"Apa maksudmu?" Ujar via tidak paham
Bukan tidak pahak, tapi apa maksudnya itu? Tidak ada? Tidak ada kemana? Keluar negeri kah? Atau menikah dengan orang luar kah? Atau berpulang kepangkuan pencipta.
"Dia... Sudah meninggal empat tahun lalu vi." Ujar Gulf lemas
"Meninggal? Yang benar saja gulf. Aku yakin gupi baik baik saja tidak punya penyakit apapun saat itu. Bukan kah saat itu dia berada di tahun akhir kuliahnya. Apa ada masalah yang terjadi?" Tanya via lagi diangguki Kevin karena mereka yakin kalo gupi itu tidak punya penyakit apapun atau masalah apapun
"Itu... Dia dibunuh." Ujar Gulf pelan sangat pelan dan hanya bisa didengar oleh kedua orang itu
"A...apa?" Kaget keduanya
Gulf menatap kedua anaknya yang masih bermain dengan mainan masing masing didepan mereka "sayang berhenti bermain, sudah waktunya tidur."
Keduanya menatap Gulf dan jam dinding bergantian kemudian mengangguk "baik papa. Mama ayah kami tidul duluan."
Ketiganya lantas mengangguk. Gulf juga membawa Lisa kekamar ya untuk ditidurkan. Setelah menidurkan kedua anaknya Gulf kembali keruang tamu dimana Kevin dan via sedang menunggu penjelasannya.
"Jadi bagaimana bisa gupi dibunuh?" Tanya via tidak sabaran
"Jadi...."
Kemudian Gulf menjelaskan semua yang dulu jelaskan padanya dengan air mata yang tidak bisa dia tahan di pelupuk matanya. Via dan Kevin sesekali menggeram marah ketika Gulf bercerita.
Bagaimana bisa ada orang sekejam itu hanya karena tidak setuju dengan hubungan anaknya. Mereka tidak habis pikir dengan semua itu.
"Jadi Mew ya.." Kevin tampak berpikir
"Apa dia Mew dari perusahaan SJCrop?" Tanya Kevin lagi
"Aku tidak tau." Jawab Gulf seadanya
Mereka terdiam cukup lama. Sampai suara tangis Lisa membuyarkan lamunan mereka. Via beranjak untuk melihat putrinya itu meninggal Gulf dan Kevin diruang tamu.
"Aku dengar ayah mengirim uang perbulan untuk sikembar?" Ujar Kevin membuka obrolan
"Ya. Sebagai tanda permintaan maafnya."
"Kau menggunakannya?"
Gulf menggeleng "kenapa?" Kevin bertanya
"Aku hanya ingin merawat mereka dengan uang yang aku dapatkan dari kerja kerasku. Aku menyimpan uang dari ayah untuk masa depan mereka nanti." Jelas Gulf
"Ngomong ngomong kau kerja apa sekarang?" Tanya via dengan Lisa digendongan nya
"Hanya berdagang sup buah di gerobak ditepi jalan." Jawab Gulf
"Kau tidak ingin membuka toko? Ayah bilang dia ingin membelikan mu toko jika kau mau." Ujar via sembari menyusui Lisa
"Tidak usah. Ekonomi ku cukup baik sekarang." Tolak Gulf halus
"Kenapa kau selalu menolak pemberian kami?" Sekarang Kevin yang bertanya
"Aku tidak menolak hanya saja aku tidak butuh itu sekarang."
"Tidak butuh apanya? Sikembar akan tumbuh besar dan pengeluaran akan semakin banyak, bukannya bagus kalo kau memiliki toko sendiri?" Jelas Kevin diangguki via
"Iya itu benar tapi...."
"Tapi apa? Jangan sungkan Gulf kami juga keluarga mu. Aku ayah sikembar juga." Ucap Kevin
"Bagaimana? Kau ingin membuka toko?" Tanya Kevin
Terdiam cukup lama Gulf akhirnya mengangguk. Mereka benar sikembar akan tumbuh besar dan pengeluaran akan semakin banyak, jika Gulf tidak bekerja keras sekarang mungkin akan sulit kedepannya.
"Aku dan kau akan mengurusnya besok. Biarkan sikembar bermain dengan via dulu." Gulf mengangguk
Beberapa menit kemudian Kevin via dan Lisa pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Cukup lama juga mereka mengobrol.
•••••
Via dan sikembar serta Lisa kini tengah duduk didalam mobil menuju sekolah sikembar. Via cukup kaget saat mengetahui jika sikembar sudah sekolah, ya meski umur mereka sebentar lagi menginjak lima tahun tapi tetap saja via kaget.
Sesampainya disekolah semua mata tertuju pada mobil mewah berwarna hitam itu. Via dan keduanya anak kembarnya itu turun dan Lisa masih setia digendongnya.
Sean dan Kean berjalan terlebih dahulu diikuti oleh via. Banyak ibu ibu yang berbisik bisik membicarakan mereka.
"Selama pagi Kean dan Sean." Sapa punpun wali kelas sikembar
"Celamat pagi Bu gulu." Balas keduanya
"Wah diantar siapa pagi ini. Mama ya?" Tanyanya
"Heem.. kami diantal mama." Jawab Kean
"Anda guru mereka ya?" Tanya via sopan
"Ah benar, nyonya. Anda ibu Kean dan Sean?" Tanya punpun
"Benar, saya via ibu mereka. Apa mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik?" Tanya via lagi
"Memang tuan Gulf tidak menjelaskannya pada anda?" Tanya balik punpun
"Ah itu kami sudah bercerai lama dan kami baru bertemu kembali kemarin." Ujar via
Punpun tersenyum kaku ketika mendengar jawaban wanita didepannya itu. "Maafkan saya."
"Tidak apa apa."
"Mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Keduanya juga menonjol dalam pelajaran menggambar dan menghitung. Cara menulis mereka juga bagus meski terkadang sering lupa membedakan huruf d dan b. Mereka juga cukup lancar membaca, meski mereka murid yang paling muda disini." Jelas punpun
Via mengangguk paham dan cukup bangga dengan kedua anaknya itu. Meski tidak mendapatkan kasih sayang langsung dari sang ibu, mereka berdua tumbuh dengan baik. Via juga bangga ketika Gulf bisa merawat keduanya dengan baik sampai sebesar ini sendirian.
Setelah cukup lama berbincang dengan punpun tentang keseharian sikembar disekolah. Via pamit karena sebentar lagi jam masuk tiba. Via mendudukkan dirinya diantara para ibu ibu yang juga tengah menunggu anak anak mereka.
•••••
Mew berjalan keluar dari kantornya. Siang ini ada pertemuan dengan klayen disalah satu restoran yang letaknya tidak jauh dari perusahaannya. Ditemani dengan first Mew sampai di sana lebih awal dari sang klayen yang ditemuinya.
"Maaf atas keterlambatan saya tuan Mew." Ujar seorang pria yang kini berdiri didepan meja makan
Mew dan first berdiri menyambut sang klayen yang baru saja datang. Pandangan Mew terhenti ketika sosok disebelah kanan pria itu. Disanah gulf berdiri masih dengan pandangan marah kearah mew.
"Silahkan duduk tuan Kevin." First berujar
Kevin dan Gulf duduk diikuti Mew dan first. Mata Mew masih terkunci kearah Gulf. Rasa rindu yang sudah ia tahan akhirnya tersampaikan dengan pertemuan ini.
"Maaf anda mengenai saudara saya?" Tanya Kevin pada Mew yang sedari tadi menatap Gulf
"Ah.. tidak saya hanya merasa tidak asing dengannya." Jawab Mew sedikit sedih
First yang mendengar jawaban Mew cukup prihatin. Ia tau bagaimana bosnya itu merindukan sosok pria didepannya itu. First tidak tau apa yang ada dipikiran bosnya itu sampai sebegitu merindukan sosok pria didepannya itu. Apa karena wajah pria itu mirip dengan mantan kekasihnya atau karena bosnya itu sudah jatuh cinta dengannya, first tidak tau.
"Kalo begitu bagaimana kita pesan makanan terlebih dahulu, ini sudah waktunya makan siang bukan?" Ujar Kevin diangguki oleh Mew
Keempat memesan makanan. Dan setelah itu lanjut dengan obrolan kerja sama antara Mew dan Kevin. Sesekali first ikut dengan obrolan keduanya.
Mew juga terkadang mencuri pandang kearah Gulf yang sama sekali tidak melihat kearahnya dan hanya fokus dengan makanan yang ada didepannya.
TBC.....
Jangan lupa vote dan komen terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
[MewGulf] I you and our story
FanfictionHalo halo halo Aku kembali lagi hehe. "Siapa nama kalian?"~ "Cean dan Kean."~ "Saya tau. Sekali lagi saya minta maaf karena menculik mereka."~ --Kisah Mew yang tidak sengaja menculik kedua anak yang dikira anaknya yang sudah meninggal. Akan kah Mew...