Peperangan

2.1K 128 2
                                    

Setelah melambai ke Dian, Adelia berjalan ke kelas X-2. Seperti biasa, kelas itu huru-hara. Apalagi dengan ketiadaan guru, semestinya kesempatan ini dimanfaatkan anak kelas X-2 untuk menjadi tarzan modern.

Yasmin, dikelilingi segerombolan anak perempuan yang meminta untuk diajarkan PR matematika. Gadis itu sedang sibuk melayani satu per satu anak yang meminta diajarin--atau lebih tepatnya meminta jawaban. Di belakang kelas, si trio Do, Re, dan Mi, sedang melempar sepatu Absyar. Dia berkeliling ke sana ke mari untuk mendapatkan sepatunya. Para tukang gosip pula berkumpul di meja ketua mereka, Vindha. 

Adelia meletakkan tasnya di kursinya. Sementara si Fathir itu ? Dia sibuk membaca buku setebal dua inci dengan khusu'.

"Makasih," ucap Adelia pendek. Cowok tadi menurunkan bukunya dan mengangkat alisnya.

"Untuk ini," gadis itu mengangkat buku Isaac Newton. Tanpa mengatakan sepatah kata, Fathir mengangkat bukunya kembali.

Adelia mendesah.  Dia berjalan ke arah Nate sambil menggandeng buku berkulit keras itu.

"Oh iya," Adelia memberhentikan langkahnya. Lalu menatap muka datar milik cowok itu lagi. "Terima kasih juga buat pertemanannya"

Fathir tersenyum tipis--lebih kepada menarik bibirnya paksa--dan lagi-lagi menurunkan buku yang dibacanya.

Adelia berbalik. Lagi gue lihat, lagi gue pengen nge-lempar tu muka pake ni buku. Gadis itu membatin lagi sambil menahan geram.

Adelia menarik kursi kosong di sebelah Nate. Dia lalu menjatuhkan dirinya ke kursi itu.

"Woy, lo kenapa ? Pagi-pagi udah kayak orang mau perang" tanya Nate yang menyadari perubahan raut wajah sahabatnya.

"Itu," Adelia memuncungkan bibirnya ke arah Fathir. Gadis itu membuka buku yang ia pegang. Nate hanya manggut-manggut.

"Tumben lo baca buku," Nate yang menjadi bingung untuk kali kedua bertanya--atau berkata.

"Ini bukan apa-apa," kata Adelia yang menjadi salah tingkah. Dia segera menutup buku yang bersampul merah itu.

"Sini gue liat" ujar Nate sembari merampas buku itu dari tangan Adelia.

Belum Nate membuka buku itu, jidatnya berkerut. "Isaac Newton ? What the ?" Nate kemudian menatap Adelia, menuntut jawaban.

"Selamat pagi, anak-anak"

Satu suara yang datang dari pintu membuat semuanya berlari terbirit-birit ke tempat masing-masing.

...

"Del, lo mau ke mana ?" tanya Aprilia yang kebetulan baru keluar dari kelasnya.

"Gue mau ke perpus" balas gadis itu sambil melenggang pergi dengan buku tebal merahnya di tangan.

Aprilia yang kebingungan mendekati Nate. "Tumben tu anak"

"Dia makin aneh" balas Nate sambil menggelengkan kepala. SemenjakadanyaFathir, Nate membatin. Dia dan Aprilia kemudian berjalan ke kantin.

Adelia mendaki undak-undak tangga untuk sampai di perpus. Selesai dia melepas sepatu, gadis itu menyusuri rak-rak buku berdebu itu lagi. Entah kenapa perpus rasanya dua kali ganda lebih menyenangkan dari biasanya.

Gadis itu berhasrat untuk menamatkan 'Isaac Newton' dulu sebelum membaca buku lain. Adelia memilih sebuah tempat duduk yang agak tertutup di sebelah jendela.

Miss Idiot & Mr. Newton [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang