بسم الله الرحمن الرحيم
🍁🍁🍁
Layaknya kobaran semangat Thariq bin Ziyad ketika mendaratkan kapalnya di Selat Gibraltar demi menegakkan kalimat tauhid, seperti itulah detakan rasa yang kini merayap di hati laki-laki itu.
Seorang pemuda yang saat ini tengah menatap mushaf hijau kesayangan, serta surban pemberian gurunya di Al-Azhar dengan senyuman yang membingkai indah di wajah putihnya. Sebuah senyuman yang terbungkus rapi bersama niat tulus untuk mewujudkan salah satu impian terbesarnya.
Sejak sepertiga malam yang lalu, ia sudah memikirkan keputusan ini matang-matang dengan mempertimbangkan banyak hal. Hari ini juga, ia akan menguatkan tekadnya untuk menyatakan cinta pada perempuan yang disukainya. Sekaligus meminta izin untuk menyalurkan rasa itu lewat jalan yang dihalalkan, yakni pernikahan.
"Udah siap, Zam?" tanya seseorang di balik pintu.
Pemuda itu memasukkan dua benda istimewa tadi ke dalam tas hitamnya bersama kamera yang akan menemaninya mengabadikan momen di Alcazar nanti. Selepas itu, barulah ia menoleh dan memberikan anggukan persetujuan pada temannya.
"Kita berangkat sekarang, ya. Edgar sudah menunggu kita di bawah," beritahu temannya lagi.
"Istrinya Edgar akan ikut?" tanyanya.
"Sepertinya tidak. Aku hanya melihat Edgar keluar tadi. Ayolah. Nanti keburu ramai."
Pemuda dengan kemeja putih dibungkus jaket abu-abu itu langsung menurut tanpa mengeluarkan suara lagi. Dengan kaki panjangnya, ia berhasil mensejajarkan langkah dengan Razwan sampai mereka tiba di halaman apartemen. Tempat sahabat yang akan mengantar mereka menuju istana bersejarah itu menunggu.
Jika berangkat dari Triana, mereka hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas sampai dua puluh menit lamanya. Itu pun jika jalannya tidak sedang macet. Biasanya, jalan-jalan lebar itu akan selalu penuh jika ada acara-acara besar di kota Sevilla ini. Apalagi, Sevilla terkenal sebagai kota dengan destinasi wisata serta festival terbanyak dan terlengkap di Spanyol. Hampir setiap bulannya, festival diselenggarakan di kota ini. Bahkan tempat yang akan mereka kunjungi kali ini bertetanggaan dengan destinasi terkenal seperti Plaza de Éspana, Universidad de Sevilla, dan lainnya.
"Kita akan menunggu mereka dimana, Zam?" tanya Razwan ketika mereka sudah hampir tiba.
"Mereka siapa?" Edgardo yang belum tahu menahu soal rencana kedua temannya menautkan alis bingung. Edgardo mengira jika mereka ke Istana Alcazar hanya bertiga.
"Sabrina dan Meyza," jawab Razwan. Meski sudah diberi jawaban, sosok yang tengah mengemudi itu masih juga bingung.
"Sabrina siapa lagi?"
"Putrinya dokter Hayya. Dia juga yang ikut bersama kami ke Cordoba kemarin."
Kini, barulah Edgardo paham. Buktinya, dia tidak bertanya lagi dan kembali fokus menyetir. Namun, beberapa detik diam, Edgardo kepikiran tentang sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Andalusia [TERBIT]
Spiritual"Kamu tahu kan kalau kamu sudah lancang membaca buku saya?" "Saya tahu. Apa yang bisa saya lakukan untuk menebus kelancangan itu?" Perempuan itu diam sebentar, lalu tersenyum. "Ajari aku Islam, Zam." *** Semua bermula ketika Azzam dan Meyza tidak se...