03. Cemburu

941 55 0
                                    

Ruang makan yang dihuni tiga orang ini terlihat sunyi. Tak ada yang berani membuka percakapan. Galang melihat gerak gerik kedua anaknya terlihat berbeda.

Darrel makan dengan gerakan lambat sesekali menjilati bibirnya lalu setelahnya melamun dan kemudian menggeleng.

Gerlan sendiri terlihat tertawa kecil dan menggerakkan bibirnya dengan sensual.

Aneh bukan?

"Ada apa?" Tanya Galang.

Darrel dan Gerlan menatap Galang seolah bertanya 'apanya?'

"Kalian terlihat aneh hari ini, apa terjadi sesuatu?"

"Tidak - Ya!" Jawab keduanya bersamaan.

"Tidak ada apa-apa ayah" kata Darrel.

"Apa? Tadikan kita bermain" kata Gerlan.

"Bermain? Itu lebih terlihat seperti bertengkar" balas Darrel lagi.

"Ayah mau dengar dari Gerlan, Darrel" cegah Galang.

Lagi-lagi Galang mengacuhkan nya. Gerlan menjelaskan semuanya pada Galang tanpa ada yang di tutupi. Mendengar cerita anaknya, Galang tertawa senang, karena kedua putranya seolah kembali pada masa kecil.

"Lalu bagai mana dengan sendal beruangmu nak?" Tanya Galang pada Darrel.

"Tidak tahu. Lo!" Tunjuk Darrel pada Gerlan "ambilin sendal gue terus cuci sampai benar-benar besih" perintah Darrel.

"Kenapa harus Gerlan? Kau sendiri yang melemparnya Darrel" kata Galang.

"Aku kan lempar karena dia yang ngeselin! Coba aja dia tidak menghindar, gak bakal jatuhkan teddynya" kesal Darrel.

"Udah yah, biar Gerlan aja" kata Gerlan menengahi.

Akhirnya Galang mengalah. Bagai manapun Darrel itu keras kepala, siapapun pasti kalah debat dengannya. Galang paham dengan anaknya ini.


••
•••

Di bawah guyuran hujan, Galang dan Gerlan terlihat begitu senang. Mereka membersihkan kolam renang bersama. Membersihkan saluran air dari taman belakang keluar, agar tidak tersumbat. Sekalian mengambil sendal teddy milik Darrel. Keduanya menikmati air hujan bersama. Melupakan satu pria yang menatap dari jendela.

"Aku rindu bunda" lirihnya.

Darrel melihat Galang dan Gerlan yang tertawa lepas bersama. Di satu sisi, Darrel ikut merasakan bahagianya mereka. Namun di sisi lain, Darrel merasa cemburu. Merasa di abaikan oleh keduanya. Membuat dia berpikir bahwa dia benar-benar sendiri. Saat seperti inilah yang membuat Darrel begitu rindu dekapan hangat sang bunda.

Tanpa sengaja mata indah itu bertemu tatap dengan mata Gerlan. Keteduhan terlihat jelas disana. Baru kali ini Gerlan melihat kesedihan sang kakak dari matanya. Tidak ada kebencian disana, hanya saja rasa kecewa terlihat jelas.

Tunggu, apa Darrel cemburu lagi dengan kedekatan dia dan Galang? Tapi itu tidak salah kan? Galang juga ayahnya.

Perlahan, Darrel kembali masuk kedalam kamar. Gerlan masih terus memandang kamar Darrel, hingga suara Galang mengalihkannya.

"Apa yang kamu lihat?" Tanya Galang.

"Ayah, sepertinya kak Darrel cemburu lagi" kata Gerlan.

"Huft... kakakmu itu, sudah besar masih saja cemburuan. Seperti anak gadis saja"

"Tapi yah, jika aku yang berada di posisi kakak, aku juga akan cemburu. Terlebih memang perlakuan yang tak adil dari ayah sejak kecil"

"Baiklah... sekarang masuk lalu mandi dan kembalikan sendal kakakmu. Setelah itu temuai ayah di ruang santai"

Not BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang