06. Amarah Gerlan

761 32 0
                                    

Ken membawa Aran ke gudang olahraga. Gudang yang berada paling ujung dari koridor lantai tiga, lantai yang terkenal angker. Gedung lima adalah gedung yang terletak paling belakang alhasil minim cahaya matahari yang masuk ke sana karena terhalang oleh gedung empat yang juga berlantai tiga. Lantai satu dan dua dari gedung lima berisi ruang kelas yang masih terpakai sedangkan lantai tiga berisi ruang laboratorium yang sekarang dialih fungsikan sebagai gudang dan ruangan paling pojok adalah gudang olahraga.

Karena cerita mistis yang tersebar juga kurangnya cctv serta orang yang berlalu lalang, lantai tiga gedung lima sering kali menjadi tempat pembullyan, salah satunya oleh Ken dan teman-temannya.

*Brak

Aran terhempas dengan kasar ke lantai gudang. Meski gelap Aran tetap bisa melihat wajah datar Ken menatapnya.

"Maaf"

"Maaf? Bukannya kemarin lo berani sama gue?" Tanya Ken mencengkeram dagu Aran.

"Maaf bukan berarti takut tapi benari mengakui kesalahan"

"Sok pintar ternyata" seringai Ken.

Melihat Aran tak ada takut-takutnya dengan dia, Ken tanpa pikir panjang menendang perut Aran dan menginjak tangannya.

Teriakan Aran seolah menjadi dorongan untuk Ken. Di raihnya kera baju itu kemudian memukul wajah sang lawan hingga dara kental keluar dari hidungnya. Setelah puas dengan aksinya, Ken meludahi wajah Aran kemudian pergi meninggalkannya begitu saja, tentu tak lupa mengunci pintu dengan mengganjalnya dari luar.

Sementara Gerlan terus memberontak agar lepas dari cengkeraman teman-teman Ken, ingin rasanya dia memukul mereka semua tapi dia ingat dengan ajaran sang ibu.

Banyak siswa/i yang menonton tanpa berniat membantu karena mereka juga takut pada gang Kenzie.

Di tengah-tengah keramaian itu, Ken berjalan dengan santainya menuju Gerlan dan teman-temannya.

"Benalu bodoh" bisik Ken.

"Lo kemanain Aran!"

"Gue gak pernah kenal sama orang yang namanya Aran, gue cuman kenal sama orang miskin yang kotor kayak babi"

"BAJINGAN!" Teriak Gerlan murka.

Dengan sekali hentakan tangan-tangan yang menghalanginya seketika terlepas. Wajah putih itu kini terlihat sangat merah, nafasnya memburu dengan dada yang naik turun. Gerlan menatap nyalang pada Ken seolah ingin membunuh pria itu sekarang juga.

Kaki itu berlari dengan kencang melewati lika-liku koridor dan menaiki tangga secepat kilat seolah-olah tak menyentuh keramik bersusun itu. Gudang olahraga menjadi tujuan utamanya.

*Brakk

Pintu itu di tendang keras membuat seseorang di dalamnya terlonjak kaget sekaligus senang.

Mata sayu itu menatap Gerlan dengan senyum tipisnya sebelum akhirnya tertutup rapat.

"Ran! Ran!" Gerlan mengguncang tubuh sahabatnya berharap ia masih bisa merespon, namun tak ada sedikitpun tanda-tanda pria itu terusik.

Tanpa pikir panjang Gerlan membawa tubuh Aran menuju UKS melewati seorang pria yang hanya berdiri menatap datar di lantai satu gedung lima.

"Ck!" Decak pria itu.


••
•••

"Jl. Dirgahayu nomor 8A? Bukannya ini rumah Aran?"

Galang menatap intens kertas putih yang berisikan alamat pria yang ia tabrak kemarin. Sebelum Adri turun dari mobil, Gelang sempat meminta alamat rumahnya dengan dalih akan mengirimkan sepeda. Galang memang tak mengantar Adri sampai rumah karena rumah Adri memasuki lorong yang hanya bisa di lewati motor saja.

Not BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang