"Seorang Elf?"
~~•~~~
Ketua baru menyadari kehadiran diriku. Namun, dia terdiam saat melihat laki-laki bangsa elf itu.
"Jangan melihatku seperti itu." Elf itu tiba-tiba berbicara.
Saat mendengarnya bicara, aku reflek memasang kuda-kuda, bisa jadi dia ingin menyerang.
"Aku datang dengan damai." Elf itu beralih melihat diriku. Aku melihatnya dengan waspada.
Ketua hendak angkat bicara, namun aku menahan ketua untuk tidak bicara terlebih dahulu.
"Biar aku saja, ketua."
"Apa tujuan mu kesini?" Aku bertanya ke elf tersebut.
"Untuk mengambil kembali benda milik Bangsa Elf." Jawabnya datar.
"Benda? Apa itu? Siapa yang mengambilnya?" Aku menaikkan alis sedikit saat bertanya.
Dia menunjuk ke arah monster di depan, yang berusaha masuk ke dalam kota.
"Permata kehidupan kami, ada di dalam perut monster itu." Ujar Elf itu dengan datar.
Mendengar perkataan itu, membuat aku ingin membantu nya. Aku melihat ke arah ketua.
Ketua menggeleng.
"Kami akan membantu mu." Ucap ku ke elf tersebut.
"Hei, sejak kapan aku menyutu-" Ketua membantah, namun dia tidak bisa melanjutkan perkataan nya karena telapak tanganku menutupi mulutnya.
Elf itu menoleh ke arahku.
"Tapi, kau harus membantu." Lanjutku.
Elf itu melihatku berapa detik lalu mengangguk setuju.
Aku melepaskan ketua. Aku berlari menuju ke dinding sihir yang menahan para monster itu agar tidak masuk.
"Buka kan celah untuk ku keluar!" Aku memerintahkan kepada para penyihir.
Para penyihir membuka celah dinding sihir untuk ku keluar. Tanganku memberi sinyal agar elf tersebut ikut denganku.
Saat sudah berada diluar zona dinding sihir. Para monster-monster itu langsung menyadari keberadaan aku dan elf tersebut.
Aku menyeringai, "saatnya, pembalasan dendam keluarga ku."
Aku merangsek maju, mulai menyerang monster-monster di depan ku.
Begitu pula dengan elf tersebut, dia bertarung menggunakan busur dan panah.
Dimulai dari menyerang monster-monster ukuran sedang.
Aku menebas tangan kanan salah satu monster itu hingga terputus lalu beralih menebas tangan kiri monster itu.
Monster itu maraung marah karena kehilangan kedua tangannya.
"Rasakan itu, sialan!" Aku berlari lalu meloncat tinggi lalu menusuk perut monster itu hingga mati.
Darah memercik ke wajahku saat aku menusuk perut monster itu.
"Apakah permata itu ada di monster ini?" Aku bertanya untuk memastikan.
"Tidak. Seingat ku, permata itu ada di perut monster paling besar ini." Kata elf itu sembari menyerang monster-monster.
Monster-monster ukuran sedang sudah habis kami bunuh.
Monster yang ukurannya paling besar itu menyadari jika teman-teman nya sudah mati. Monster itu meraung marah dan menyerang kami.
Saat tangan monster itu ingin mengambil tubuhku, aku dengan cepat menghindar dan naik ke atas lengan monster itu. Aku berlari dari lengan monster itu untuk menuju ke kepala monster tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkats to Verden Skry: Exploring Other Lands
Fantasy"Rahasia apa lagi yang masih tersembunyi dari dunia ini..?" ______________________________________ Berawal dari seorang anak perempuan yang kehilangan keluarganya karena kemunculan monster yang menyerang permukiman desa tempat tinggalnya. Pada saat...