Part 13

88 8 1
                                    

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

"kau kenapa disini dan kau kenapa menangis" Sisi sesaat kemudian dengan ekspresi yang membuat Digo tertegun, bukan karna ucapan istrinya melainkan ekspresi sang istri yang tampak tidak terjadi apapun sebelumnya.

" bukan apa apa" jawab Digo pelan "seharusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan disini" sambungnya sedikit serak seolah tengah menahan sesuatu
"aku senang berada disini, rumahmu yang besar kadang membuatku takut" jawab Sisi seadanya membuat Digo menatapnya bingung.

"ya!! perasaan takut kerap mampir dibenakku saat berada dirumah yang besar seperti ini, bukan takut tapi mungkin lebih pada trauma masa kecil" jawab Sisi menerawang

"kadang ingatan tentang masa kecilku menghilang begitu saja, namun tak sepenuhnya menghilang, ia akan datang jika aku mengalami hal yang mungkin dulu pernah aku lalui"

"halnya pertama kali kau membawaku kesini, terlepas dari apapun hal yang kamu lakukan, hal yang paling menyakitkan adalah aku kembali mengingat beberapa hal masa kecil yang mungkin aku fikir sudah benar-benar hilang dari ingatanku"

"hal yang paling ku ingat, rumah besar dimana aku dibesarkan"

"rumah yang mungkin seharusnya dihuni oleh puluhan orang, namun isinya hanya ada anak kecil kesepian dengan berapa orang pelayannya"

"rumah besar mengingatkanku betapa anak kecil itu menderita, menderita karna ia tidak tau apa tujuan keberadaannya disana"

"jika anak-anak seumurannya selalu mendapat pelukan hangat,ditenangkan saat merasa takut, dimanjakan dan diperhatikan dengan penuh kasih oleh orang sekitarnya terutama orang tuanya
berbeda anak kecil itu, dia hanya menunggu dan menunggu kapan orang tuanya memiliki waktu untuknya. memberikan apa yang mungkin ia inginkan, namun naasnya sampai saat ia kehilangan orang tuanya, keberadaan orangtua yang sesungguhnya belum pernah ia rasakan"

"tidak mendapatkan apa yang ia impikan, sampai beranjak dewasa anak kecil itu hanya menghidupkan impiannya di alam fatamorgananya"

"impian mempunyai seseorang yang mencintainya, menganggapnya orang yang berharga, menjadikannya selayaknya wanita pada umumnya"

"namun seperti dikehidupan ini, anak itu sudah ditakdirkan dengan jalan yang sulit, bukan hanya dunia nyata yang dihancurkan, bahkan dunia fatamorgananyapun hampir serupa"

deg deg deg

jantung Digo selalu berdebat kencang di setiap kalimat yang keluar dari mulut Sisi

"aku tak pernah marah atas perlakuanmu karna menurutku itulah hal yang akan seseorang lakukan saat ia kehilangan orang yang ia cintai"

"orang tua,calon mertua dan calon istri yang amat sangat kau cintai diambil dari hidupmu secara bersamaan, wajar jika kau sangat marah saat kehilangan mereka dan wajar juga kau balas dendam"

"Jika aku diposisimu, aku akan melakukan hal yang sama"

"aku minta maaf atas apa yang sudah orang tauku perbuat padamu" ucap Sisi sembari menghapus air mata yang sedari tadi membasahi pipinya. Digo, ia hanya membeku ditempatnya sembari menatap dalam kearah istrinya, setiap kata yang keluar dari mulut sisi bagaikan pukulan berat yang menghantam kepalanya,di tambah lagi air mata yang sedari awal terus mengalir dipipi istrinya tersebut. Digo bukan batu, ia manusia, ia tau membedakan dan mampu merasakan betapa istrinya butuh kekuatan untuk mengeluarkan apa yang ada dibenaknya. pasti butuh kekuatan walau sekedar bercerita, Digo tau cerita itu adalah masalalu istrinya yang membuat kepalanya semakin berdenyut.

"jangan menatapku seperti itu Digo, kau seperti sedang mengasihaniku saja, aku tak butuh di kasihani" Kini Sisi berucap seolah ingin mencaikan suasana setelah beberapa saat keheningan menyelimuti keduanya

"Sudah cukup kak Dirga yang pernah mengasihani aku,pada akhirnya ia jatuh cinta padaku"

"aku tak mau kau juga begitu, karna itu akan membuatmu gagal membalaskan dendam orang orang yang kau cintai"

"yaa meskipun ku rasa tak mungkin, namun kadang kala kejutan takdir itu sungguh diluar logika" lanjutnya terkekeh

"apa kau mencintai Dirga" pertanyaan itu terdengar serius, membuat Sisi menyadari candaanya mungkin salah tujuan

"ia segalanya bagiku Digo" ucap Sisi tanpa beban membuat hati Digo semakin tak karuan

"apa jika aku melepaskanmu, kau akan kembali padanya" Digo kembali mengutarakan apa yang ada dibenaknya

"tidak!! meski dia segalanya bagiku tapi sekarang semuanya sudah berubah, pernikahan kita mungkin hanya lelucon tapi tetap saja aku sudah menjadi istri orang, kakakku pantas menemukan yang terbaik "

" dan cinta inipun hanya sebatas cinta adik terhadap kakak, bukan cinta wanita terhadap laki-laki dewasa"

jawaban singkat Sisi membuat kelegaan tersendiri di hati Digo, meski ia masih belum jelas apa penyebab rasa lega dihatinya saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta diujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang