Hatred

1.4K 112 5
                                    

Adelia menolak pintu perpus dengan lesu. Dia ingin mengembalikan buku yang dipinjamnya minggu lalu. Sebuah buku yang menceritakan tentang tatasurya. Yang membuatnya membenci buku itu adalah, Fathir memaksanya melahap buku tersebut saat dirinya melupakan susunan planet.

Setelah menulis daftar pengunjung perpustakaan, Adelia mulai melakukan penjelajahan ke rak buku fiksi. Secara acak dia menarik sebuah buku. Setelah membolak-balik halamannya, pandangan Adelia jatuh pada nama terakhir di kartu peminjam.

Fathir Khuarizmi.

Adelia menolak buku itu ke dalam rak dan menarik acak buku yang lain. Hasilnya sama, nama Fathir tertulis di setiap buku.

Adelia menyerah saja saat dia hampir saja mengorbankan 15 menit demi mencari buku tanpa tulisan 'Fathir Khuarizmi'. Akhirnya dia mengambil sebuah buku dengan alasan sampulnya yang menarik.

Adelia segera berjalan ke tempat favoritnya di perpus. Kursi di sebelah jendela.

Tetapi dia menghentikan langkahnya di saat akhir. Adelia hampir saja merobek buku di tangannya menjadi dua jika dia melupakan perpustakaan.

Dari sebalik rak dengan jelasnya dia melihat Fathir dan Yasmin menempati kawasan jajahannya.

Kelihatannya mereka sedang membincangkan soal IPA dilihat dari beberapa buku rujukan fisika yang tergeletak di meja serta jidat mereka yang berkerut.

"Ini pake hukum Boyle ?" tanya Yasmin yang kebingungan.

"Huh ? Iya, pake hukum Boyle." sahut Fathir yang sedang meneliti salah satu buku fisika. Dia juga sepertinya sedang menyelesaikan soal yang rumit.

"Lho ? Beneran ? Masa hasilnya kayak gini." Adelia melihat Yasmin menggeser buku IPA-nya ke arah Fathir.

"Kayaknya lo lupa. P kan tekanan absolut ?"

"Oh iya ! Bukan tekanan ukur." rungut Yasmin sembari meringis kecil.

Adelia membalikkan tubuhnya membelakangi rak. Terkesiap. Itu beda. Cara Fathir mengajarinya beda sekali.

Biasanya Fathir akan membentak-bentaknya jika melupakan hukum Boyle. Biasanya Fathir akan memarahinya jika salah memakai sin. Biasanya Fathir akan menyumpahinya jika melupakan susunan planet.

Adelia menyadari sesuatu. Dia tersenyum miris.

Yasmin tidak sebego dirinya.

Bel yang nyaring berbunyi menyadarkan lamunan Adelia. Cewek bercadang untuk meminjam buku tadi karena dia tidak sempat membaca walau judul buku itu.

Setelah memakai sepatunya, Adelia berjalan menuruni tangga. Pikirannya yang terbang ke mana-mana membuat dirinya hampir saja terjengkang seseorang di depan tangga.

Cewek mengangkat kepalanya bersedia memarahi siapa saja yang hampir membuatnya jatuh. Tetapi bibirnya mendadak bisu ketika bersitatap cowok itu.

Adelia cepat-cepat membalikkan tubuhnya. Dia bisa telat ke kelas. Itu berakibat buruk jika dia telat di kelas Bu Tyas.

Cewek itu menghembuskan napas lega. Suara tarzan moderen milik kelas X IPA-3 masih kedengaran. Ini masih hipotesanya tetapi seandainya kelas X IPA-3 masih berisik, itu berarti tidak ada guru di dalam kelas.

Untunglah hipotesanya benar. Adelia melabuhkan punggungnya ke kursi.
Dia teringat sesuatu. Buku bersampul-menariknya ketinggalan di perpus.

Dia sudah terlalu capek untuk kembali ke perpus. Berjalan dari perpus ke kelas memang memacu adrenalinnya. Ditambah lagi setelah bertemu mata cowok tadi.

Tiba-tiba seseorang menyodorkan buku yang dipinjamnya tadi. "Maaf."

Alih-alih mengucapkan terima kasih kepada Fathir, Adelia malah merampas dengan kasar buku itu dari tangannya. "Apaan lo ?"

Miss Idiot & Mr. Newton [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang