Pupil mataku melebar saat melihat monster mengerikan yang mulai merusak segala sesuatu yang ditemuinya. Tubuhku menjadi gemetar ketakutan melihat nya.
Situasi menjadi porak poranda. Orang-orang berlari ke segala arah, mencoba untuk berlindung dari serangan monster. Aku hanya diam membeku karena takut. Orang tua ku sudah sibuk untuk pergi dari permukiman sebelum monster itu sadar.
"Lin! Ayo pergi! Jangan diam saja!" Ibu ku menarik tanganku agar pergi.
"Bu.. S-semua monster itu dari mana munculnya..?," ucapku tergagap.
"Ibu gak tau, Lin.. Intinya kita harus pergi sekarang juga, sebelum monster itu sadar."
Belum sempat aku dan keluargaku pergi, monster sudah sadar terlebih dahulu. Monster itu berjalan ke arah kami, siap-siap menyerang. Ayah ku membawa senapan untuk berlindung diri dari monster itu.
Aku yang sudah tersadar dari lamunanku segera mengangkat adik kecil ku untuk digendong dan pergi berlari.
"AYAH! HATI-HATI! AKU DAN YANG LAINNYA MENUNGGU AYAH MENYUSUL KAMI. JANGAN MATI."
Hubunganku dengan ayah ku memang tidak terlalu baik, namun aku masih menyayangi dirinya, aku sangat malu untuk mengatakannya.
Baru berapa langkah aku, Ibuku, dan adik-adik ku pergi. Saat menoleh ke belakang, ayah ku sudah mati terbunuh karena monster raksasa itu.
Mataku terbelalak saat melihat kejadian itu. Darah dari ayah ku memercik ke wajah dan tubuhku, begitu juga ke ibu dan adik-adik ku.
Aku membeku sebentar saat terkejut akan kejadian tersebut. Ibuku terduduk di tanah sambil menangis dalam diam. Adikku yang pertama juga menangis. Sedangkan adik kecil yang ku gendong sekarang, wajahnya ku benamkan ke dadaku agar tidak melihat kejadian sadis tersebut.
Tersadar dari keterkejutan, aku segera menyadarkan ibuku untuk berangkat dan pergi dari permukiman ini.
"Bu, cepat. Kita harus pergi.." Aku berkata dengan lemas karena masih sangat terkejut. Saat ini aku masih menahan tangisan ku.
"B-bawa adik-adikmu pergi, Lin. Biarkan ibu disini, mati bersama ayahmu. Ibu akan menghadang monster raksasa itu agar tidak bisa menyerang kalian." Kata ibuku sambil mengusap air matanya dan berangkat berdiri mengambil senapan milik ayahku tadi.
"Tapi bu..," Aku berbicara dengan ragu dan masih berpikir sesuatu.
"Baiklah.. Hati-hati ibu, aku menyayangimu. Kuharap kau tidak mati." Kataku lalu dengan cepat pergi membawa adik-adikku.
Ibuku hanya tersenyum dengan tulus dan pasrah.
"Ya Tuhan.. Selamatkan lah orang-orang yang kusayangi. Berilah kami pertolongan.." Aku berkata dalam hati saat berlari pergi membawa adik-adikku.
Adik kecilku menangis karena suara ribut yang disebabkan monster raksasa itu sekarang.
Saat membawa pergi adik-adikku. Ada sebuah monster raksasa lainnya yang menghadang kami sehingga membuat kami tidak bisa kemana-mana.
Monster raksasa itu mengambil paksa adik-adikku lalu memakannya. Tubuhku terasa lemas saat melihat kejadian tersebut. Air mata menetes deras dari kedua mataku.
Setelah adik-adikku, monster itu beralih melihatku. Aku sudah pasrah dengan semuanya, aku berpikir bahwa ikut mati lebih baik daripada tetap hidup namun menderita.
Detik-detik sebelum tubuhku hendak diambil oleh monster raksasa tersebut, sebuah tameng es muncul dari tanah, menghadang serangan monster raksasa yang akan menyerangku.
Mataku menatap bingung tameng es itu, terasa cukup dingin.
"Hai, kita bertemu lagi." Muncul pria yang tidak sengaja bertemu denganku waktu itu. Dia muncul entah dari mana, karena menggunakan semacam sihir. Saat dia muncul, terdapat butiran salju yang turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkats to Verden Skry: Exploring Other Lands
Fantasy"Rahasia apa lagi yang masih tersembunyi dari dunia ini..?" ______________________________________ Berawal dari seorang anak perempuan yang kehilangan keluarganya karena kemunculan monster yang menyerang permukiman desa tempat tinggalnya. Pada saat...