5 - Diary Biru Muda

193 29 30
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Dingin masih terasa di beberapa sudut meski sinar matahari mulai menampakkan senyumnya pagi itu. Bahkan kilaunya sudah menyusup masuk lewat gorden jendela apartemen yang terbuka lebar. Jika melihat pemandangan dari balkon, maka langit yang semula nampak kuning kemerah-merahan sekarang sudah berubah menjadi biru cerah.

Kabut-kabut yang sempat mengelilingi kota Granada juga sudah berpamitan. Yang tersisa dari Maha karya Tuhan pagi itu adalah, pemandangan hamparan kota yang terlihat begitu memukau akibat sinar matahari yang sudah menyelip diantara tembok-tembok rumah warga.

Warna kuningnya juga berhasil membuat aura ketampanan laki-laki yang tengah berdiri di depan cermin itu menguar. Hampir lima menit ia berdiri di sana hanya untuk sekedar mengolesi wajahnya dengan krim pelembab. Meski sudah tinggal beberapa bulan di Spanyol, kulitnya belum mampu beradaptasi dengan musim di sini. Bahkan, ketika pertama kali tiba pada musim dingin waktu itu, kulitnya langsung memerah.

"Kukira ini sudah cukup," gumamnya ketika merasa penampilannya sudah sempurna. Ia lantas mengambil mushaf hijau kecil dan memasukkan benda tersebut dalam tas kecil miliknya.

Sebelum keluar apartemen, ia kembali berpamitan pada sahabatnya yang masih duduk anteng di balkon sembari menghabiskan sarapannya. Beberapa menit sebelum keluar pintu, ia langsung teringat dengan benda yang terselip diantara buku-bukunya. Ia hampir saja melupakan buku biru muda milik gadis yang ia bantu waktu itu.

Mungkin karena tergesa-gesa, ia tidak sadar jika buku tersebut tidak masuk sempurna dalam tasnya. Akibatnya, benda itu malah jatuh beberapa meter dari rak buku miliknya.

Azzam segera berbalik begitu menyadari buku tersebut jatuh. Saat akan mengambilnya, ia cukup terkejut melihat tulisan dari lembaran yang sempat terbuka. Ia juga tidak tahu kenapa buku tersebut bisa berada pada posisi seperti itu.

Bola matanya seakan tidak berkedip setelah berhasil menangkap beberapa kalimat yang tertera di sana. Bukan bermaksud tidak sopan karena membaca buku itu tanpa izin, hanya saja, buku itulah yang seolah ingin agar Azzam membacanya.

Terlanjur dibuat penasaran oleh tulisan tangan tersebut, perlahan tapi pasti, tangan Azzam mulai bergerak mengambil buku itu. Masih dengan posisi terbuka. Di pojok kanan halaman itu tertulis nama 'To Muhammad' dalam ukuran yang lebih besar.

Wahai Muhammad,
Dengarkanlah panggilanku ini
Aku ingin sekali melihatmu

Kau,
Yang kata para penganut ajaranmu adalah sosok yang begitu sempurna
Yang bahkan Bretly Hiler, Snersten Elasogi, Michael Hart, serta para pemikir dan pakar sejarah lainnya, begitu senangnya menulis tentangmu dalam buku-buku mereka

Kau,
Yang katanya pembawa buku ajaib bernama Quran
Yang dengan buku ajaib itu, dunia ini benderang seperti sekarang
Yang dari buku ajaib itu, Averroes berhasil menghasilkan penemuan luar biasa bagi dunia kedokteran
Yang dengan Quran itu, bisa menyembuhkan serta menghilangkan nestapa manusia

Senja & Andalusia [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang