8. Konser

226 34 3
                                    

Enjoy❤️❤️❤️

*****

Meski pikiran Alva sedang tidak karuan karena terus kepikiran Abiel dan Arul, Alva tetap mengusahakan agar Alma tidak menyadari hal itu. Lagi pula kan Arul hanya mengajarkan melukis, tidak akan ada hal istimewa yang terjadi kan?

Iya kan?

Lagi pula, selama berteman dengan Arul dan Alma, Alva selalu merasa Arul itu terlalu berlebihan pada Alma. Seperti, orang yang menyimpan perasaan.

Ya, Alva juga tidak tahu pasti. Dia tidak mau repot-repot mengurusi hal semacam itu, toh dia juga tidak keberatan. Meski sepertinya memang agak aneh, mengingat dua manusia itu hobby nya adalah ribut.

"Ma, lo jangan jauh-jauh dari gue ya, pokoknya pegangan terus. Gue gak mau ada kejadian aneh-aneh nantinya." Alva memperingati Alma yang sedang mengamati sekitar.

Alva takut Alma terlalu terbuai oleh euforianya sendiri dan menghilang dari pandangan Alva.

Fyi, Alma ini memang hobby nya menghilang.

Kalau sampai hal itu terjadi, bisa mati Alva. Apalagi sampai terjadi sesuatu pada Alma, apa yang akan Alva katakan pada orang tua Alma?

Dan, bagaimana dengan Arul kalau sampai dia tahu?

Tidak. Alva masih ingin hidup. Pokoknya Alva harus fokus menjaga Alma.

"Tenang, Va. Gue gak bakal jauh-jauh dari lo, kok."

"Gue ngomong gitu karena lo itu sering ngilang tiba-tiba kalau di keramaian. Lo masih inget kan waktu lomba di SMA Emerald tahun lalu? Gue sama Arul kelabakan banget nyari lo. Mana handphone lo tinggal."

"Iya, sorry, Va. Gue kan udah janji gak akan kaya gitu lagi."

"Kita nonton di sini aja ya? Gak perlu nyelip-nyelip biar bisa agak depan, itu padet banget. Gue ngeri ada yang modus ke lo nantinya."

"Emang kalau ada yang modus, kenapa? Gue kan jomblo, siapa tau emang jodoh?"

Alva melirik Alma tajam, "Gue gak keberatan kalau lo mau cari jodoh, tapi bukan dengan cara modus kampungan. Apalagi sampai berani grepe-grepe, gue bikin mampus aja sekalian cowoknya."

Serius, Alva sanggup kok, melakukan hal itu sendiri. Meski tidak ada Arul di sini. Jangan pikir orang yang keseharian nya tenang akan diam saja jika orang terdekatnya diperlakukan tidak baik.

"Wedeh, gue kira Arul doang yang bisa ngomong gitu. Ternyata lo juga bisa ya?"

Alva merangkul pundak Alma, menarik cewek itu agar lebih dekat dengannya.

"Biar begini gue juga sayang sama lo, Ma. Lo emang sedikit bar-bar, tapi lo juga kan perempuan. Dan seburuk apapun, yang namanya perempuan itu harus di hormati."

Maksud Alva, bukan hanya Arul yang peduli dan sayang pada Alma, Alva juga sama. Tapi Alva tidak akan mengatakan itu, salah-salah nanti dia juga yang harus menyapu.

Sekali lagi, Alva tidak mau terlalu sok tahu soal Arul dan Alma.

Tidak ada jawaban dari Alma. Cewek itu justru tetap diam, seolah membeku dalam rangkulan Alva.

Jangan bilang Alma marah?!

******

Bagi Alma, hubungannya dengan Arul dan Alva memang sudah sangat dekat. Rangkulan dan pelukan sudah sering mereka lakukan sedari kecil. Alma sudah terbiasa akan semua itu, hingga dengan mudahnya dia bersikap seclingy itu pada Arul maupun Alva.

Harusnya begitu. Sebuah rangkulan dari Alva harusnya tidak menbuat Alma membeku seperti sekarang.

Sialnya, justru itu yang terjadi.

Kisah Klasik [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang