitasnya dan menilik kearah ponselnya di atas meja.

Dirinya langsung syok dan reflek mengerutkan alis ketika melihat siapa si penelepon tersebut.

"Ya, ada apa?" jawabnya sejenak setelah menekan tombol hijau. Sementara itu Jieon kembali melanjutkan kegiatannya tadi.

"Jieon, apa kau baik-baik saja? Apa kau sakit? Katanya kau tidak masuk hari ini?"

Tak lain dan tak bukan itu adalah Kang Hangyul. Pria yang menjadi penyebab dari hancurnya Jieon saat ini sekaligus kegaduhan semalam.

"Ya, aku sedikit tidak enak badan."

"Astaga, perlukah aku membeli obat lalu ke rumahmu? Kau sakit apa? Demam?" suara Hangyul disana terdengar begitu khawatir. Jihyun mendengus, lalu memutar bola matanya.

Sakit hati!

Jieon ingin sekali menjawabnya dengan teriakan sampai membuat telinga Hangyul sakit.

"Tidak perlu. Aku sudah mendingan." sedari tadi nada bicaranya terdengar begitu ketus.

"Yang benar? Mumpung aku sedang di luar, bagaimana kalau-"

"Tidak! Kubilang tidak perlu. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku." dengan cepat Jieon menyela ucapannya karena sudah muak. Entah kenapa, ia jadi sangat malas mendengar suara Hangyul saat ini.

Ada jeda beberapa detik setelahnya sehingga keadaan menjadi hening. Lalu samar-samar Jieon mendengar ada suara perempuan yang menyahut dari seberang sana.

Reflek saja Jieon mendecih. Itu pasti pacar Hangyul.

"Jieon, maaf aku tutup dulu teleponnya. Semoga kau cepat sembuh."

Kemudian sambungan telepon terputus.

Jieon kesal. Ia melempar ponselnya begitu saja kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan, kemudian terdiam.

Kenapa rasanya sakit sekali?

Jieon mengusap air mata yang keluar dengan pelan. Dalam sekejap wajah putihnya menjadi memerah lantaran menahan tangis.

"Bagaimana bisa kau seperti ini padaku?" gumamnya dengan nada kesal. Jieon mengacak rambut pendeknya sehingga tak terbentuk. Bibirnya bergetar, Jieon tidak mau menangis lagi.



[]

This Yandere Boy is My Husband [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang