12 - Bertemu Winston?

110 15 11
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🍁🍁🍁

Meski sang mentari sudah hampir tepat di atas kepala, ditambah sinarnya yang perlahan menyengat, tidak mampu menjadikan manusia-manusia yang memenuhi tempat itu beranjak hanya untuk sekedar berteduh. Mereka masih saja setia mengelilingi setiap bagian dari peninggalan sejarah yang teramat berharga itu.

Tidak ada di antara mereka yang teralihkan perhatiannya dari keindahan nan kemegahan yang dimiliki oleh Medinat Az-Zahra. Meskipun sekarang, di depan mata mereka hanya berupa reruntuhan dan tembok-tembok yang sudah mengikis sedikit demi sedikit. Namun, tidak menjadikan semua keistimewaan itu lenyap dari pandangan mereka yang melihatnya dengan hati.

Terlebih Azzam dan teman-temannya. Senyum indah dan gumaman penuh kekaguman masih setia menghiasi wajah mereka. Fakta tentang kemegahan Al-Zahra yang hampir setara dengan Al-Qashr Al-Kabir, istana yang dilengkapi taman indah yang disela-selanya mengalir air dari gunung, danau-danau kecil berisi ikan aneka warna, yang bahkan terdapat sebuah taman margasatwa yang di dalamnya terdapat beraneka ragam binatang dan burung indah lainnya, seolah nyata di depan mereka.

"Enggak kebayang, ya, berapa banyak kolam-kolam marmer buatan konstantinopel yang berlapis emas ada di istana ini. Pasti sangat indah dan membuat setiap penduduk istana betah tinggal di sini," sahut Razwan yang bersisipan dengan turis lainnya.

"Kerennya lagi, salah satu diantara kolam-kolam itu memiliki relief seperti manusia yang diletakkan di kamar tidur Al-Nashir. Sedangkan di atas kolam-kolam yang ada di sini menjadi tempat diletakkannya patung-patung emas bertahtakan permata buatan Cordova yang memancarkan air dari masing-masing mulutnya," sambut Azzam menambah informasi.

Razwan menjentikkan jarinya. "Sohih, Zam! Aku juga pernah baca kalau patung-patung itu mayoritas berbentuk binatang dan diletakkan berhadapan. Semisal patung singa, kijang, dan buaya yang ditata sejajar, berhadapan dengan patung ular, rajawali, dan gajah. Nah, di samping patung-patung itu diletakkan patung merpati, domba, merak, ayam betina, ayam jantan, dan burung nasar."

"Masya Allah ... jadi pengen hidup pada zaman itu," ungkap Sabrina setelah mendengar cerita dari kedua laki-laki itu.

"Tapi, apa kalian tau? Usai membawa Andalusia ke puncak kejayaannya, Al-Nashir hanya menikmati kebahagiaan itu selama 14 hari selama hidupnya." Razwan kembali bersuara setelah meminjam kamera milik Azzam untuk ia gunakan mengambil spot yang lain.

Penuturan Razwan tersebut tentu membuat kening Sabrina mengerut. "Kenapa bisa begitu?"

Laki-laki yang menjadi sasaran pertanyaan itu lantas mengendikkan bahunya. "Alasannya aku kurang tahu pasti. Tapi, peradaban Islam di  Cordoba waktu itu sudah mulai memasuki tahap kemunduran. Apalagi setelah masa kepemimpinan Al-Hakam. Konflik internal dalam diri umat Islam itu sendiri mulai terlihat. Akibatnya, perang saudara terjadi dan kekuasaan yang besar ini terpecah menjadi kerajaan-kerajaan yang lebih kecil tak berkekuatan."

Senja & Andalusia [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang