"Kamu tahu kan kalau kamu sudah lancang membaca buku saya?"
"Saya tahu. Apa yang bisa saya lakukan untuk menebus kelancangan itu?"
Perempuan itu diam sebentar, lalu tersenyum. "Ajari aku Islam, Zam."
***
Semua bermula ketika Azzam dan Meyza tidak se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍁🍁🍁
Dinginnya udara kala itu baru terasa ketika gorden jendela tidak sengaja terkesiap angin yang berhasil tembus celah jendela. Meskipun tidak sekencang angin musim gugur, namun semilirnya berhasil membuat bulu halus milik laki-laki dengan sarung hitam itu bergidik.
Lantas, ia pun bangun dari duduknya untuk merapatkan tutup jendela agar tidak ada lagi angin yang masuk. Setelahnya, barulah ia kembali ke tempat semula. Menyelesaikan beberapa tugas di laptop ditemani secangkir teh madu dan juga bolu khas buatan Razwan.
Usai dengan semua tugasnya, Azzam tidak langsung menutup laptopnya. Ia memilih tetap stay di tempat untuk mengirim file-file berupa foto hasil jepretannya. Baik itu ketika di Istana Al-Hambra, Benteng Alcazaba, Al-Bayzin, Mezqueta, Puente Romano, maupun di Medina Azahara kemarin. Selain agar foto-foto tersebut aman, Azzam juga ingin mengirimkannya pada saudara kembarnya di sana.
Azzam yakin, pasti Azzura akan sangat senang melihat semua foto yang ia kirim lewat aplikasi WhatsApp web. Sembari menunggu semua file itu selesai dikirim, Azzam beranjak mengambil buku Sirah Nabawiyah di rak buku bagian pojok ruangan dan membawanya ke tempat tadi.
Sayangnya, baru akan membuka sampul buku tebal tersebut, ponsel yang ada di samping laptopnya berdering. Azzam bisa melihat jika ada panggilan video masuk. Ia segera mengangkatnya ketika membaca nama yang terpampang di sana.
"Abang!" panggil gadis di ujung telepon setengah berteriak. Padahal, Azzam akan tetap mendengar meskipun saudaranya itu berbisik.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Biasakan setiap kali bertemu seseorang, ucap salam. Tidak peduli lewat media ataupun berhadapan langsung. Karena mengucap salam adalah salah satu sunnah Baginda Nabi," balas laki-laki itu membuat Azzura cengengesan. Gigi putih berderet itu membuat senyum Azzam mengembang. Ia senang melihat saudara sekaligus adiknya tersebut bahagia.
"Ayah sama Bunda mana? Abang harap, Zura akan bawa kabar baik hari ini," tutur Azzam.
"Aman, Bang. Mereka sehat, alhamdulillah. Zura juga sehat wal'afiat kok. Abang juga baik-baik, kan, di sana?"
Azzam segera menampilkan senyum setelah mendengar pertanyaan adiknya. Senyum yang menandakan bahwa tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan karena dia baik-baik saja selama di sini. Hanya saja, hatinya tengah dilanda kebimbangan dan sedikit keresahan.
"Baik juga, Ra."
"Zura! Kenapa makanannya nggak dihabisin, Nak?"
Lewat panggilan video itu, Azzam bisa mendengar suara bundanya. Rasa rindu pun tiba-tiba memenuhi relung hatinya. "Abang mau bicara sama Bunda, Ra," pintanya.