45; Sasanti, Sadana, Saktika

3.4K 345 168
                                    

timeskip-nya sebanyak cintaku untuk haechan, dilarang protes, aneh yo ben 🤬

***

“Dek, kamu nggak usah ikut, ya? Mas janji cuma sebentar terus langsung pulang kok.” Semenjak menikah, Jaka itu jarang mau pergi ke undangan formal cuma seorang diri, wajarlah. Namun, buat acara hari ini dia harus pinter-pinter mempertimbangkan risiko kalau mau ngajak Radi. Sekarang istrinya itu udah hamil tiga puluh dua minggu; makin susah gerak, sering sesak napas, dan gampang kecapekan. Belum lagi dokter udah mulai mengingatkan mereka buat selalu siaga karena si manis bisa melahirkan sebelum waktunya. Gimana Jaka mau tenang?

“Nggak bisa, dong, Mas. Ini acara tunangan sahabat kamu, yakali cuma setor muka.” Radi protes, dia lagi siap-siap mau nemenin Jaka buat dateng undangan pertunangan salah satu anak sirkel Pengabdi Degem. “Bang Lukas bakal ngertiin, Ra ... kamu aja ke kamar mandi harus aku temenin, mana bisa aku biarin kamu banyak jalan dan berdiri di acara nanti.” Si aries noleh, tangannya berhenti nyisirin rambut dan dia tatap penuh judgment ke suaminya. Kalau kalian amati, submisif itu bahkan udah keringatan lagi, padahal baru juga mandi, dan suhu AC kamar diatur rendah. Perut Radi kelihatan menonjol banget dari kemeja yang dulunya longgar—maklum, si kembar udah masuk bulan kedelapan.

“Ya maaf loh kalo aku jadi nyusahin kamu semenjak hamil, tapi jangan lupa di sini isinya anak-anakmu juga!” Si cantik tunjuk perutnya yang buncit. Sebenernya mau ngomong deketan ke Jaka, tapi Radi terlalu males effort berdiri karena nanti juga balik duduk lagi buat lanjut dandan. Bayi-bayi udah berat, terakhir nimbang aja bobot tubuh Radi udah tembus tujuh puluh satu kilo, naiknya bisa dua puluh tiga kiloan sendiri. Gila, kalau nggak hamil mana mungkin dia tau rasanya syok baca angka timbangan. “Lagian aku mau tau juga calonnya Kak Lukas, kan di sirkel kalian baru kamu sama dia yang udah punya pasangan. Bagus kan kami bisa akrab nanti?”

Jaka hela napas, dia hampiri sang mesa dan raih masing-masing pundak sempitnya, “Well, iya, Sayang, tapi masalahnya kamu udah hamil gede, lagi rawan. Besok setelah anak-anak lahir kan masih ada kesempatan mau kenalan.” Rayuan Jaka nggak mempan, istrinya melengos sambil berusaha tepis tangannya dari bahu. Radi juga pasti bosen dilarang-larang terus, terlebih mobilitasnya jadi terbatas banget semenjak si kembar makin gede. Dia beruntung sekarang udah semester tujuh dan jatah SKS juga udah dihabisinnya di depan, jadi nggak harus rutin ke kampus karena yang nyisa tinggal skripsi sama KKN.

Jaka jelas nggak kasih izin dia ikut KKN periode ini, understandable, tapi Radi juga nggak bodoh banget sampai harus diingetin buat nggak daftar program pengabdian masyarakat itu. Dia tau kondisinya sekarang nggak memungkinkan buat mendaki gunung lewati lembah kalau diterjunkan di daerah yang jauh dari kampus. Belum nanti prokeran, apa nggak malah jadi beban doang? Kalau dipaksa, salah-salah bayinya bisa brojol duluan.

Aside from, dia yakin suaminya bakal was-was dan cemburu nanti dia tinggal bareng seatap sama cowok-cowok lain, haha.

“Kamu nanti aku titip ke rumah orang tua kita dulu, ya? Mau ke Bunda apa Mami?” Radi masih cemberut, menolak waktu Jaka berusaha raih dagunya biar mau berhadap. Sang wrisaba berakhir jongkok di hadapan istrinya, ndusel ke perut bulat yang melingkupi para buah hati mereka. “Mas itu nggak sabar kamu lahiran, Dek. Bayangin seberapa gemesnya si kembar nanti? Mas pengen buru-buru gendong mereka, ngajakin mereka jalan-jalan, beliin mereka jajan.”

Radi mulai luluh, dia usap rambut hitam suaminya, “Kamar sebelah udah penuh perlengkapan bayi, Mas, mau kamu beliin apa lagi si kembar?” Senyumnya merekah tipis, tapi hatinya hangat.

“Ya apa aja nanti mereka minta bakal aku kasih.”

“Jangan dimanja, dong, nanti nggak baik.” Telapak Radi merangkum wajah sang suami supaya dongak, “Sesekali aja boleh, kalau sering-sering kamu turutin, nanti kamu yang aku tabok.” Ancaman itu datang, tapi Jaka nggak mungkin merasa terintimidasi kalau yang gertak orangnya semanis Radi.

[3] The Mahadhi's | ft. NoRen - NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang