بسم الله الرحمن الرحيم
🍁🍁🍁
Azan Magrib baru saja berkumandang dari aplikasi hijau di ponselnya. Seorang laki-laki yang tengah menyugar rambut dengan jari tangannya langsung bergegas mengambil sajadah yang tergeletak di atas kasur dan bersiap untuk menunaikan solat bersama Edgardo di musola apartemen. Namun, sebelum langkahnya berlanjut ke pintu keluar, ia lebih dulu melirik ke luar jendela demi memastikan apakah ada tanda-tanda teman kamarnya itu akan pulang.
"Apa dia masih di masjid?" gumamnya setelah tidak menemukan apa-apa di bawah sana. Tidak lama setelah itu, dering ponsel miliknya berbunyi. Ia pun bergegas untuk mengangkatnya. Dengan gerakan yang begitu cepat, ia langsung menempelkan benda pipih itu pada telinga.
"Halo, Zam! Kamu dimana? Kenapa belum pulang?" tanyanya dengan nada kesal. Sayangnya, kekesalan yang Razwan rasakan hanya bertahan beberapa detik sebelum panggilannya itu dibalas oleh seorang pria. Bukan pemilik nomor itu.
"Maaf, Anda siapa?" tanya Razwan sudah merubahnya intonasinya menjadi lebih santai. Pertanyaannya tersebut dijawab oleh lawan bicaranya dalam bahasa Spanyol.
Karena belum terlalu lancar berbahasa Spanyol, akhirnya Razwan berlari ke luar untuk menemui Edgardo. Berharap, temannya itu bisa menjelaskan dengan lebih jelas apa yang hendak dikatakan pria yang menelponnya tadi.
"Edgar!" panggil Razwan dengan ekspresi yang sulit diartikan. Pemilik nama itu pun ikut dibuat bingung oleh sikapnya yang tiba-tiba datang dengan berlari.
"Ada apa, Wan?" balas Edgar yang baru selesai mengambil wudhu. Istrinya, Maryam, tidak sedang berada di apartemen. Pagi tadi, dia dan sepupunya pergi ke rumah mertuanya di distrik Sir.
"Bicaralah! Aku tidak paham apa yang dia katakan," titah Razwan menyerahkan ponselnya.
Edgardo mengambil benda tersebut kemudian melihat kontak yang terpampang di sana. Kerutan di keningnya kian bertambah melihat nama Azzam di sana. Baru akan mengeluarkan pertanyaan, Razwan sudah lebih dulu menyahut.
"Itu bukan Azzam. Aku juga tidak tahu kenapa handphone Azzam ada di pria itu." Razwan menjelaskan kebingungannya.
Tanpa bertanya lagi, Edgardo segera mengajak sosok yang memegang ponsel temannya untuk bicara dalam bahasa Spanyol. Razwan hanya menyimak sambil menerjemahkan maknanya. Sampai akhirnya, ekspresi Edgar yang berubah drastis membuat Razwan segera mendekat.
"Ada apa, Edgar?" tanya Razwan terlihat panik. Pasalnya, Edgardo sudah berkali-kali membaca istighfar dan kalimat tarji'.
Usai mengucap terima kasih, Edgardo segera menutup telponnya. Hembusan napas panjang pun terdengar melirih dari bibirnya. Ditambah dengan ekspresi wajah berduka, membuat temannya yang sejak tadi menyimak semakin khawatir.
"Ada apa Edgar? Apa terjadi sesuatu? Katakan!" mohon Razwan tidak sabaran.
"Azzam masuk rumah sakit, Wan," beritahu Edgar dengan intonasi rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Andalusia [TERBIT]
Spirituelles"Kamu tahu kan kalau kamu sudah lancang membaca buku saya?" "Saya tahu. Apa yang bisa saya lakukan untuk menebus kelancangan itu?" Perempuan itu diam sebentar, lalu tersenyum. "Ajari aku Islam, Zam." *** Semua bermula ketika Azzam dan Meyza tidak se...