15. Lah kok?

178 27 4
                                    

Enjoy❤️❤️❤️

******

Alma kesal pada Arul. Bukan karena dia tidak jadi pulang dengan Jerry, tapi lebih karena Alma malu pada Jerry karena membatalkan janji mereka secara sepihak.

Ini semua gara-gara Arul.

Mana cowok itu tidak merasa berdosa sama sekali.

Bukan nya minta maaf, Arul malah balik mogok bicara pada Alma. Padahal sudah hampir satu jam lebih mereka berada di ruangan yang sama.

Lihat sekarang. Cowok itu malah sibuk sendiri di meja belajar Alma, padahal Abiel dan Alva sudah menanyai Alma dari a sampai z!

Arul brengsek memang!

"Rul, sinilah! Lo ngapain sih?" ini suara Alva. Sepertinya bukan hanya Alma yang greget dengan sikap cowok menyebalkan satu itu.

"Ogah." jawab Arul tanpa menoleh sama sekali.

Ba djingan!

"Lo apaan sih, Rul!? Harusnya gue yang ngambek ya, bukan lo!"

Maaf, kali ini Alma sudah berada di ujung batas kesabarannya.

Arul langsung menoleh, "Kenapa lo mesti ngambek?"

"Ya gara-gara lo gue gak jadi pulang sama Jerry! Gue malu, Rul! Dia itu temen sekelas gue, udah baik nolongin gue ke UKS. Terus lo seenaknya batalin janji kita!"

"Bentar, bentar. Kalian ini diem-dieman dari tadi gara-gara Jerry-Jerry itu?" tanya Alva.

Jangan tanya Abiel. Cewek itu langsung diam tidak bersuara begitu sadar situasi panas di kamar ini.

"Itu sih dia. Gue nggak." jawab Arul dengan nada tanpa bersalahnya.

Benar-benar muka badak.

"Kalau bukan gara-gara Jerry terus apa!? Lo kan paling gak suka kalau ada cowok yang deketin gue, Rul. Kenapa? Takut kalah saingan sama gue? Gak mau keliatan kalau lo ini cowok paling gak laku?"

Duh, omongan Alma berlebihan tidak ya?

Alma akui, dia memang sering lepas kendali kalau sudah marah pada Arul.

Arul bangkit dari duduknya, mendekati Alma. Dia membawa selembar kertas yang sedari tadi menjadi titik fokusnya di meja belajar.

"Gue gak peduli soal si Jerry-Jerry itu. Gue marah, karena lo lagi-lagi teledor sama keselamatan diri lo sendiri. Udah gue ingetin buat izin pelajaran olahraga, tapi gak lo denger kan?"

Alma diam. Omongan Arul itu memang benar semua. Dia jadi merasa kikuk sendiri sekarang.

"Kalau menurut lo omongan gue itu cuma nyusahin sama bikin lo malu doang, gue bebasin lo mulai sekarang, Al. Terserah lo mau berangkat atau balik sekolah sama siapa. Terserah lo mau deket sama cowok manapun. Lo bebas."

Arul melemparkan kertas yang tadi dia bawa di atas tempat tidur Alma, lalu berbalik menuju pintu keluar. Alma masih mematung, mencerna setiap perkataan Arul.

Harusnya Alma senang kan? Ini kan yang Alma mau?

"Rul!" Alva memanggil Arul, membuat cowok itu menghentikan langkahnya sejenak. Hanya berhenti, tidak berbalik konon kembali. "Jangan gitulah. Kita kan udah sepakat buat saling jaga. Lo sendiri yang minta buat anter-jemput Alma setiap hari."

"Kalau yang punya badan nya sendiri gak mau di jaga, gue bisa apa?"

Lalu Arul benar-benar pergi dari kamar Alma.

Sementara Abiel mengusap punggung Alma, pandangan Alma justru terfokus pada selembar kertas yang Arul lempar tadi.

"Abiel, maaf. Mau liat kertas itu." pinta Alma pada Abiel karena posisi kertasnya memang lebih dekat dengan Abiel. Selain itu Alma juga terhalangi untuk mengambil sendiri.

Kisah Klasik [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang