EVAN
" Leia karisma putri"
Nama itu, nama itu, ia itu adalah nama wanita yang tertulis dibuku yang tertinggal malam itu. Wanita yang saat ini sedang gue cari. Ndak mungkin, Ndak mungkin wanita itu, iya... iya... (Dengan nada panik) Gue yakin bukan dia kan tuhaannn, ya Van pasti bukan dia. (Khwatir, takut dan sedih jadi satu)
Haaaahh haaahh gue teriak sekencang mungkin untuk menyeimbangkan otak gue yang rasanya sudah sangat berat dan panas karena api ketakutan dan rasa khawatir ditambah ada rasa kecewa sama diri sendiri. Tidak hanya suara teriakan yang keluar dari lisan gue, kedua tangan juga ikut beraksi ke kiri dan ke kanan menghancurkan semua benda yang bisa gue jangkau di dalam kamar tempat gue berada.
Gue gak tau gue harus bagaimana, jika sampai wanita itu sama dengan wanita yang gue cari maka Rasya gak mungkin mau menerima gue lagi jadi bagian sahabatnya. Apalagi ceritanya sampai membuat wanita itu depresi berbulan-bulan.
Gue bermonolog berusaha menenangkan diri "Van Evan tenang, bisa jadi hanya namanya yang sama kan di dunia ini bukan dia aja yang memiliki nama seperti itu"
Ucapan semangat itu tidak berfungsi, tak selang beberapa lama gue kembali tersadarkan akan sesuatu, terlalu kebetulan jika kejadian yang dialami wanita itu bisa sama Persis dengan kejadian wanita yang gue hancurkan itu, kemudian tempat kejadian yang sama pula di Malaysia dan sekarang memiliki nama yang sama, kecil sekali kemungkinan jika itu adalah orang yang berbeda.
Gue gak bisa bohongi diri gue sendiri dengan mengatakan bukan orang yang sama sementara semua bukti mengarah kesana. Jika wanita yg ingin Rasya muliakan sama dengan wanita yang ku hinakan, apakah persahabatan kami bisa terus berlanjut?
Rasya sangat mengidamkan, menginginkan, mengharapkan, memuliakan dan menunggunya. Sedangkan gue, merusaknya, menodainya, menghinakannya dan sekarang gue membebani dengan adanya anak gue tumbuh di rahimnya.
Kita memperlakukan wanita yang sama dengan cara yang sangat berbeda, dia ingin memuliakan dengan menikah gue telah menodainya, dia ingin membangun keluarga yang bahagia gue telah memberikan beban hingga depresi, dia ingin punya anak dari rahim wanita itu dengan cinta dan ridho tuhan lewat ikatan suci gue menghamili dengan benci dan laknat tuhan. kita tidak berada di jalan yang sama.
Gue faham posisi ini, seandainya dibalik posisi Rasya dan posisi gue saat ini, bahkan siapapun dari kita, jika ada yang menghinakan orang yang gue muliakan, sudah pasti gue gak akan tinggal diam siapapun dia akan saya lawan.
Contohnya gue, bokap gue sendiri aja berani gue tolak jika sesuatu yang gue inginkan tidak disetujui. Salah satunya cita cita gue untuk diri gue sendiri berbeda jauh dengan cita cita bokap untuk gue. bahkan gue sampai pindah tempat tinggal yang penting gak bersama bokap yang mau menghancurkan semua mimpi gue.
Apalagi Rasya yang begitu lama menunggu wanita itu untuk dijadikan pendamping hidupnya tiba-tiba hancur karena gue sahabatnya.
Gue menghancurkan semua mimpinya bersama wanita itu, layakkah gue dikatakan sahabat? Sahabat macam apa, yang menyulitkan sahabatnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
who's my daddy
Non-FictionSeorang wanita cerdas dan takut pada tuhannya harus menghadapi takdir yang menyedihkan baginya. "disaat aku sudah mulai merasakan kebahagiaan dengan segala proses impianku yang 1 persatu mulai terkabul, aku harus merasakan kegagalan selama hidup gar...