Part 12

139 16 4
                                    

🍃🍃🍃🍃🍃

Sisi terbangun dari tidurnya, menoleh kesamping sambil menatap heran, pasalnya ia melihat Digo yang lagi tertidur meringkuk disampingnya, namun bukan karna digo yang tidur disampingnya yang membuatnya heran, lebih para kondisi Digo yang tidur dengan muka yang pucat, tidak biasanya ia melihat muka Digo seperti itu, begitu pikirnya.

setelah menimbang beberapa saat, ia memberanikan diri meletakkan tangannya di dahi sang suami. ia terkejut merasakan badan Digo begitu panas, namun bahasa tubuh Digo malah menampilkan sebaliknya.

Sisi menarik selimutnya, sejenak kembali terdiam kala melihat tubuhnya sudah dibalut pakaian lengkap.
"Digo" gumannya pelan, seutas semum terbit dibibir mungilnya. ia tau pasti Digo yang mengenakan ia baju, meski Digo hanya menganggapnya istri yang dinikahi hanya untuk balas dendam, namun Digo juga takkan membiarkan siapapun melihat tubuhnya termasuk pelayan perempuan sekalipun. Terdengar aneh, tapi itu sungguh terjadi.

🍃🍃🍃🍃🍃

Ray datang langsung meriksa keadaan Digo.

"ada apa ? tak biasanya kau begini" tanya Ray seadanya
"entahlah" Digo mejawab datar
"kau butuh istirahat dan jangan banyak fikiran"
"dan obatnya harus dihabiskan" lanjut Ray merapikan alat-alat
"hmpz, tolong kau priksa kembali istriku gumannya pelan" guman Digo pelan seolah tak yakin, namun Ray memdengarnya jelas, Digo mangatakan kata istriku.

"apa aku menyuruhmu melamun Ray?aku menyuruh kau untuk memeriksa keadaan istriku bukan menyuruhmu bermain di alam fatamorgana"lanjut Digo geram membawa Ray keluar dari khayalnya

"kau sakit masih saja seperti itu" jawab Ray segera
"iya, tapi dimana istrimu?" tanya Ray yang sedari masuk rumah Digo tak melihat batang hidung Sisi, padahal Ray paham, wanita itu harusnya istirahat.

mendengar pertanyaan Ray membuat Digo satu hal. yakni sedari ia membuka matanya ia tak menangkap wajah Sisi dalam kamarnya, namun tadi entah karna kondisinya, ia tak begitu ambil pusinh. ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar tapi nihil, Sisi tidak ada diruangan itu. mengetahui hal itu dengan cepat ia mengibas selimutnya dan segera turun dari ranjangnya meninggalkan Ray yang masih belum mengerti dengan situasi yang ia hadapi.

"hay, kau mau kemana?jangan berjalan dulu?" teriak Ray melihat Digo yang sudah berlari kearah luar kamarnya. Digo hanya diam dan melaju menuju kamar Sisi

"Si, sisi ! panggilnya berkali kali, namun tak mendapat jawaban
" Sisi kau dimana brengsek"teriaknya sembari memegang kepalanya,ia sedikit oleng, beruntung Ray cepat menyanggahnya
"jangan berteriak dulu bodoh, kalau tak mau kepalamu pecah"bentak Ray

Digo melepaskan tangan Ray yang menyanggahnya dan langsung turun kebawah mencari keberadaan Sisi. inilah pertama kalinya ia menyadari seberapa besar istana yang ia punya, ia sudah berkeliling rumah besar ini, namun tak menemui sosok yang ia cari. capek!! ya ,itulah yang ia rasa karna memang keadaannya memang lagi sakit.

"sudah Digo, Sisi ngak akan jauh, biar yang lain mencarinya"nasehat Ray kesal

aaarrrggghhh, Digo menonjok tembok keras lalu memegang dahi. apakah kepalanya sakit saat ini?ya!itulah yang ia rasakan saat ini, entah kenapa meski ia tau Sisi masih didalam rumah ini tapi ia merasa khawatir mengingat keadaannya semala, bisa saja ia pingsan di salah satu sudut rumahnya atau dia terjatuh saat berjalan atau apa, itulah yang ada difikirannya saat ini.

🍃🍃🍃🍃🍃

Geram hanya menunggu, dengan kepala yang masih berat Digo kembali berdiri, melepaskan tangan Ray yang ingin menahannya, ia teringat kalau Sisi sering keruangan kecil yang berada diruangan paling belakang rumah ini, ruangan itu memang tidak digunakan, makanya jarang orang yang akan kesana, atau menebak siapa yang mau kesana. entah apa yang Sisi lakukan diruangan itu Digo juga tak pernah tau.ruangan itu lumayan membutuhkan tenaga untuk mencapainya mengingat kondisi fisik Digo, ditengah perjalanan, ada salah satu anak buahnya yang menunjukkan keberadaan Sisi sembari membantu Digo menuju ruangan tersebut, dugaan Digo benar adanya.

sesampai diruangan yang Digo tuju, ia tertegun melihat Sisi ada disana, berbaring berbantalkan lengan, walau dari jarak yang tidak terlalu dekat namun Digo tau disudut mata istrinya mengeluarkan cairan bening. airmata.

" Si " Digo memanggilnya pelan sembari mendekat kearah Sisi

Sisi membuka matanya dan tersenyum

"Kakak" guman pelan membuat hati Digo bergetar

" Kakak " ulang Sisi langsung menghamburkan diri kedalam pelukan Digo

"Kak, aku rindu, kenapa baru datang sekarang?" guman Sisi pelan. intonasi suaranyapun mulai berubah

"Sisi" panggil Digo lagi

" Kakak bilang ngak akan ninggalin aku, nyatanya kakak ngilang juga" bukan menjawab panggilan Digo, Sisi malah melanjutkan isi hatinya, kini suara seraknya berubah jadi tangis

" sekarang aku punya suami, cuma sama seperti dulu, keberadaanku tak pernah dianggap.sakit banget tau kak"

" kenapa dari kalian yang aku harapkan selalu menjadi alasan kesakitanku kak"

" Papa, mama, kakak dan suamiku, kenapa memperlakukan aku tak adil"

"aku butuh kalian untuk melindungiku, tapi kenapa aku mendapatkan sakit dari sesuatu yang harusnya melindungiku"

"kanapa aku selalu dikecewakan dengan harapanku kak. bukankan kata kakak aku ada pasti karna sebuah alasan. lantas apa alasanku diciptakan"

"apa alasan aku ada hanya untuk merasakan penderitaan tak ada akhir seperti ini"

"sakit rasanya kak. bertahan hidup dengan serpihan hati, namun sekarang serpihan itupun selalu dihancurkan setiap waktu. dengan apalagi aku bertahan. harapan apalagi yang membuatku merasa punya arti dalam kehidupan ini.

"kenapa aku ditempatkan diantara orang-orang yang merasa dirinya punya hak untuk menghancurkanku, padahal aku tak pernah melakukan apapun"

Digo mengeratkan pelukannya, sembari memanggil nama Sisi serak.

"Sisi bukan Huma, suamimu bukan kakakmu" lanjutnya Digo membuat Sisi menegang, seolah apa yang diucapkan Digo berhasil masuk kebawah alam bawah sadarnya.

" jadi tadi bukan kakak" Sisi menghapus air matanya sembari melontarkan pertanyaan yang membuat Digo bingung

"apa yang sebenarnya terjadi" batin Digo
"kenapa dia malah balik bertanya" lanjutnya
"kenapa malah seolah-olah tak terjadi apa-apa" pikirnya lagi menatap nanar istrinya sembari menggeleng

Cinta diujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang