50; Keluhan

2.3K 279 153
                                    

komen yuu, pweasee :((

***

“Prokernya Radi yang pojok baca, ya?” Sore ini pertemuan ketiga kelompok KKN Radi berlangsung efektif since mereka udah harus mulai nyicil proposal. Ada demand baru dari universitas kali ini, yakni buat program kerja utama wajib berkaitan sama pengembangan literasi digital. Sedangkan buat proker literasi sebenernya udah ada, tapi buat pendukung, dan itu penanggungjawabnya Radi. “Bu Esti bilang proker ini dijadiin utama aja, dibarengin sosialisasi literasi digital.” Sebut ketuanya, Nares, yang sempat konsultasi sama DPL siang tadi untuk proker-proker fiks mereka.

“Berarti Radi harus mikirin proker pengganti buat dia, dong?” Alle nanya, mengundang atensi Nares ke arahnya. “Supposed to be gitu—tapi sebenernya kalau mau tetep dijadiin pendukung juga nggak apa kata gue, cuma nanti pelaksanaan aja yang dibarengin sosialisasi. Kasian lo juga, Di, udah mepet gini harus mikir ulang.” Radi ngangguk lega kalau emang keputusan ketuanya kayak gitu. Lagian dia udah nggak bisa mikir proker lain-lain. Terlepas waktu yang mepet, dia juga sibuk ngurus anak sama TA di rumah.

“Emang nggak apa-apa, Res? Nanti dicek lagi gimana?” Luna nampak was-was, tapi Nares meyakinkan, “Nanti gue yang bakal ngomong ke Bu Esti, ya entah gimana caranya, daripada proposal kita stagnan.”

Kesembilan anak di meja termasuk Radi ngangguk paham. Kelompok KKN periode ini lebih banyak cowoknya—malahan di kelompok Radi ceweknya cuma empat dari sepuluh anggota. Kebanyakan yang ikut periode kedua itu anak-anak teknik, soalnya kemarin mereka masih padet praktikum dan segala tetek bengeknya. Dari jurusan HI sendiri paling nggak banyak, Radi sempat cek di daftar kelompok, soalnya udah pada ikutan periode sebelum-sebelumnya.

“Sekarang gue mau nanya, Radi sanggup jadi PJ sosialisasi literasi digital? Nggak usah kepikiran yang ribet, bikin aja materi sama ppt kayak presentasi biasa. Nanti PJ proker utama itu berdua, lo sama Yoga. Oke nggak?” Nares tatap kedua temennya bergantian, ada Aryoga yang langsung setuju, sama Radi yang juga nggak temukan alasan mau nolak, jadi dia oke aja.

“Di antara kalian ada yang suka baca-baca gitu nggak? Kali aja punya referensi apa yang butuh dibahas nanti.” Yoga melempar pertanyaan ke forum. Surprisingly mereka semua malah saling pandang. Boro-boro mau sosialisasi literasi digital, kelompok ini aja isinya bocah-bocah mager baca buku. “Gue terakhir dapet materi lidig itu pas PKK, udah lupa.” Alle nyeletuk, terus pada ketawa seraya ngeiyain. Kalau dulu nggak wajib ikutan buat dapet sertif PKK mah kayaknya mereka mending nyekip.

“Alamat banget ini, targetnya anak SD aja biar nggak banyak tanya, ntar kita mumet sendiri.” Yoga ngide pasrah. Sosialisasi literasi itu kayaknya nggak susah, tapi kalau dari mereka sendiri nganggepnya cuma proker dan nggak ada feel di sana, pasti nggak berhasil. Nanti nilai KKN mereka jeblok gimana?

Or, pake pembicara aja, kan kemaren pas pembekalan kita dibilangin, mahasiswa nggak harus serba handle sendiri, kita bisa jadi fasilitator kalau emang ada instansi atau pihak ketiga yang bisa diajak kerja sama.” Bagus jawab. Kalian inget Bagus? Dia yang dulu jadi panitia PKK dan nganterin maba sakit ke pos jaga Radi. Pas awal ketemuan, si aries bingung karena merasa familier, terus malah Bagus yang harus duluan ngingetin dia siapa. Pikunan banget.

“Boleh juga ide lo, tapi siapa? Dinas pendidikan gitu? Bro, too much work kata gue. Harus mikirin transport sama akomodasi lainnya juga kalo ngundang pembicara. Meski dinas nggak boleh terima fee, tapi nggak enak juga kita minta mereka dateng seenak jidat.” Kemal masuk dalam diskusi. Dia ini bendahara, wajar kalau mikirnya langsung perkara yang butuh dana. “Udah, kerjain sendiri aja, nanti kita semua bantu kok.” Sambung cowok teknik metalurgi itu.

[3] The Mahadhi's | ft. NoRen - NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang