Part 6

823 100 17
                                    

Bismillah.
Lanjut😂😂
Di beberapa bagian mungkin tidak sama dengan di ig, namun ending tetap tidak ada perubahan.

🌾🌾🌾

Digo terdiam setelah mendengar isi hati istrinya, ia mencerna setiap kata yang keluar dari mulut sang istri, banyak pertanyaan yang berkecamuk dikepalanya saat ini, ada perperangan yang tak kasat mata dalam dirinya akan hal itu, disatu sisi ingin melanjutkan apa yang ia rencanakan selama ini, di sisi lain ia meraung agar tak melanjutkannya dan berbisik mengatakan penyesalan. Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan sebungkus rokok, berharap rokok dapat sedikit menenangkan fikirannya saat ini.

Rokok sudah habis dua batang, namun fikirannya masih sama, degan fikiran yang masih berkecamuk, entah mengapa kaki Digo seolah dituntun kembali kekamar sang istri, ada hal aneh dalam dirinya yang kini seolah tengah berkuasa, dan hal itu adalah hal yang paling ia takutkan selama ini.
Sesampainya dikamar Sisi, ia langsung masuk dan mendekat ke ranjang yang ada dikamar tersebut, disana tampak tubuh itu tengah terbaring dalam damainya. Namun damai itu hanya kelihatannya, karna saat Digo mendekat ia dapat melihat dengan jelas airmata itu masih setia mengalir dari mata tertutup istrinya itu, sejenak Digo tertegun akan hal tersebut, sebelum akhirnya ia membungkuk menghapus air mata yang keluar dari mata terpejam sang istri dan hanya butuh beberapa menit air mata yang lainnya kembali keluar.
"Kenapa"
"Aku ingin seperti kalian"
"Jangan tinggalkan aku"
"Aku takut sendirian"
"Jangan"
"Aku takut"
Itulah sepenggal kata yang terdengar oleh telinga Digo, kata sederhana namun terdengar menyakitkan baginya, istrinya saat ini tengah mengingau dan kalimat itu sangat jarang ia ucapkan jika ia tengah terjaga, apa yang kini tengah ia alami dalam mimpinya, itulah pertanyaan yang ada dikepala Digo.
Merasakan istrinya semakin terisak, akhirnya Digo menguncang pelan tubuh Sisi agar ia terbagun, seolah lepas dari cengkraman jahat, Sisi pun tebangun dengan spontan memeluk tubuh Digo, namun itu hanya sebentar, karna saat menyadari siapa yang ia peluk, ia langsung melepaskan dirinya.
"maaf " ucapnya lembut dan menjauhkan dirinya dari Digo, rasa takut tampak jelas diwajahnya, takut Digo akan marah karna telah berani memeluknya. Sementara itu Digo hanya diam ditempatnya sembari memperhatikan wajah takut Sisi, baru kali ini ia melihat dengan jelas bagaimana rupa istrinya kala ketakutan, selama ini ia tak begitu peduli, ditambah lagi sang istri juga jarang menunjukan wajah takutnya dihadapannya, entah mungkin ia tak memperhatikan atau memang inilah kali pertamanya ia melihat sisi ketakutan ia juga tak tau..
"Ka au kenapa kesini..??" Sisi gugup, itu terdengar dari nada suaranya saat bertanya akan keberadaan Digo di kamarnya
"Ini rumah ku, aku bebas mau berada dimanapun yang aku mau" jawab Digo datar, Sisi menelan ludah, harusnya ia tak bertanya, bukankah laki-laki di hadapannya memang selalu bertingkah semaunya batinnya mengingatkan
"Ya sudah, kau tidur lah disini, biar aku tidur disofa"ucap Sisi pelan menarik bantal miliknya
"Siapa kamu berani menentukan di mana aku dan kamu harus tidur" ucapan Digo menghentikan gerak Sisi
"Tidur" perintah Digo membuat Sisi kembali merebahkan badannya diranjang, ia memilih membelakangi Digo membuat laki-laki itu kembali menggeram
"Sejak kapan kamu berani memunggungi suami mu" ucapnya bagai perintah remot bagi tubuh Sisi, karna hanya beberapa detik Sisi sudah membalik badannya menghadap sang suami.
" Aku hanya taku
" Apa yang kau takutkan, bukannya jika aku membunuhmu kau sudah terima itu" sela Digo cepat
" Iya, tapi bukan itu yang ku takutkan saat ini" ucap Sisi memandang Digi kosong
" Aku takur kau tidak bisa beristirahat dengan tenang jika melihat wajah ku, sementara kau butuh istirahat"
" Aku paham betul aku setiap melihatku hanya kebencian yang ada di fikiranmu"
" Jujur saja, semakin hari aku semakin menyadari, bahwa apa yang kau katakan benar adanya, aku ada hanya sebuah kesalahan" Suara Sisi serak saat mengatakan hal itu, dengan tangan yang gemetar ia memberanikan diri mengelus pelan wajah milik suaminya
"Kau orang baik, ayahku lah yang membuatmu begini, aku tau sampai matipun, aku takkan pernah bisa membuatmu menyukaiku, tapi aku berjanji padamu, aku takkan membuatmu lebih membenciku" Sisi kembali menarik tangannya, setelahnya berbalik, turun dari ranjangnya keluar dari kamar tersebut.

Digo kembali terdiam menatap kepergian Sisi, ia tidak menyusul perempuan itu, belum tepatnya.

aaaarrggghhh

Digo meremat kuat rambutnya, berharap hal itu bisa mengurangi apa yang kini bersarang di kepalanya. Otak tepatnya, setelahnya laki-laki itu melangkah menuju kamar mandi, ia melihat pantulan dirinya di kaca
" Kenapa kau tak pernah mencoba menghilangkan dendammu Go, sudah 5 bulan ia bersamamu kenapa kau tak berusaha, kau jangan munafik, aku tau kau mulai menyayanginya, apa kau bahagia melihatnya selalu menahan air matanya"
"Tidak, aku lebih baik melihatnya menangis dari pada ia menahan tangisnya"
"Digo kau mulai lemah, kau mulai menyukai anak Atmaja? Kau mulai menyukai sumber mala petaka, kau mulai menyukai sumber segala sakitmu saat ini, ia anak Atmaja, darah Atmaja ada dalam dirinya, ayolah, dia tidak selemah itu sehingga butuh untuk kau kasihani"

Huaaaa Praaangg

Digo melayangkan tangannya pada kaca di hadapannya berharap perdebatan batinnya berhenti, kaca itu hancur tak berbentu, beberapa detik setelahnya darah mulai membuat alur di pecahan kaca tersebut.

Disisi lain seorang laki laki duduk diruangan gelap di salah satu sudut rumahnya, menonton sebuah vidio dengan mata yang merah karna tangis yang tertahan, laki-laki itu terus memperhatikan perbincangan sepasang anak yang ada dalam vidio itu dengan hikmat dengan tatapan nanar
"Kaka, kalu nanti Huma becal, Huma mau punya banyak dedex bayi bial rumal lame dan manyak teman, Huma mau ulus dedex bayi sampai becal becal cendili"
" Iya sayang, makanya Huma harus banyak makan biar cepet gede,Huma jangan mogok makan ya, nanti sakit, kaka janji kakak akan menemin kamu ngurus dedex bayi" jawab anak-anak laki-laki itu lembut, dia tidak seperti anak laki-laki pada umumnya, karna ia lebih dewasa dari apa yang terlihat
"Kaka janji"ucapnya anak permpuan yang menyebut namanya huma sumringah
"Iya sayang, kaka janji akan selalu ada buat kamu, nemeni kamu dan selalu disamping kamu sampai kapanpun"
"Yeeey Huma cayang kaka" vidio berdurasi kurang lebih 5 menit itu berakhir, diiringi dengan jatuh kasar buliran bening dari mata laki-laki yang sedari tadi menonton vidio singkat itu.
" Maaf, kakak tidak berguna" lirihnya pelan

Cinta diujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang