25; Healed

2.8K 391 233
                                    

time-skip nya banyak

***

Usia kandungan Radi tepat dua belas minggu, dan dia sama Jaka hari ini mengagendakan pergi ke rumah sakit buat jadwal konsultasi seperti saran dokter. Calon Bapak dan Ibu muda ini nggak sabar ketemu bayi mereka lagi, setelah terakhir lihat si kecil bulan lalu waktu pemeriksaan ultrasonografi. Mana belum terlalu nampak juga, makanya dokter bilang mereka harus sabar, mungkin yang kali ini bisa lebih jelas.

Radi yakin bayinya sehat, karena dia selalu nurut kata dokter selama ini. Terus juga dia nggak banyak merasakan keluhan selama kehamilan, morning sickness-nya masih wajar dan nggak begitu mengganggu. Ibu muda ini nggak hentinya ngajak ngobrol si jabang bayi dan bilang makasih karena nggak nyusahin, jadi sampai sekarang dia pun belum pernah bolos kelas kuliah.

“Mas, liat, lucu banget.” Radi berdiri di depan cermin sambil elus perutnya yang mulai buncit. Dia jadi banyak makan, tapi badannya nggak ikut gemuk, heran juga kenapa bisa gitu.

Si dominan di sana ikut senyum, dia hampiri sang istri dan peluk tubuhnya dari belakang. Semua yang dulu dia takutkan semasa masih bertunangan, satu per satu dipatahkan. Nyatanya Radi beneran kuat seperti katanya, dan anak itu nggak pernah malu untuk tanya kalau memang bingung harus apa.

Jaka tau dia nggak salah pilih calon Ibu untuk anak-anaknya.

“Adek tumbuhnya cepet banget, soalnya dijagain sama Ibunya.” Taurus itu kecup pipi sang istri, dan setelahnya ajak Radi buat duduk ke tepi kasur. Jaka berlutut di hadapan sang mesa, dia ciumi permukaan perut yang muda dengan penuh sayang. “Enam bulan dari sekarang ... Mas nggak sabar punya bayi, Dek.” Radi senyum, dia tangkup pipi suaminya dan peluk sewaktu wajah tegas si dominan lagi-lagi tenggelan ke perutnya.

“Nggak ada orang lain di dunia ini yang sayang ke Dedek lebih dari kamu, Mas.”

“Ada, kamu Ibunya, kamu pasti sayang banget sama dia.” Jaka dongak, dapat kecupan di kening dari sang istri meski Radi agak kesusahan buat nunduk. Meski baru tiga bulan, ternyata perutnya udah mulai ganjel kalau dibuat aktivitas.

“Kita berangkat sekarang, yuk, biar nggak telat.” Si aries menurut. Ini hari Sabtu, jadi mereka nggak perlu diburu-buru sama jadwal lain. Biasanya kalau weekdays banget, Radi harua izin telat kelas, dan Jaka juga —mentang-mentang punya asdos— jadi leluasa ninggalin kelas buat nemenin istri. Pokoknya tiap konsultasi, dia harus ada di sana juga, nggak boleh enggak.

Perjalanan ke rumah sakit nggak jauh, dan mereka tepat sampai waktu gilirannya periksa. Mujur banget perasaan hari ini—Radi malah agak khawatir. Tau kan istilah the calm before the storm? Apalagi dia mau periksa, takut ada kabar nggak mengenakkan tiba-tiba.

“Ih, apa sih, mikir apa kamu ini!” Omelnya ke diri sendiri waktu mau masuk ruang dokter, bikin suaminya kerutin alis heran dan ketawa kecil.

“Kenapa, sih, Dek? Jangan gemes-gemes, kamu udah mau punya bayi.” Jaka tepuk punggung tangan sang istri yang nyaman pegangan di lengannya. Mereka lantas masuk, disambut sama Dokter Tyo seperti biasa. Pasangan muda ini adalah salah satu yang paling rajin dan paling nurut kalau konsultasi, makanya beliau juga seneng melayaninya.

“Siang, Dek Radi, Pak Jaka, ketemu lagi, ya?” Beliau menyapa ramah. Kalau dulu Radi masih agak kagok, sekarang dia udah lumayan terbiasa buat mengikuti prosedur pemeriksaan sang dokter. Mulai dari ditanya-tanya soal keluhan sama perubahan yang dia rasakan sebulan terakhir, terus beliau juga menjawab semua pertanyaan yang diajukan sama Jaka dan Radi.

“Lho, ya nggak apa-apa, itu ... makan banyak kan buat Dedeknya,” komentar sang dokter waktu Radi tanya masalah dia yang mendadak nafsu makannya meningkat drastis. Dia juga tau kok kalau hamil emang identiknya begitu karena konsumsi makanan bukan buat diri sendiri aja tapj juga si bayi, cuma Radi merasa kayaknya parah banget nambahnya.

[3] The Mahadhi's | ft. NoRen - NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang