Di pagi yang cerah, suara kicauan burung, udara yang masih segar, embun yang membasahi setiap helaian daun di sekitar rumah membuatku selalu ingin berada di tempat ini sampai tua nanti.
Aku ingin membangun rumah ditempat ini, membentuk hidup baru di tempat ini, bermain bersama anak-anak ku kelak ditempat ini dan menghabiskan masa tua ditempat ini dengan orang yang allah takdirkan untukku.
Hidupku selama ini berada di desa dengan pemandangan seperti itu setiap paginya bersama keluarga yang penuh kasih sayang, kebahagiaan selalu menyelimutiku saat bersama mereka, hal-hal kecil asal bersama mereka bisa menjadi suatu kebahagiaan yang besar bagi kami.
Permintaan kami adalah yang penting kami selalu bersama, bisa makan bersama, kumpul bersama dan menghabiskan waktu luang bersama.
Dengan perekonomian yg cukup bahkan kurang membuat keluargaku hanya memberi kesempatan menempuh pendidikan bagi laki-laki saja. Yang perempuan cukup hanya sampai SMA.
Masih teringat bagaimana sulitnya melobi ibu saat aku akan masuk perkuliahan. Notaben ibu yang tegas membuat kami para anaknya malu untuk meminta hal-hal yang sekiranya berat. Contohnya aku, karena aku tau bahwa ibu tidak akan mengizinkanku untuk kuliah, jadilah aku gak pernah meminta dan menyinggung hal itu.
Aku hanya lampiaskan dan menyampaikan ke ayah saja tapi ayahku yang tipikal penyabar dan takut sama ibu, entah, beliau sampaikan ke ibu atau tidak tentang curhatanku selama ini kepadanya.
Waktu pengisian dari sekolah tentang pendaftaran perkuliahan jalur prestasi, aku hanya bisa melihat teman-temanku yang mengisi dan saling bertanya satu sama lain. Saling berbagi info antar univ yang satu dan univ yang lain. Formulir ku bahkan diisi oleh temanku.
"Lei ayo isi, kamu kuliah dimana ambil jurusan apa?"
"Kamu isi aja terserah kamu tulis apa, kalau rizkinya juga kita kesampaian kalau nggak juga kita harus terima" Aku jawab sepositif mungkin, karena aku masih berharap Allah beri keajaiban agar aku bisa kuliah. Manusia mau menolak sekeras apapun kalau Allah beri kehendak, tidak akan ada yang bisa menghalanginya. Kun fayakun (terjadi maka terjadilah).
Aku tipikal yg selalu positif tinking pada diriku dan keadaan dan tidak pernah aku mengatakan aku gak akan kuliah. Aku percaya bahwa setiap omongan adalah do'a, yang membuatku akhirnya untuk menjaga perkataan, harus berkata baik atau diam.
Masih sangat ingat kalau hari itu adalah hari pengumuman dari sekolah siapa saja yang keterima jalur Bidikmisi dan jalur SNMPTN, tapi aku tidak hadir karena dari keluarga positif gak akan kuliah walaupun keterima.
Jiwaku yang tidak disekolah tapi ruhku sedang melobi Allah dengan solat hajat dan sholat duha terus kulakukan pada pagi itu. Berharap dapat kabar bahagia yang Allah sudah siapkan.
Sampai pukul 09.00 hapeku berdering panggilan dari temanku, dari situ aku mempersiapkan diriku menerima kabar apapun itu baik atau tidak itulah yang terbaik bagi Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
who's my daddy
Non-FictionSeorang wanita cerdas dan takut pada tuhannya harus menghadapi takdir yang menyedihkan baginya. "disaat aku sudah mulai merasakan kebahagiaan dengan segala proses impianku yang 1 persatu mulai terkabul, aku harus merasakan kegagalan selama hidup gar...