LEIA
Leia nanti jika sudah besar harus jadi anak yang baik dan anak yang menjadi contoh yang baik buat orang lain. Gak boleh nakal dan ngelawan sama orang tua, dan kakak.
Harus jadi wanita yang anggun berakhlak baik. Leia gak boleh curhat keluh kesah ke orang lain selain sama ibu. Kita tidak pernah tau bagaimana hati setiap orang. Ada yang mendengarkan untuk mencari solusi tapi ada juga orang yang mendengarkan untuk diceritakan lagi pada orang lain, tapi beda halnya ketika Leia cerita sama ibu dan kakak, tidak ada ibu yang menyebar aib anaknya untuk dijatuhkan. Kamu curhat ke ibu sudah pasti terjaga dan ketika ibu memberikan solusi juga pasti yang terbaik buat kamu. Begitulah nasehat beliau.
Ibuku tipikal wanita yang tegas dan penuh kasih sayang, beliau menyampaikan perasaan sayangnya ke kami bisa dihitung jari saking jarangnya ia menyampaikannya. Kami bahkan lebih takut ibu dari pada kepada ayah, saat kebanyakan orang diluar sana lebih takut pada ayahnya.
Ketika masih kecil aku termasuk anak yang cengeng ketika berada di rumah, tapi jika di luar rumah aku tidak pernah nangis sekalipun aku disakiti sekeras apapun oleh teman-temanku.
Dulu sebelum SD aku pernah membawa tangisku pulang, karena saat bermain dengan teman-temanku aku terkena pukul, dari sejak itu aku tidak pernah menangis lagi karena bukan malah dibela aku malah dimarahi ibuku
“kalau kamu menangis diluar rumah karena temanmu, tangisanmu jangan kamu bawa pulang. Selesaikan permasalahanmu disana bersama temanmu. Kamu kira ibu akan membelamu? Tidak akan! karena itu menandakan kamu pengecut kalau kamu minta pembelaan orang tuamu”
Aku berusaha menahan tangis mendengar perkataan ibuku, karena aku takut ibu makin marah, apalagi kalau ibuku marah kebiasaannya mencubit bagian paha.
“kamu kalau berantem dengan temanmu, jika kamu dijaili jangan diam aja kamu harus berusaha membela diri, karena ibu tidak selamanya terus bersama kamu, tapi jangan pernah memulai mencari gara-gara sama temanmu. Kalau kamu mati karena berusaha mempertahankan harga dirimu itu ibu lebih sukai dari pada kamu berlari dari masalah.”
Kata-kata ibuku membuat aku tidak pernah mau terlihat lemah sebelum aku mengenal islam lebih dalam. Bahkan sejak aku belum mempelajari islam aku menjadi wanita yang terlihat kejam tapi sebenarnya aku care dengan teman-temanku. Sejak itu aku tidak pernah menjadi yang dibuli tapi malah aku selalu jadi ketua geng.
Dikampung Ku seumuran aku tidak ada perempuan semuanya laki-laki aku hanya sendiri yang membuat aku sedikit tomboi, tapi aku tidak sampai langkah kaki dan cara berpakaian seperti cowok. Hanya tingkah laku saja, karena ibuku setelah aku baligh tidak pernah membelikan celana, selalu dress selutut dengan khas rambut panjang yang selalu dikuncir.
KAMU SEDANG MEMBACA
who's my daddy
Non-FictionSeorang wanita cerdas dan takut pada tuhannya harus menghadapi takdir yang menyedihkan baginya. "disaat aku sudah mulai merasakan kebahagiaan dengan segala proses impianku yang 1 persatu mulai terkabul, aku harus merasakan kegagalan selama hidup gar...