-Empat bulan sebelumnya-
Peat baru saja pulang bekerja, dihempaskan badannya ke sofa coklat di tengah ruangan dirumah mungilnya. Sulur-sulur yang merambat di depan jendela menghalangi cahaya matahari jingga yang terpekur sebelum terbenam. Dipejamkan kedua matanya, lalu menghela napas panjang, berusaha untuk santai. Biarpun memejamkan mata, Peat masih tersenyum, teringat Boss dan obrolan ringan mereka.
Kata Sammy, Boss sebenarnya sudah mengincarnya sejak lama untuk didekati. Peat termenung dalam senyuman yang tak kunjung hilang di bibirnya. Sejak pertama dia dikenalkan dengan Boss, salah satu karyawan baru di divisinya, dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tetapi tidak disangkanya Boss mungkin menyimpan perasaan yang sama, hingga Sammy mengatakan kepadanya.
Siang tadi, Boss tiba-tiba mendekatinya ketika Peat sedang menuang air panas dari dispenser ke cangkir berisi kopi instantnya. Aroma kopi langsung menguar, memenuhi ruangan, menciptakan keharuman yang menyenangkan. Boss menyapanya biasa-biasa saja, dan Peat sudah salah tingkah menghadapinya. Tetapi kemudian lelaki itu bertanya apakah Peat ada kegiatan di akhir pekan ini –yang langsung dijawab Peat bahwa dia tidak kemana-mana- Dan kemudian ajakan kencan itu datang. Boss mengajaknya ke sebuah acara pameran komputer di sudut kota. Bukan kencan dalam arti sebenarnya memang, tetapi bukankah ketika kedua orang yang memutuskan untuk keluar bersama di akhir pekan.... bisa disebut sebagai kencan? Walaupun kami sesama laki-laki.
Dan ternyata 'kencan' pertama mereka itu berakhir dengan sukses, ketika Boss tersenyum lembut di depan pintu rumah Peat, dan mengucap terima kasih atas kebersamaan mereka di akhir kencan, Peat membalasnya dengan senyuman. Senyuman yang dibawanya bahkan sampai menjelang tidur malam itu.
Kencan... Peat membuka matanya dan menatap ke sekeliling ruangan rumahnya. Dia bahkan tidak pernah memikirkannya sampai akhir-akhir ini. Sejak kecelakaan yang menyebabkan ayahnya meninggal, Peat mencoba menyibukkan diri untuk mengurus harta peninggalannya. Tetapi bisa dibilang pengacara ayahnya yang mengurusi semuanya, menjual semua kenangan indah itu, karena Peat tidak mampu untuk sekedar melihatnya... karena dia terlalu lama tenggelam dalam kepedihan.
Sambil menghela napas panjang, Peat berdiri, lalu melangkah ke dapur, menuangkan kopi dari mesin pembuat kopi ke cangkirnya, kopi itu sudah tidak panas lagi, karena itu adalah sisa dari kopi yang dibuatnya dipagi hari sebelum berangkat kerja. Tetapi Peat masih bisa merasakan rasa asam khas kopi yang nikmat di sana. Dahinya mengernyit dan menghela napas, dia hampir-hampir bisa disebut kecanduan kopi. Pagi, siang dan malam... dia tidak bisa hidup tanpa menuang secangkir kopi untuk mengisi lambungnya yang kadang-kadang menolak dan berunjuk rasa dengan rasa perih yang menggigit disana.
Tetapi Peat butuh membuka matanya. Sejak kematian ayahnya, Peat hampir terlalu takut untuk tidur. Benaknya dipenuhi ketakutan, ketakutan yang dia tidak tahu karena apa, ketakutan itu seperti menyimpan rahasia gelap yang mengerikan. Membuat Peat dipenuhi ketakutan setiap malam, takut kalau-kalau kegelapan itu menyergapnya ketika dia memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
DATING WITH THE DARK (FORTPEAT VER)
غموض / إثارةLilin-lilin berwarna biru, dengan susunan rapi dan jumlah yang spesifik, sembilan buah. Mengirimkan pesan yang tak mampu dicerna oleh logika. Pesan dari kegelapan yang selalu mengintai. Pesan Sang Pembunuh kepada Korban-nya. Remake dari novel karya...