14. Kembali Lagi

748 41 2
                                    

Sudah terhitung tiga hari Darrel melewati masa-masa sakitnya, hingga kini anak itu sudah kembali lagi seperti semula. Pemarah, dingin, masa bodoh, dan tentu saja membenci Gerlan.

Gerlan tidak masalah dengan hal itu karena waktu dua hari yang ia habiskan dengan segala tingkah lucu dan manja Darrel adalah kenangan yang tak akan pernah terlupakan.

"Mksh"

Gerlan menatap heran kakak tirinya yang berujar kurang jelas.

Mendapati tatapan heran dari Gerlan, Darrel dengan ogah kembali mengulang ucapannya.

"Makasih"

"Sama-sama"

Gerlan tersenyum mendengar satu kata yang jarang di ucapkan Darrel. Setelah menyantap sarapannya yang lagi-lagi tanpa kehadiran sang ayah, kedua saudara tak se-ibu itu bergegas menuju tempat mereka menimbah ilmu.


••
•••

"Darrel!" Teriak Bian, teman sebangku Darrel.

Darrel menghentikan langkahnya di depan pintu gerbang dan berbalik mendapati Bian berlari ke arahnya.

"Kamu udah sehat kan? Udah gak sakit apa-apa lagi kan?" Tanya Bian.

Jangan heran dengan bahasanya, Biantama Nugraha memang terkenal baik dan sopan maka dari itu dari tingkah laku samapi bahasanya, semua dia jaga. Bian tidak sedekat itu dengan Darrel tapi bagi Darrel Bian adalah tipe teman yang baik. Dikelas, hanya Bian juga yang mau berteman dengan Darrel dan benar-benar menjadi sosok teman. Dia ada kalau Darrel butuh dan selalu menjadikan Darrel tempat bersandar, begitulah seorang teman, saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain.

"Iya" jawab Darrel seadanya.

"Dewa nyarin kamu mulu Rel. Tiga hari belakangan dia suka ke kelas nanyain kamu udah masuk atau belum"

"Ck, gak usah di tanggapin orang kayak gitu. Kewarasannya udah ilang" decak Darrel jengah mendengar nama Dewa.

Sadewa, anak kelas 12 IPS 2 yang dari pengakuannya sudah menyukai Darrel sejak MPLS. Dewa dari dulu sampai sekarang masih saja terus mendekati Darrel untuk mendapatkan atensinya. Bahkan pria itu dengan tidak tahu malunya mengungkapkan orientasi seksualnya di depan umum.

Darrel sering kali ingin menghina bahkan mencaci maki Dewa di depan umum, tapi Bian....

Dia sama seperti Dewa dan Darrel tahu itu. Dia tidak ingin Bian juga ikut tersinggung atas ucapannya karena dia tahu kalau ucapannya tidak dapat di kontrol. Sebenarnya Bian sudah memberitahu Darrel soal itu, dia tidak akan merasa tersinggung karena dia tahu bagaimana perasaan Darrel. Bian juga terkadang jengah dengan sikap Dewa yang gila cinta. Ingin memakinya juga gak bisa, karena sama saja dia menelan ludah sendiri. Maka dari itu, terkadang Bian menyindir atau nyiyir di depan Dewa agar unek-unek Darrel bisa terwakilkan.

"Aku tebak, dia pasti ada di depan kelas" tebak Bian.

Dan benar saja!

Kini di depan pintu kelas mereka, Dewa berdiri dengan gagahnya menunggu kedatangan sang pujaan hati.

Darrel mengumpat dalam hati kala melihat Dewa tersenyum padanya.

"Darrel sayang! Akhirnya kamu udah sembuh"

Teriakan Dewa membuat Darrel harus menunduk malu didepan siswa siswi. Bian yang peka dengan reaksi Darrel segera berdiri di depan pria itu sebagai tameng.

"Minggir gak lo!" Usir Dewa.

"Darrel baru aja sembuh, gak boleh deket-deket sama kuman!" Sarkas Bian.

"Heh babi! Harusnya lu yang jauh-jauh dari ayang gue! Gue tau ya! Lu itu pasti suka sama Darrel makanya selalu halangin gue dekat sama dia! Gak usah bertingkah kayak jalang deh lo! Munafik"

Not BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang